Anda di halaman 1dari 62

FARMAKOTERAPI

GOUT, OA, RA
Presented by :
Ari Susiana Wulandari, M.Sc., Apt
Artritis gout
Artritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi
sendi yang paling sering ditemukan, yang ditandai dengan
penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di
sekitar persendian.
Monosodium urat ini berasal dari metabolisme purin. Hal
penting yang mempengaruhi penumpukan kristal adalah
hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh terhadap urat.
Apabila kadar asam urat di dalam darah terus meningkat
dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh,
penyakit artritis gout ini akan memiliki manifestasi berupa
penumpukan kristal monosodium urat secara mikroskopis
maupun makroskopis berupa tophi.
• Peningkatan prevalensi diikuti dengan meningkatnya usia,
khususnya pada laki-laki. Sekitar 90% pasien gout primer
adalah laki-laki yang umumnya yang berusia lebih dari 30
tahun, sementara gout pada wanita umumnya terjadi
setelah menopause.
• Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh
keseimbangan antara produksi (10% pasien) dan ekskresi
(90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam
urat dalam darah yang disebut dengan hiperurisemia
(peninggian kadar urat lebih dari 7,0 mg/dl dan 6,0 mg/dl)

• Serangan akut dan berulang
• Dittandai dengan adanya kristal MSU (Mono Sodium
Urat)/asam uratpada cairan sinovial (cairan sendi)
• Terbentuk jaringan (tofus=benjolan pada sendi)
• Sendi yg terkena berwarna kemerahan
• hiperurisemia (peninggian kadar urat lebih dari 7,0 mg/dl
dan 6,0 mg/dl)
PATOFISIOLOGI
• Asam urat merupkan produk akhir dr degradasi purin yg bersumber dari
dlm tubuh atau diet dan dianggap sebagai sampah yg harus dibuang.
• Kadar as.urat >> akibat dr over produksi (degradasi purin) atau karena
ekskresi rendah
• Sumber purin :
1. Diet (dr makanan : usus,babat,limpa, daging sapi, kacang
tanah,bayam, kangkung, mlinjo)
2. Konversi as.nukleat jaringan ke neuklotida purin (peningkatan
phosphoribosyl phosphat synthetase yg menyebabkan
peningkatan sintesis purin -> peningkatan as.urat; over produksi
as.urat dpt jg terjadi pada peningkatan peruraian as.nukleat jringan
pd gangguan myeloproliferatif.
3. Hasil sintesis (peningkatan sintesis as.urat krn enzim bersifat
genetik/penyakit tertentu. Ex : kanker dimana sel-sel berkembang
sangat cepat dan juga dihancurkan sgt cepat shg nukleoprotein
mjd berlebih.
RISK FACTOR
• Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang
penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin
berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan
penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama
diuretika) dan gangguan fungsi ginjal.
• obat-obatan yang dikenal untuk berkontribusi untuk
hiperurisemia, termasuk thiazide dan diuretik loop,
salisilat dosis rendah, siklosporin, niacin, etambutol, dan
pirazinamid
Sumber makanan
yang mengakibatkan ASAM URAT
gejala
• Gejala gout berupa inflamasi pada sendi,
kemerahan, panas dan bengkak pada sendi,
biasanya jempol kaki. Serangan bisa datang
tiba-tiba, biasanya pada malam hari.
Serangan diawali di jari-jari kaki, angkel, lutut,
siku dan metatarsal.
• Arthitis monoartikuler
• Ada tofus (benjolan pada sendi)
• Hiperurisemia
• Kultur bakteri sendi negatif
• Leukositosis, LED meningkat
Allogaritma gout
PENGOBATAN
• Secara umum penanganan arthritis gout
adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan.
• Tujuan pengobatan : menghentikan serangan
akut, mencegah kambuh, mencegah
komplikasi krn adanya kristal asam urat
dijaringan
Pengobatan FARMAKOLOGI
• Indometasin
• NSAID ex : Ibuprofen, Ketoprofen,
Naproxen, Piroksikam, Sulindak
• Kolkisin
• Glukokortikoid
• Urikosurik ex : probenesid, sulfapirazon
• Xantin oksidase inhibitor ex : Alopurinol
OSTEOARTRITIS (OA)
• Adalah radang pada tulang dan sendi.
• OA merupakan penyakit degeneratif yg
menyebabkan kerusakan tulang rawan
(kartilago) sendi dan tulang di dekatnya,
disertai proliferasi dari tulang dan jaringan
lunak di dalam dan sekitar sendi yang
terkena.
• Terjadi pada usia lanjut, kekakuan sendi
pada pagi hari, Penderita perempuan lebih
banyak (10 kali) dibanding laki-laki,
terutama muncul setelah menopause
Sendi terdiri dari :
• Kartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah;
• Kartilago terdiri dari 65-80% air. Komponen lain yang membangun
• jaringan kartilago adalah : kolagen, proteoglikan, dan kondrosit.
• pada sendi sehat, kartilago melindungi permukaan yang bergerak
satu sama lain dengan gesekan sekecil mungkin, seperti “gelas
dengan gelas”.
• Kartilago biasanya menyerap nutrisi dan cairan seperti spons, dan
ini dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan licin.
• Proteoglikan adl suatu zat yg membentuk daya lentur tl.rawan.
Merpk kombinasi dari protein dan gula . Untaian kolagen
membentuk anyaman spt jala, ini memungkinkan kartilago m,elentur
dan menyerap hentakan fisik.
• Proteoglikan berkombinasi dg hialuronat di dlama agregat yg
hidrofilik dan amoniak, yg menjaga kandungan air agar tetap tinggi
dalam kartilago.
• Kolagen adl serabut protein jaringan ikat. Kolagen
merupakan unsur dari kulit, tendon, tulang dan
jaringan penyambung lainnya.
• Osteolit yg terbentuk akan mempengaruhi fungsi
sendi dan menyebabkan nyeri jika sendi digerakkan.
• Kondrosit : Sel yang ada di seluruh kartilago.
Memelihara kartilago tetap sehat dan tumbuh.
Kondrosit mengendalikan kartilago terus menerus
dengan me-remodel secara biokimia dan struktur.
Kadang kondrosit melepaskan enzim yang dapat
merusak kolagen dan protein lain.
• Kapsul Sendi : Kantung membran yg liat yg
mengikat semua tulang dan bagian persendiannya
menjadi satu
• Sinovium : Membran tipis di dalam kapsul sendi
• Cairan Sinovial : Cairan lubrikasi sendi yg menjaga
agar kartilago tetap licin dan sehat
Tanda dan gejala
• Sendi kemerhaan, inflamasi, sakit bahkan bisa tjd perubahan bentuk ->
deformitas
• Krepitus, atrofi otot, proliferasi tulang
• Menyerang pinggul, lutut, dan jari2
• Nyeri sendi bertambah pada saat bergerak, berkurang pd saat istirahat
• Saat pindah posisi pd persendiaan terdengar bunyi (cracking)
• biasanya < 30 menit lamanya
• monoartikular atau oligoartikular : asimetrik
• Ditangan  sendi distal interfalangeal Heberden’s nodes (osteofit atau
pembesaran tulang). Muncul knop knop kecil di ujung atau di tengah sendi
jari tangan,/ di ujung sendi ibu jari (Heberden’s nodes). Jari tangan dapat
membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop serupa dapat timbul di sendi
tengan dari jari
• Di tangan sendi proksimal interfalangeal  Bouchard’s nodes (osteofit)
• Kaki  Terutama sendi metatarsofalangeal
Penyebabnya
• Usia >40th (wanita >>dibandingkan pria)
• Genetik
• Kegemukan atau penyakit metabolik
• Cidera sendi yg berulang
• Osteoporosis (kepadatan tulang
berkurang)
• Beban sendi yg terlalu berat
• Kelainan pertumbuhan (kelainan sel2 yg
membentuk tulang rawan)
Beberapa tipe OA antara lain :
• OA inflamatif; mempunyai manifestasi
inflamasi yang sangat menonjol,
seringkali dijumpai efusi sendi.
• OA nodal; yaitu suatu bentuk OA yang
disertai nodus-nodus. DISH (diffuse
idiopathic skeletal hyperosthosis); varians
dari OA.
• OA sekunder; yakni OA yang terkait
penyakit lainnya.
PATOFISIOLOGI
• Pada OA, kartilago tidak mendapatkan nutrisi dan cairan yang
dibutuhkan. Lama-kelamaan kartilago dapat mengering dan retak,
bukannya membuat gerakan halus sepeti “gelas pada gelas “,
kartilago yang kasar bergerak seperti kertas amplas dengan
kertas amplas lain.
• Pada kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan
terjadinya kontak antara tulang dengan tulang. Rasa sakit pada
OA tidak ada hubungannya dengan rusaknya kartilago tetapi
timbul karena aktivasi dari nosiseptif ujung-ujung saraf di dalam
sendi oleh iritan mekanis ataupun kimiawi
• Nyeri pada OA dapat karena penggelembungan dari kapsul
sinovial oleh peningkatan cairan sendi, mikrofaktur, iritasi
periosteal, atau kerusakan ligamen, sinovium, atau meniskus.
• Akibat peningkatan aktivitas enzim2 yg merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) maka
terjadi kerusakan setempat scr progresif dan memicu
terbentuknya tulang baru pada dasar lesi shg terbentuk benjolan
yg disebut osteolit.
FARMAKOLOGI
• ANALGETIK : PCT, Aspirin, Capsaisin,
Tramadol
• ANTIINFLAMASI: NSAID
• SUPLEMEN : glukosamin, kondroitin
• Glukokortikoid
• Hialuronat
Pengobatan Farmakologi OA
RHEUMATOID ARTITIS
• Suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartitis simetris yg
penyebabnya belum diketahui scr pasti dan
bersifat sistemik.
• Morning stiffness (sejak bangun tidur +- 1jam)
• Melibatkan 3 sendi disertai adanya cairan.
• Sendi yg terkena adalan pergelangan tangan,
siku lutut, pergelanagan kaki
• Simetris
• Erosi / dekalsifikasi sendi tangan -> terlihat
ketika difoto dg sinar x
• Serum faktor rematoid (+) terdapat titer
abnormal faktor rematoid.
• Merupakan penyakit autoimun, dimana pelapis
sendi mengalami peradangan sebagai bagian dari
aktivitas sistem imun tubuh.
• Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling
parah dan dapat menyebabkan cacat, kebanyakan
menyerang perempuan hingga tiga sampai empat
kali daripada laki-laki.
Joint involvement is characterized by
soft tissue swelling and warmth,
decreased range of motion (ROM),
and sometimes muscle atrophy
around affected joints. Progressive
disease is characterized by irreversible
joint deformities such as ulnar
deviation of the fingers (Fig. 43-5),
boutonniere deformities (hyperextension
of the DIP joint and flexion of the PIP
joint), or swan neck deformities
(hyperextension of the PIP joint and
flexion of the DIP joint;
Alogaritma RA
FARMAKOLOGI
• NSAID
• DMARDs : MTX, Klorokuin, Azatioprin,
Ciklosporin
• TNF-α bloking agent
• Glukokortikoid
NSAID
DMARDs = disease-modifying
antirheumatic drugs
• DMARDs slow RA disease progression.
Common nonbiologic DMARDs include
methotrexate (MTX), hydroxychloroquine,
sulfasalazine, and leflunomide
(Fig. 4–1). The order of selection is not clearly
defined, but MTX is often chosen
initially because long-term data suggest
superior outcomes compared with other
DMARDs and lower cost than biologic agents
• Biologic DMARDs include the anti-TNF
agents etanercept, infliximab,
adalimumab, certolizumab, and
golimumab; the costimulation modulator
abatacept; the
IL-6 receptor antagonist tocilizumab; and
rituximab, which depletes peripheral
B cells. Biologic DMARDs have proven
effective for patients failing treatment with
nonbiologic DMARDs (Fig. 4–2).
NON FARMAKOLOGI
• Treatment objectives in RA are reduction of joint pain and
inflammation, preservation of joint function, and prevention of
deformity. This is best achieved by instructing patients on proper
regular exercise, joint protection and energy conservation, in
combination with effective symptom-relieving and disease-
modifying drug therapy. Insufficient literature evidence is
available to support the use of spa therapy and thermotherapies
such as ultrasound, electrotherapies (e.g., transcutaneous nerve
stimulation, electrostimulation of muscles), and laser therapy.
Heat treatments in general should be avoided during periods of
active joint inflammation, because heat can further exacerbate
pain and swelling. Overall, physical and occupational therapy
can provide valuable assistance to patients with compromised
activities of daily living, and thereby, maximize the potential for
self-sufficiency.
EXERCISE
• Passive exercise (e.g., ROM exercises) -> acute
inflammation subsides. Passive exercise minimizes
muscle atrophy and flexion contractures and maintains
joint function without increasing inflammation or
radiographic progression of disease.
• A properly defined exercise program should be
developed with specific exercises on a scheduled basis
that are not harmful to inflamed joints. Examples of ideal
exercises include cycling (stationary if outdoor movement
is considered unsafe), water exercises (e.g., swimming,
water aerobics), and walking (assuming weight-bearing
joints can tolerate the patient’s bodyweight).
JOINT PROTECTION AND ENERGY
CONSERVATION
• Systemic and articular rest (achieved by splinting the
affected joints) can reduce inflammation significantly. Restful
and adequate sleep are important for general health and
particularly important in a chronic, fatigue-inducing disease
such as RA. Prolonged rest, however, can induce rapid
losses in strength and endurance. Therefore, RA patients
experiencing acute inflammation, such as T.W., should rest
often, but daytime rest periods should be limited to 30 to 60
minutes. Splinting of joints is typically prescribed throughout
the day and night during periods of active inflammation, then
only at night for several weeks after cessation of
inflammation.
Some orthoses, which are medical devices secured
to any part of a patients body designed to support,
immobilize, align, correct or prevent deformity, or
improve functioning, can reduce pain and
inflammation and/or improve joint function in
targeted joints for RA patients. For example, wrist
and finger/thumb splints can reduce wrist and hand
pain while improving grip strength; however, these
can worsen dexterity. Finger splints for patients with
swan neck deformities have been shown to improve
hand function and finer stability. Special shoes and
sole inserts also can reduce pain and disability.
RA vs OA
Perbedaan RA dan OA

Anda mungkin juga menyukai