ELEMINASI URINE
Oleh : Diah EM
Eleminasi Urine
• Merupakan proses membuang sisa – sisa
metabolisme melalui saluran kemih
• Bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah,
• Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang
dengan penyakit ginjal
• Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka
akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya :
retensi urine, enuresis, inkontinensia urine, dll
Sistem perkemihan
Ginjal
• Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna spinalis,di belakang rongga
peritoneum.
• Ginjal merupakan pengatur primer keseimbangan cairan dan asam basa di dalam
tubuh.
• Unit fungsional ginjal yaitu nefron yang berfungsi menyaring darah dan
membuang sampah metabolisme. .
• ginjal terdiri dari 1-4 juta nefron. Setiap nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler
yang dikelilingi oleh kapsula bowman
• Pada orang dewasa,sekitar 125ml/mnt atau 185L/24 jam darah,atau sekitar 21%
curah jantung,mengalir melalui ginjal setiap menit
• Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan
substansi seperti glukosa,asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi
normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi
• Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di
ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine
Fungsi bagian2 dalam neuron
• Badan malpighi terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman. Fungsi badan
malpighi adalah sebagai tempat dimana terdapat alat penyaring darah.
• Glomerulus: Fungsi glomerulus adalah sebagai tempat penyaringan darah yang
akan menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin
primer.
• Kapsula bowman: Adalah semacam kantong/kapsul yang membungkus
glomerulus. Kapsula bowman ditemukan oleh Sir William Bowman. Fungsi kapsula
bowman adalah untuk mengumpulkan cairan hasil penyaringan glomerulus.
• Tubulus kontortus proksimal: Adalah tempat penyerapan kembali/reabsorpsi urin
primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino. Fungsi tubulub
kontortus proksimal adalah untuk menghasilkan urin sekunder dengan kadar urea
tinggi.
Lanjutan..
• Lengkung henle: Adalah saluran berbentuk setengah lingkaran dan menjadi
penghubung antara tubulus kontortus proksimal dengan tubulus kontortus
distal. Lengkung henle berfungsi supaya urine tidak kembali ke tubulus
kontortus proksimal.
• Tubulus kontortus distal: Tempat untuk melepaskan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau berlebihan ke dalam urin sekunder (disebut proses augmentasi).
Fungsi tubulus kontortus distal adalah untuk menghasilkan urin sesungguhnya.
• Tubulus kolektivus: Adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang
menampung urin dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung
kemih. Fungsi tubulus kolektivus adalah untuk mengumpulkan urin dari
beberapa tubulus kontortus distalis lalu dibawa ke pelvis.
Nefron ginjal
Fungsi ginjal
Pengaturan cairan
4. Faktor psikologis
– Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan stimulus berkemih,disamping stimulus buang
air besar(diare) sebagai upaya kompensasi
5. Aktivitas dan tonus otot.
– Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih,abdomen,dan pelvis.
– Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot,dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang.
– Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi
urin secara optimal.
6. Kondisi patologis.
– Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi
urin akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit.
– Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi
urin.
7. Medikasi.
Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic) dapat meningkatkan
pengeluaran urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat menyebabkan
retensi urin.
8. Prosedur pembedahan.
Tindakan pembedahan yang menyebabkan stres yang akan memicu sindrom
adaptasi umum.
Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH sehingga
meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan pengeluran urin.
Selain itu, respons stress juga meningkatkan kadar aldosterone yang
mengakibatkan penurunan pengeluaran urin.
9. pemeriksaan fisik diagnostic.
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti
pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan
pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan
mempengaruhi pengeluaran urin
Inkontinensia urine
Enuresis
• Disebabkan oleh :
– operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
– trauma sum sum tulang belakng
– tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
– sphincter yang kuat
– sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
Gejala klinis
1.ketidaknyamanan daerah pubis, kadang
terasa nyeri dan merasa ingin BAK
2.distensi vesika urinaria
3.ketidak sanggupan untuk berkemih
4.sering berkemih, saat vesika urinaria berisi
sedikit urine. ( 25-50 ml)
5.ketidakseimbangan jumlah urine yang
dikeluarkan dengan asupannya
6.meningkatkan keresahan dan keinginan
berkemih
7.adanya urine sebanyak 3000-4000 ml
dalam kandung kemih.
8.Hesitansi, urine menetes
2. Inkontinensia urine
• ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine
• Terdapat 2 jenis inkontinensia :
– stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-
abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih
– urge inkontinensia yaitu ketidakmampuan menunda berkemih setelah
sensasi berkemih muncul, karena otot kandung kemih (otot destrusor)
tidak stabil terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau
spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alkohol
– Overflow bladder
Penyebab inkontinensia
Tanda gejala
1. pasien tidak dapat menahan keinginan BAK
sebelum sampai di WC
2. pasien sering mengompol
Komplikasi inkontinensia urine
Kondisi yang mempengaruhi urinary
Kondisi yang
memungkinkan sulit
mencapai toilet
Gangguan
kognitif
2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma dan striktur uretra.
4. Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
5. Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-
tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500
ml/jam).
Askep pasien dengan gangguan eleminasi
Pengkajian :
1. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang :
pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, dan
faktor yang mempengaruhi berkemih.
2. Tanyakan obat-obatan yang dikonsumsi
pasien : diuretik, antidepresan, anti hipertensi,
narkotik, sedatif, analgesik dll
3. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
Abdomen pembesaran, palpasi buli-buli distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness,
Mengobservasi keluarnya urine pada saat stress (batuk,
respon valsavah)
Genetalia wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari
meatus, kesadaran, pemeriksaan dubur
genetalia laki-laki kebersihan, adanya lesi, tenderness,
adanya pembesaran skrotum, pemeriksaan dubur
Melakukan pemeriksaan residu urine apabila diduga ada
obstrukdi bagian bawah (kesulitan berkemih, BPH, operasi
daerah panggul sebelumnya)
3. Identifikasi Intake dan output cairan dalam (24 jam) meliputi
pemasukan minum dan infuse,
NGT
pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag,
karakter urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan.
4. Pemeriksaan diagnostic :
Pemeriksaan urine (urinalisis):
Warna: (jernih kekuningan), Penampilan (N: jernih), Bau (N: beraroma),
pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa (N: negatif ), Keton
(N: negatif ), Kultur urine (N: kuman petogen negatif ) melihat adanya
hematuria, pyuria, bacteria, glucosuria, proteinuria
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI
1. Gangguan eleminasi urin(D.0040)
2. Inkontinensia urin berlanjut(D.0042)
3. Inontinensia urin berlebih(D.0043)
4. Inkontinensia urin fungsional(D.0044)
5. Inontinensia urin reflek (D.0045)
6. Inkontinensia urin stres (D.0046)
7. Inkontinensia urin urgensi (D.0047)
8. Kesiapan peningkatan eleminasi urin ((D.0048)
9. Retensi urin (D.0050)
10. Resiko incontinensia urin urgency (D.0051)
1. Gangguan eleminasi urin (D.0040)