Anda di halaman 1dari 57

KEBUTUHAN

ELEMINASI URINE
Oleh : Diah EM
Eleminasi Urine
• Merupakan proses membuang sisa – sisa
metabolisme melalui saluran kemih 
• Bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah,
• Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang
dengan penyakit ginjal
• Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka
akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya :
retensi urine, enuresis, inkontinensia urine, dll
Sistem perkemihan
Ginjal
• Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna spinalis,di belakang rongga
peritoneum.
• Ginjal merupakan pengatur primer keseimbangan cairan dan asam basa di dalam
tubuh.
• Unit fungsional ginjal yaitu nefron yang berfungsi menyaring darah dan
membuang sampah metabolisme. .
• ginjal terdiri dari 1-4 juta nefron. Setiap nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler
yang dikelilingi oleh kapsula bowman
• Pada orang dewasa,sekitar 125ml/mnt atau 185L/24 jam darah,atau sekitar 21%
curah jantung,mengalir melalui ginjal setiap menit
• Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan
substansi seperti glukosa,asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi
normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi
• Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di
ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine
Fungsi bagian2 dalam neuron
• Badan malpighi terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman. Fungsi badan
malpighi adalah sebagai tempat dimana terdapat alat penyaring darah.
• Glomerulus: Fungsi glomerulus adalah sebagai tempat penyaringan darah yang
akan menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin
primer.
• Kapsula bowman: Adalah semacam kantong/kapsul yang membungkus
glomerulus. Kapsula bowman ditemukan oleh Sir William Bowman. Fungsi kapsula
bowman adalah untuk mengumpulkan cairan hasil penyaringan glomerulus.
• Tubulus kontortus proksimal: Adalah tempat penyerapan kembali/reabsorpsi urin
primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino. Fungsi tubulub
kontortus proksimal adalah untuk menghasilkan urin sekunder dengan kadar urea
tinggi.
Lanjutan..
• Lengkung henle: Adalah saluran berbentuk setengah lingkaran dan menjadi
penghubung antara tubulus kontortus proksimal dengan tubulus kontortus
distal. Lengkung henle berfungsi supaya urine tidak kembali ke tubulus
kontortus proksimal.
• Tubulus kontortus distal: Tempat untuk melepaskan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau berlebihan ke dalam urin sekunder (disebut proses augmentasi).
Fungsi tubulus kontortus distal adalah untuk menghasilkan urin sesungguhnya.
• Tubulus kolektivus: Adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang
menampung urin dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung
kemih. Fungsi tubulus kolektivus adalah untuk mengumpulkan urin dari
beberapa tubulus kontortus distalis lalu dibawa ke pelvis.
Nefron ginjal
Fungsi ginjal
Pengaturan cairan

Pengaturan jumlah elektrolit tubuh

Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh

Ekskresi sisa-sisa metabolisme

Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh

Fungsi hormonal dan metabolisme


URETER
 Merupakan tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung
kemih.
 Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.

 Bagian atas ureter berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan


bagian bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar
kandung kemih.
 Urin di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltis yang terjadi
sekitar 1-4 kali per menit.
 Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan
membrane mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks
urin kembali ke ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari
kandung kemih ke atas.  
Kandung kemih (bladder)
Kandung kemih (vesika Urinaria) adalah kantung muscular tempat urin
bermuara dari ureter.
Ketika kosong atau setengah terisi,kandung kemih terletak di simfisis
pubis.
Pada pria,kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rectum
sedangkan pada wanita,kandung kemih terletak antara uterus dan vagina.
Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu menahan
regangan yang sangat besar.
Saat penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis bahkan bisa
setinggi umbilicus.
Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.
Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai ujung penis.
Uretra pria terdiri dari tiga bagian,yaitu uretra pars
prostatika,uretra pars membranosa dan uretra pars spongiosa.
Pada wanita,panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai lubang diantara labia minora,2,5 cm di
belakang klitoris.
Karena uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami
infeksi saluran kemih
1. Filtrasi (Penyaringan)
• Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat berbahaya
sisa metabolisme. Zat tersebut bersifat racun bagi tubuh.
• Filtrasi terjadi di badan malpighi yang terdiri atas  glomerulus dan kapsula
bowman
• Glomerulus berfungsi untuk menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan
urea.
• Hasil filtrasi di glomerulus akan mengalir menuju kapsula bowman
dan menghasilkan urine primer.
• Urine primer mengandung air, gula, asam amino, garam/ion
anorganik dan urea
2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
• Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan menghasilkan urine sekunder.
• Urine primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal dan terjadi reabsorpsi.
• Pada proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi
tubuh oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi
tubulus.
• Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino, dan ion-
ion anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43- dan SO43-)
• Urine sekunder mengandung sisa limbah nitrogen dan urea.
• Urine sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di
lengkung henle desenden sehingga volume urine sekunder berkurang dan menjadi
pekat. Ketika urine sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa
keluar dari tubulus, sehingga urine menjadi lebih pekat dan volume urine tetap.
3. Augmentasi (Pengendapan)
• Dari lengkung henle asenden, urine sekunder akan masuk ke tubulus distal untuk
masuk tahap augmentasi (pengendapan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh).
• Zat sisa yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium
(K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH yang tetap
dalam darah.
• Selama melewati tubulus distal, urine banyak kehilangan air sehingga konsentrasi urine
makin pekat.
• Selanjutnya urine memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke
vesica urinaria, untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urine diatur oleh otot-
otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.
• Hasil akhir dari tahap Augmentasi adalah urine yang sesungguhnya. 
• Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine,
amonia, sisa-sisa pembongkaran protein, dan zat-zat
yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-
obatan, hormon, serta garam mineral.
• Jika terdapat bahan atau zat lain maka hal
tersebut adalah indikasi bahwa terdapat masalah di
ginjal
Fisiologi miksi
Fase pengisian buli
• Terjadi relaksasi dari buli-buli dan kontraksi dari bladder neck
(dipengaruhi oleh saraf simpatis)
• buli pada usia dewasa muda sekitar 500 cc. Pada volume
sekitar 150 cc sudah ada rangsangan untuk berkemih.
• Pada volume sekitar 300 cc rangsangan berkemih semakin kuat
yang disertai dengan pembukaan bladder neck secara spontan
• Proses miksi masih bisa ditahan melalui sphincter urethra
externa (bisa diatur secara sadar/voluntary)
Fase pengosongan buli
• Dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis
• Terjadi relaksasi otot sphincter externa dan bladder
neck kemudian di ikuti oleh kontraksi otot- otot
detrusor buli
• Terjadi pengosongan buli sehingga volume urine di
buli-buli tidak tersisa atau residu urine kurang dari 50
cc
Karakteristik urine normal
1. jumlah dalam 24 jam ±1.500 cc,tergantung pada
banyaknya asupan cairan.
2. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan.
3. Berbau tajam.
4. Sedikit asam (PH rata-rata 6).
Faktor yang mempengaruhi eleminasi urine
1. Pertumbuhan dan perkembangan
 dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang.
 anak-anak mengekresikan 400-500 ml urin tiap harinya. Sedangkan
orang dewasa 1500-1600 ml urin per hari atau 1-1,5 cc/kg BB/jam
 Volume bladder berkurang  Lansia mengalami perubahan pada
pola eliminasi urin (misalnya, nokturia, sering berkemih, residu
urin).
 ibu hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi akibat
adanya penekenan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan.
– Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau
minuman tertentu(misalnya, teh, kopi, coklat,
alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi
urin karena dapat menghambat hormone anti
diuretic (ADH).
3.  Kebiasaan/gaya hidup.
– seseorang yang terbiasa buang air kecil disungai atau dialam
bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di
toilet atau menggunakan pispot pada saat sakit.

4. Faktor psikologis
– Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan stimulus berkemih,disamping stimulus buang
air besar(diare) sebagai upaya kompensasi
5. Aktivitas dan tonus otot.
– Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih,abdomen,dan pelvis.
– Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot,dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang.
– Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi
urin secara optimal.

6. Kondisi patologis.
– Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi
urin akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit.
– Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi
urin.
7. Medikasi.
 Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic) dapat meningkatkan
pengeluaran urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat menyebabkan
retensi urin.

8. Prosedur pembedahan.
 Tindakan pembedahan yang menyebabkan stres yang akan memicu sindrom
adaptasi umum.
 Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH sehingga
meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan pengeluran urin.
 Selain itu, respons stress juga meningkatkan kadar aldosterone yang
mengakibatkan penurunan pengeluaran urin.
9. pemeriksaan fisik diagnostic.
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti
pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan
pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan
mempengaruhi pengeluaran urin

pemeriksaan diagnostic yang bertujuan melihat struktur


perkemihan (misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan
edema pada ooutlet uretra dan spasme pada spingter
kandung kemih  klien mengalami retensi urin dan
mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan.
Masalah –Masalah Eleminasi Urine
Retensi urine

Inkontinensia urine

Enuresis

Perubahan pola berkemih


1. Retensi urine
• Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan kandung kemih.

• Disebabkan oleh :
– operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
– trauma sum sum tulang belakng
– tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
– sphincter yang kuat
– sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
Gejala klinis
1.ketidaknyamanan daerah pubis, kadang
terasa nyeri dan merasa ingin BAK
2.distensi vesika urinaria
3.ketidak sanggupan untuk berkemih
4.sering berkemih, saat vesika urinaria berisi
sedikit urine. ( 25-50 ml)
5.ketidakseimbangan jumlah urine yang
dikeluarkan dengan asupannya
6.meningkatkan keresahan dan keinginan
berkemih
7.adanya urine sebanyak 3000-4000 ml
dalam kandung kemih.
8.Hesitansi, urine menetes
2. Inkontinensia urine
• ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine
• Terdapat 2 jenis inkontinensia :
– stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-
abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih
– urge inkontinensia yaitu ketidakmampuan menunda berkemih setelah
sensasi berkemih muncul, karena otot kandung kemih (otot destrusor)
tidak stabil  terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau
spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alkohol
– Overflow bladder
Penyebab inkontinensia
Tanda gejala
1. pasien tidak dapat menahan keinginan BAK
sebelum sampai di WC
2. pasien sering mengompol
Komplikasi inkontinensia urine
Kondisi yang mempengaruhi urinary
Kondisi yang
memungkinkan sulit
mencapai toilet

Gangguan
kognitif

Aktifitas fisik yang lambat


Enurisis

 Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak


disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk
mengendalikan spinter eksterna
 Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo

 Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih


kurang normal, infeksi dan lain-lain.
Perubahan Pola Eliminasi Urin.
1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat,
biasanya terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil.

2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.

3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma dan striktur uretra.

4. Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.

5. Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-
tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500
ml/jam).
Askep pasien dengan gangguan eleminasi
Pengkajian :
1. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang :
 pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, dan
faktor yang mempengaruhi berkemih.
2. Tanyakan obat-obatan yang dikonsumsi
pasien : diuretik, antidepresan, anti hipertensi,
narkotik, sedatif, analgesik dll
3. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
 Abdomen  pembesaran, palpasi buli-buli distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness,
 Mengobservasi keluarnya urine pada saat stress (batuk,
respon valsavah)
 Genetalia  wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari
meatus, kesadaran, pemeriksaan dubur
 genetalia laki-laki  kebersihan, adanya lesi, tenderness,
adanya pembesaran skrotum, pemeriksaan dubur
 Melakukan pemeriksaan residu urine apabila diduga ada
obstrukdi bagian bawah (kesulitan berkemih, BPH, operasi
daerah panggul sebelumnya)
3. Identifikasi Intake dan output cairan dalam (24 jam) meliputi
 pemasukan minum dan infuse,
 NGT
 pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag,
 karakter urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan.

4. Pemeriksaan diagnostic :
Pemeriksaan urine (urinalisis):
 Warna: (jernih kekuningan), Penampilan (N: jernih), Bau (N: beraroma),
pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa (N: negatif ), Keton
(N: negatif ), Kultur urine (N: kuman petogen negatif )  melihat adanya
hematuria, pyuria, bacteria, glucosuria, proteinuria
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI
1. Gangguan eleminasi urin(D.0040)
2. Inkontinensia urin berlanjut(D.0042)
3. Inontinensia urin berlebih(D.0043)
4. Inkontinensia urin fungsional(D.0044)
5. Inontinensia urin reflek (D.0045)
6. Inkontinensia urin stres (D.0046)
7. Inkontinensia urin urgensi (D.0047)
8. Kesiapan peningkatan eleminasi urin ((D.0048)
9. Retensi urin (D.0050)
10. Resiko incontinensia urin urgency (D.0051)
1. Gangguan eleminasi urin (D.0040)

Definisi : Disfungsi eleminasi urine


1.
Gejala & tanda mayor
2. Penyebab Subyektif :
• Penurunan kapasitas kandung kemih Desakan berkemih (urgensi)
• Iritasi kandung kemih Urin menetes (dribbling)

• Sering buang air kecil


Efek tindakan medis dan diagnostik
Nokturia
• Kelemahan otot pelvis
Mengompol
• Ketidakmampuan mengakses toilet
Enuresis
• Hambatan lingkungan Obyektif
• Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eleminasi Distensi kandung kemih
• Imaturias Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

• Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gagguan kandungVolume residu urine meningkat


kemih
Luaran : Intervensi keperawatan
Desakan berkemih (urgensi) Utama :
menurun
Distensi kandng kemih menurun 1. Dukungan perawatan diri BAK/BAB
Berkemih tidak tuntas (hesitancy) 2. Manajemen eleminasi urine
menurun
Volume residu urine menurun
Pendukung :
Urine menetes (dribbling)
1. Edukasi toilet training
menurun
Nokturia menurun 2. Irigasi kandung kemih
Enuresis menurun 3. Kateterisasi urine
Disuria menurun 4. Konsultasi
Anuria menurun 5. Latihanotot panggul
Frekuensi BAK membaik
6. Dukungan program pengobatan
Karakteristik urine membaik
7. manajemencairan
Sensasiberkemih meningkat
Dukungan perawatan diri BAK/BAB (I.11349 )
Definisi : memfasilitasi pemenuhan kebutuhan BAK/BAB
Tindakan :
Observasi
1.Identifikasi kebiasaan BAK/BAB
2.Monitor integritas kulit
Terapeutik
3.Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eleminasi
4.Dorong penggunaan toilet/pispot/urinal secara konsisten
5.Jaga privasi selma eleminasi
6.Gantipakaian selama eleminasi jika perlu
7.Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah di gunakan
8.Latih BAK/BAB secara rutin
Edukasi
9.Anjurkan BAK/BAB secara rutin
10.
Anjurkan ke kamar mandi/toilet jika perlu
Manajemen eleminasi urin
Definisi Edukasi
Mengidentifikasi dan mengelola gangguan 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
pola eleminasi urin 2. Jarkanmengukur asupan cairan dan haluaran
Tindakan : urin
3. Ajarkan mengambil spesimenurin midstream
1. Observasi gejala inkontinensia/retensi urin
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
2. Indentifikasi faktor penyebab yang tepat untuk berkemih
inkontinensia/retensiurin
5. Ajarkan terapi modalitas untuk menguatkan
3. Monitor eleminasi urine (frekuensi, otot-otot panggul
konsistensi,volume dan warna urin) 6. Anjurkan minum yang cukup jika tidak ada
Terapeutik : kontraindikasi
4. Catat waktu-waktu haluaran urin 7. Anjurkan mengurangi minum menjelng tidur
5. Batasi asupancairan jika perlu
6. Ambil sample urin tengah (midstream)
atau kultur
Diagnosis keperawatan inkontinensia urin
2. Inkontinensia urin berlanjut(D.0042) 3. Inontinensia urin berlebih (D.0043)
Definisi ;
Definisi :
Kehilangan urin tidak terkendali akibat overdistensi kandung kemih
Pengeluaran urine yang tidak terkendali dan terus Penyebab : blok spincter, obstruksi jalan keluar urin,
menerus tanpa disertai perasaan penuh pada ketidakadekuatan otot detrusor
kandung kemih Gejala Subyektif :
Penyebab : trauma, disfungsi neurologis, neuropati 1.Residu volume urine setelah berkemih atau keluhan kebocoran
sedikit urine
arkus reflek 2.nokturia
Gejala Subyektif : Gejala obyektif ;
1.keluarnya urine konstan tanpa distensi 3.Distensi kandung kemih,
4.Residu urin 100 ml/lebih
2.Nokturia lebih dari 2x sepanjang tidur
Intervensi :
3.Berkemih tanpa sadar 5.Kateterisasi urin
4.Tidak sadar inkontinensia urine 6.Perawatan inkontinensia urin
Intervensi ; 7.latihan berkemih, Latihan otot pangul
5.Kateterisasi urin
6.latihan berkemih
Diagnosis keperawatan inkontinensia urin
4. Inkontinensia urin fungsional (D.0044) 3. Inontinensia urin stress (D.0046)
Definisi : Definisi ;
Kebocoran urin mendadak dan tidak bisa dikendalikan karena
Pengeluaran urine yang tidak terkendali karena
aktifitas yang meningkatkan tekanan intrabdominal
kesulitan atau tidak mampu mencapai toilet pada
Penyebab : kelemahan instrinsik spincter uretra,kelemahan otot
waktu yang tepat pelvis
Penyebab : ketidakmampuan mnegenali tanda-tanda Gejala Subyektif :
berkemih, penurunan tonus kandung 1.Mengeluh keluar urin <50 ml saat tekanan intrabdominal
kemihhambatan mobilisasi / psikologis meningkat (bersin, tertawa dll)
Gejala Subyektif : 2.Pengeluaran urine tidak tuntas
1.Mengompol sebelum mencapai atau selama usaha 3.Urgensi miksi, frekuensi berkemih meningkat
mencapai toilet Gejala obyektif ;
4.Distensi kandung kemih,
2.Mengompol diwakt pagi hari
Intervensi :
3.Mampu mengosongkan kandung kemih lengkap
5.Perawatan inkontinensia urin
Intervensi ; 6.latihan berkemih, Latihan otot pangul
4.latihan berkemih
5.Perawatan inkontinensia urine
Diagnosis retensi urin (D.0050)
Definisi :
Pengososongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab : peningkatan ekanan uretra, kerusakan arkus reflek, blok spincter, disfungsi neurologis, efek agen
farmakologis (etropin, psikotropika, antihistamin, opiate)
Gejala dan tanda
Subyektif :
1.Sensasi penuh pada kandung kemih
2.Dribbling
Obyektif
3.Disuria/anuria
4.Distensi kandung kemih
5.Residu urin 150 ml atau lebih
6.Inkontinensia berelebih
Intervensi utama : kateterisasi urin
1. Kateterisasi urine
Definisi : memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih
Tindakan
Observasi :
Periksa kondisi pasien (kesadaran, TTV, daerah perineal, distensi kandung kemin, inkontinensia urin, relek
berkemih)
Terapeutik:
1.Siapkan peralatan
2.Siapkan pasien (bebaskan pasienpasien dan posisikan dorsal rekumben untuk wanita dan supine untuk lak-laki
3.Pasang handscoon
4.Bersihkan perineal dan preposium dengan NaCL atau aquades atau air DTT
5.Lakukan kateterisasi urine dengan prinsip aseptik
6.Sambungkan kateter urine dengan urine bag
7.Isi balon dengan larutan NaCl atau aquades
8.Fiksasi selang kateter di atas simpisis atau paha
9.Pastikan urie bag ditempatkan lebih rendah darikandung kemih
10.
Berikan label waktu pemasangan
2. Perawatan inkontinensia urin
Definisi :Mengidentifikasi dan merawat pasien yang mengalami pengeluaran urin secar involunteer
Tindakan:
1. Identifikasi penyebab inkontinensia urine
2. Monitor kebiasaan BAK
3. Bersihkan genital dankulit sekitar secra rutin
4. Berikan pujian atas keberhasilan mencegah inkontinensia
5. Buat jadwal konsumsi obat-obatan diuretik
6. Ambl sample urine untuk pemeriksan urin lengkap / kultur
7. Jelaskan mengenai inkontinensia urine dan program penangannnya
8. Anjurkan membatasi konsumsi cairan keluar dan masuk serta pola eleminasi urine
9. Anjurkan minum minimal 1500 ml/hr jika tidak ada kontra indikasi
10. Anjurkam menghindari minuman kopi, soda,teh dan coklat
11. Anjurkan untuk konsumsi buah, sayur untuk menghindari konstipasi
3. Latihan otot panggul
Definisi :mengajarkan kemampuan otot-otot elevator ani dan urogenital melalui kontraksi yang berulang
untuk menurunkan inkontinensia urin
Tindakan
1. Monitor pengeluaran urine
2. Berikan reinforcement selama latihan dengan benar
3. Anjurkan berbaring
4. Anjurkan tifak mengkontriksikan perut, kaki dan bokong selam latihanotot panggul
5. Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi selama 10 detik dengan siklus selama 10-20 kali,
dilakukan 3-4 kali sehari
6. Anjurkan mengkontriksikan otot sekitar uretra dan anus seperti menahan BAB/BAK selama 5 detik
kemudian dikendurkan dan direlaksasikan dengan siklus 10 kali
7. Ajarkan mengevaluasi latihan ynag dilakukan dengan cara menghentikan urin sesaat saat BAK,
seminggu sekali
8. Anjurkan latiha selama 6-12 minggu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai