Dosen Pembimbing :
Trijati puspita L, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun oleh KEL 4:
1. Adhellia zalfa nabilah (1902012734) 9. Ika Daimatur Rodhiyah (1902012735)
2. Alifia Meliana Ramadhani (1902012724) 10.Nadia Ayu Salsabila 1902012742
3. Azizah Ayu Puspitasari (1902012745) 11.Naili luthfiati (1902012741)
4. Dianna Ika Ernawati (1902012732) 12.Noviana Sadhila (1902012746)
5. Fitria Asmorosari (1902012743) 13.Nur muhtarinin iftidayati (1902012747)
6. Friska nanda eka faiza (1902012736) 14.Siti Asmaul Khusna (1902012760)
7. Gia Ayu Shinta (1902012725) 15.Risky Dwi Kartika (1902012723)
8. Ihsal Alifiah Ma’sumah (1902012727)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
BAB II JURNAL
1. Jurnal 1
2. Jurnal 2
3. Jurnal 3
4. Jurnal 4
5. Jurnal 5
6. Jurnal 6
7. Jurnal 7
8. Jurnal 8
9. Jurnal 9
10. Jurnal 10
11. Jurnal 11
12. Jurnal 12
13. Jurnal 13
14. Jurnal 14
15. Jurnal 15
BAB III TELAAH JURNAL
1. Jurnal 1
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
2. Jurnal 2
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
3. Jurnal 3
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
4. Jurnal 4
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
5. Jurnal 5
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
6. Jurnal 6
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
7. Jurnal 7
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
8. Jurnal 8
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
9. Jurnal 9
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
10. Jurnal 10
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
11. Jurnal 11
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
12. Jurnal 12
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
13. Jurnal 13
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
14. Jurnal 14
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
15. Jurnal 15
A. Topik
B. Masalah
C. Metode
D. Hasil
E. Implikasi Keperawatan
F. Aplikasi di Indonesia
BAB IV PEMBAHASAN
1. Intervensi
2. Indikasi
3. Prosedur Intervervensi
4. Hasil
5. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi distruksi, deformitas dan mengakibatkan ketidakmampuan
(Meiner & Luekenotte, 2006). Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang serius
karena penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga akan mengganggu aktivitas
seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Penyakit rematik merupakan penyakit yang selain menyerang sendi juga dapat
menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, definisi rematik adalah
penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar sendi.
Penyakit rematik yang sering ditemukan adalah osteoartritis akibat degenerasi atau proses
penuaan, artritis rematoid penyakit autoimun dan gout karena asam urat tinggi (Junaidi,
2006).
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi
hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat
menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan 1 2 masalah seperti
rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera
(Kisworo, 2008)
BAB II
JURNAL
1. Pengaruh latihan gerak aktif terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia
Abstract
Artritis reumatoid merupakan masalah degeneratif yang sering terjadi pada lansia. Salah satu
gejala yang sering ditimbulkan oleh artritis reumatoid adalah nyeri sendi. Salah satu tindakan
keperawatan dalam mengatasi gangguan muskuloskeletal adalah senam aktif. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam terhadap rentang gerak aktif terhadap intensitas
nyeri rematik pada lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan
desain one group pre-test dan post-test onlydesign. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling dengan subjek penelitian 16 subjek. Penelitian ini menggunakan analisis
Wilcoxon Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh latihan rentang gerak aktif
terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia dengan rerata nilai pre-test 4,88 (SD: 0,953) dan
rerata posttest 3,88 (SD: 1,143) p-value = <0,0001. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
alternatif dalam mengatasi nyeri rematik pada lansia tanpa perlu mengeluarkan biaya dan efek
samping.
Keywords: Active range of motion exercises, rheumatic pain, elderly
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum
dan sesudah diberikan kompres hangat pada area persendian tubuh pada penderita
rematik usia lanjut di Puskesmas Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun 2010. Jenis
penelitian ini adalah analitik kompersiatif. penelitian dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 932 penderita rematik dan sampel
yang digunakan sebanyak 47 orang yang dipilih dengan teknik consecutive sampling.
Variabel bebas adalah pemberian kompres hangat sedangkan variabel terikat adalah
intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat pada daerah persendian
pada penderita rematik usia lanjut.
Teknik pengumpulan data menggunakan check list dan observasi. Hasil penelitian ini
sebagian besar 55% mengalami nyeri sebelum diberikan kompres hangat, kemudian
setelah diberikan kompres hangat 68% mengalami nyeri ringan. Hasil uji analisis statistik
dengan menggunakan Wilcoxon didapatkan nilai dengan signifikansi ρ = 0,000 yang
lebih kecil dari standar yang sebenarnya α = 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1
dikecualikan, artinya terbukti terdapat perbedaan intensitas nyeri. Sebelum dan sesudah
diberikan kompres hangat pada area persendian pada penderita rematik usia lanjut di
Puskesmas setempat di Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun 2010.
Untuk mengurangi rasa nyeri atau rematik usia lanjut, diharapkan penggunaan kompres
hangat pada area persendian tubuh dapat efektif menstimulasi kulit karena kompres
hangat dapat menurunkan pH pada darah. Sehingga serangan radang sendi tubuh bisa
berkurang.
9. Pengaruh pemberian kolang kaling terhadap penurunan skala nyeri rematik pada
lansia
Abstract
Di Kota Padang penyakit rematik yang terjadi pada lansia tahun 2014 jumlah kasus
sebanyak 2351 kasus. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Kolang Kaling Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Rematik Pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2019. Penelitian ini
merupakan penelitian QuasyEksperiment dengan menggunakan rancangan One Group
Pretest Posttest yang dilaksanakan pada tanggal 15-21 Juli 2019 populasi seluruh lansia
yang menderita rematik di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin berjumlah 58 orang lansia,
dengan jumlah sampel adalah 10 orang lansia. Pengambilan sampel dilakukan purposive
sampling. Instrumen penelitian ini adalah NRS (Numerical Rating Scale). Analisa Data
penelitian ini adalah uji paired sample t-test. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor
nyeri sebelum pemberian kolang kaling pada lansia didapatkan mean 5 dengan standar
deviasi 1,25 dan sesudah pemberian kolang kaling pada lansia didapatkan mean 3,2
dengan standar deviasi 0,92. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=value 0,000 (p<0,05),
yang berarti bahwa ada Pengaruh Pemberian Kolang Kaling Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Rematik Pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2019. Pemberian
kolang kaling dapat direkomendasikan sebagai salah satu penatalaksanaan
nonfarmakologis nyeri rematik. Saran dari hasil penelitian ini diharapkan agar petugas
kesehatan PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dapat menambahkan program tanam toga
untuk kesehatan.
Kata Kunci : kolang kaling, nyeri, rematik, lansia
11. Pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lanjut usia dengan
oesteoarthritis lutut
Abstract
Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada
lansia. Nyeri sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak
pada penurunan lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat
digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi adalah senam rematik. Gerakan aktif dan
ringan tanpa menggunakan beban dalam senam rematik menjadi pemicu pengeluaran
beta-endorfin, neuromudulator alami tubuh yang dapat menghambat pelepasan impuls
nyeri sehingga skala nyeri sendi lansia berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis
lutut. Desain penelitian quasi experimental dengan pendekatan pretest-posttest with
control group design. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling di
Panti Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang kemudian dibagi menjadi kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian adalah Pain Assessment in
Advanced Dementia Scale dengan
analisis data menggunakan Paired T Test dan Independent T Test.Uji hipotesis dengan
Paired T Test pada kelompok perlakuan p-value= 0,000 dan pada kelompok kontrol p-
value= 0,017. P-value kedua kelompok < 0,05 yang berarti terdapat penurunan skala
nyeri setelah pemberian senam rematik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Uji beda mean posttest antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menggunakan
Independent T Test menunjukkan p-value= 0,000 (p<0,05) yang berarti penurunan skala
nyeri dengan senam rematik lebih bermaknadaripada penurunan skala nyeri yang tidak
diberikan senam rematik. Terdapat pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala
nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut berupa penurunan skala nyeri pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, tetapi hasil uji beda mean kedua kelompok
menunjukkan adanya perbedaan perubahan skala nyeri, skala nyeri kelompok perlakuan
lebih rendah daripada kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri lebih efektif pada
kelompok menggunakan senam rematik daripada kelompok yang tidak diberikan senam
rematik.
Kata kunci: Lansia, nyeri sendi, osteoarthritis lutut, senam rematik, skala nyeri.
12. Hubungan derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada pasien Artritis
Reumatoid
Abstract
Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit kronik sistemik yang sering disertai dengan
depresi pada 20-30% pasiennya. Derajat aktivitas penyakit AR dinilai dapat
memengaruhi terjadinya depresi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi
depresi pada pasien AR dan hubungan antara derajat aktivitas penyakit dengan depresi
pada pasien AR.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dengan memeriksa
pasien AR di Poliklinik Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi secara konsekutif pada bulan
Januari sampai Maret 2017. Derajat aktivitas penyakit AR dinilai dengan menggunakan
Disease Activity Score - 28 (DAS 28) dan depresi dinilai dengan kuesioner Back
Depression Inventory (BDI). Analasis statistik dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 20.0.
Hasil. Dari 145 subjek yang ikut dalam penelitian, sebanyak 90,3% adalah wanita (131
orang). Median usia subjek adalah 55 tahun (rentang 19-83 tahun). Sebanyak 45 subjek
(31%) memiliki masalah psikososial (stresor). Hasil analisis menunjukkan bahwa
proporsi depresi pada pasien AR sebesar 35,9% (IK 95%30–42%). Derajat aktivitas
penyakit subjek yang diukur dengan DAS 28 menunjukkan bahwa proporsi subjek
dengan derajat aktivitas AR ringan, sedang, dan berat secara berturut-turut yaitu 24
(82,8%), 52 (66,7%), dan 4 (23,5%). Hasil analisis chi- square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada
pasien AR (p = 0,001).
Simpulan. Proporsi kejadian depresi pada pasien AR di RSCM adalah sebesar 35,9%.
Derajat aktivitas penyakit memiliki hubungan yang bermakna dengan depresi pada pasien
AR.
Kata Kunci: Artritis Reumatoid, depresi, derajat aktivitas penyakit
13. Pengaruh self hypnosis terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita
rematik
Abstract
Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok penyakit (gabungan
untuk lebih dari seratus penyakit) dengan manifestasi klinis berupa nyeri menahun pada
sistem muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta pembengkakan jaringan sekitar sendi dan
tendon. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi, tetapi penyakit rematik dapat
pula mengenai jaringan ekstra artikuler. Manajemen Nyeri yang tepat diperlukan untuk
menangani respon nyeri. Tujuan penelitan untuk mengetahui pengaruh self hypnosis
terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita rematik di Desa Kertawinangun
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan Tahun 2015.
Jenis penelitian adalah penelitian Quasi Experiment dengan rancangan One Group Pre-
test Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rematik di Desa
Kertawinangun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten
Kuningan Tahun 2015 berjumlah 26 orang dan pengambilan sampel menggunakan
metode total sampling yaitu 26 orang. Pengambilan data penelitian menggunakan lembar
observasi. Nyeri diukur dengan menggunakan Verbal Descriptor Scales (VDS). Analisa
data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Uji normalitas data
menggunakan Saphiro Wilk. Hasil penelitian ini berdasarkan analisa statistik uji dengan
wilcoxon signed rank test menunjukan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri pada
responden sebelum diberikan penyuluhan rerata 3,50 dan sesudah penyuluhan rerata 2,27
dengan nilai z (-4,137) serta nilai probabilitas (p =0,000). Hasilnya ada pengaruh
signifikan self hypnosis terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita rematik di
Blok Manis Desa Kertawinangun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu
Kabupaten Kuningan.
Kata kunci : Self Hypnosis, Intensitas Nyeri, Penderita Rematik
14. Pengaruh teknik relaksasi Napas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri pada
lansia dengan Artitis Reumatoid
Abstract
Penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa teknik relaksasi yang dalam dapat
mengurangi rasa sakitpersepsi bagi orang tua penderita Artritis Reumatoid. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahuiTahapan persepsi nyeri sebelum dan sesudah
diberikan teknik relaksasi, untuk mengetahui diferensiasi danmenganalisis hasil
diferensiasi. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan Time Series Design
metode. Dengan menggunakan 10 responden yang ditemukan dengan accidental
sampling. Variabel bebas ada pengaruh relaksasi dalam dan variabel terikat adalah
penurunan persepsi nyeri pada lansiapria dengan Arthritis Rheumatoid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi dalam berpengaruh signifikan
terhadap nyeriPersepsi Penderita Arthritis Rheumatoid. Wilcoxon Signed Rank Test
menunjukkan pada α = 0,05 (p =0,005 dengan selang kepercayaan 95%,). Berdasarkan
fakta tersebut diatas maka metode relaksasi adalahberguna untuk orang tua untuk
mengatasi masalah nyeri dan untuk perawat dapat menerapkan teknik relaksasi yang
mendalam menurunkan persepsi nyeri pada lansia penderita Arthritis Rheumatoid sebagai
perawatan mandiri intervensi.
Kata kunci: Teknik relaksasi dalam, persepsi nyeri, Artritis Reumatoid
15. Pengaruh Tai-chi Exercise terhadap intensitas nyeri rheimatoid arthiritis pada
lansia
Abstract
Penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa teknik relaksasi yang dalam dapat
mengurangi rasa sakit persepsi bagi orang tua penderita Artritis Reumatoid. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Tahapan persepsi nyeri sebelum dan sesudah
diberikan teknik relaksasi, untuk mengetahui diferensiasi dan menganalisis hasil
diferensiasi. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan Time Series Design
metode. Dengan menggunakan 10 responden yang ditemukan dengan accidental
sampling. Variabel bebas ada pengaruh relaksasi dalam dan variabel terikat adalah
penurunan persepsi nyeri pada lansia pria dengan Arthritis Rheumatoid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi dalam berpengaruh signifikan
terhadap nyeri Persepsi Penderita Arthritis Rheumatoid. Wilcoxon Signed Rank Test
menunjukkan pada α = 0,05 (p =0,005 dengan selang kepercayaan 95%,). Berdasarkan
fakta tersebut diatas maka metode relaksasi adalah berguna untuk orang tua untuk
mengatasi masalah nyeri dan untuk perawat dapat menerapkan teknik relaksasi yang
mendalam menurunkan persepsi nyeri pada lansia penderita Arthritis Rheumatoid sebagai
perawatan mandiri intervensi.
Kata kunci: Teknik relaksasi dalam, persepsi nyeri, Artritis Reumatoid
BAB III
TELAAH JURNAL
B. MASALAH
Artritis reumatoid merupakan masalah degeneratif yang sering terjadi pada lansia.
Salah satu gejala yang sering ditimbulkan oleh artritis reumatoid adalah nyeri sendi.
Salah satu tindakan keperawatan dalam mengatasi gangguan muskuloskeletal adalah
senam aktif. Rheumatoid arthritis merupakan salah satu penyakit kronik sistemik pada
system musculoskeletal. Penyakit ini ditandai dengan peradangan pada lapisan sendi
synovial. Rheumatoid arthritis harus mendapatkan penanganan yang serius karena
kondisi nyeri pada penderitanya menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari
Sehingga diperlukan manajemen yang tepat pada klien dalam mengatasi keluhan
yang dialami.Terdapat berbagai terapi dan pengobatan yang diberikan kepada
klien rheumatoid arthritis terkait nyeri yang dialami antara lain terapi farmakologi
dan non farmakologi. Terapi farmakologi seperti NSAID dapat berisiko
mengalami toksisitas pada system gastrointestinal, dan kardio-renal. Terapi non
farmakologi yang dapat digunakan antara lain fisioterapi, terapi okupasi, hand
exercise,podiatri, diet dan terapi komplementer (NICE, 2018).
C. METODE
Desain penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dengan rancangan onegroup pre-test and posttest only design (Polit &
Beck, 2012).Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan cara
purposivesampling. Criteria sampel yaitu klienlansia RA dengan intensitas nyeri ringan
sampai sedang. Jumlah sampel sebanyak 16 responden. Pengambilan data dilakukan
denganmenggunakan Numeric Ratin Scale(NRS). Analisis data menggunakan uji
Wilcoxon.
D. HASIL
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, dan Pekerjaan (N=16)
Karakteristik Frekuensi Persentase%
Usia
45-50 7 43,8%
51-55 3 18,8%
56-60 3 18,8%
Total 16 100%
Jenis Kelamin
Laki –laki 3 18,8%
Perempuan 13 81,3%
Total 16 100%
Pekerjaan
Petani 10 62,2%
Ibu Rumah Tangga 3
Wiraswasta 3 18,8%
Total 16 100%
Tabel 3. Data intensitas nyeri rematik sebelum dan sesudah dilakukan latihan rentang gerak
aktif
Intensitas Nyeri Mean N Z P-Value
Pre 4,88 16
16 -3,619 0,000
Post 3,38
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa terdapat pengaruh latihan gerak aktif terhadap
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi.
E. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dalam jurnal ini perawat dapat meningkatkan latihan gerak pada klien RA dapat
membantu klien dalam meningkatkan fungsi tubuh dan memudahkan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari dan mengurangi rasa nyeri.
Dalam jurnal ini perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya.
Pengaruh latihan gerak aktif dapat menurunkan intensitas nyeri pada lansia,
F. APLIKASI KEPERAWATAN
Pemberian latihan rentang gerak supaya rileks sehingga akan mengaktifkan sistem
limbik dalam tubuh untuk memproduksi hormon endorfrin. Selanjutnya hormon
endorfrin dilepaskan untuk memblok transmisi stimulus nyeri. Stimulus kutaneus
seperti latihan rentang gerak mengaktifkan transmisi serabut A-beta yang lebih
besar dan lebih cepat, implus ini akan menghambat implus dari serabut berdiameter
kecil sehingga sensasi atau nyeri yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang
atau bahkan tidak dihantarkan ke otak. Diperlukan Latihan ROM aktif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta dapat
mencegah perburukan kapsul sendi, ankilosis, dan kontraktur.
2. PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN NYERI REMATIK
PADA LANSIA
1902012734
A. TOPIK
B.Masalah
Masalah – masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh
salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini kuantitatif menggunakan desain “Quasi experimental pre post test
with control group”. Desain ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap identifikasi nyeri pada
penderita rematik sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan Numerical Rating
Scale, tahap intervensi (senam rematik), dan tahap evaluasi setelah dilakukan intervensi
dengan menggunakan Numerical Rating Scale.
D. Hasil
Dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skala nyeri pada sebelum
dan sesudah dilakukan senam rematik.dimana setelah melakukan senam rematik pasien
penyandang penyakit rematik meresa lebih relaks dan nyeri berkurang
E. IMPlIKASI KEPERAWATAN
F. Aplikasi di indonesia
Pada tahun 2014 penderita rematik 355 juta penduduk seluruh dunia..Rematik dapat
disebabkan oleh kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik. Tanda dan gejala rematik yaitu:
nyeri sendi, inflamasi, deformitas .Nyeri pada sendi membuat penderita rematik
mengalami ganguan aktivitas seharihari sehingga dapat menurunkan produktivitas. .
Menurut penelitian Zeng QY El tahun 2008 di Indonesia intensitas skala nyeri rematik
mencapai 23,6 % hingga 31,6 % pada lansia usia 60-90 tahun penderita
rematik.Penatalaksanaan rematik terdiri dari 2 yaitu secara farmakologis seperti obat-
obatan analgetik, anti inflamasi dan non farmakologis seperti kompres panas, kompres
dingin, tarik nafas dalam, hipnosis dan senam rematik untuk menghilangkan rasa nyeri
pada sendi serta inflamasi pada send
A. Topik
Exercise in rheumatoid arthiritis
B. Masalah
Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis autoimun atau
respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang menyebabkan
hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut
(Sakti & Muhlisin, 2019; Masruroh & Muhlisin, 2020).
C. Metode
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian korelasi. Dimana rancangan penelitian ini digunakan untuk melihat
hubungan tingkat pengetahuan perawatan lansia dengan kejadian reumatoid arthritis pada
lansia di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia Pagar Dewa Bengkulu.
Cara pengumpulan data diperoleh lansung dari subjek penelitian meliputi informasi
mengenaai tingkat pengetahuan lansia dan dengan penanganan penyakit rheumatoid
arthritis pada lansia di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia Pagar Dewa Kota
Bengkulu melalui pertanyaan yang diberikan.
D. Hasil
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa distribusi diketahui ada hubungan antara
pengetahuan lansia penderita rheumatoid arthritis dengan penanganan penyakit
rheumatoid arthritis didapatkan bahwa dari 25 lansia terdapat 8 orang (32%) lansia
dengan pengetahuan kurang baik, 4 orang (16%) lansia dengan pengetahuan cukup baik,
dan 13 orang (52%) lansia berpengetahuan baik.
E. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan uji kolerasi yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat di lihat
bahwa nilai korelasi tingkat pengetahuan dengan penanganan penyakit rheumatoid
arthritis di dapat nilai r = 0.904 atau kekuatan hubungan sangat kuat, dan pola hubungan
positif (+) yang artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan responden maka semakin
tinggi pula penanganan terhadap penyakit rheumatoid arthritis responden. Dan didapatkan
pula p-value 0.000 yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
penanganan penyakit rheumatoid arthritis pada lansia di Balai Pelayanan dan
Penyantunan Lanjut Usia Pagar Dewa Kota Bengkulu.
F. Aplikasi Di Indonesia
sumber informasi yang diperoleh dari berbagai sumber maka seseorang cenderung
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai sumber informasi (TV, radio, majalah,
penyuluhan, smart phone dan lain-lain) maka akan meningkatkan pengetahuan seseorang.
A. Topik
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
yaitu “ Apakah ada pengaruh senam rematik terhadap nyeri sendi pada lansia di
Puskesmas Padang Bulan ? ”
C. Metode
Penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen one group pre dan post test without
control dengan populasi seluruh penderita nyeri sendi pada lansia dan masing – masing
jumlah sampel 32 responden kelompok intervensi, yang diambil dengan cara purposive
sampling. Analisis data yang digunakan Paired T-Test. Skala Nyeri pada penelitian ini
diukur dengan menggunakan Pain Numeric Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan nyeri sendi yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian
senam rematik kelompok intervensi: Nilai P Value = 0.000 (p<0,05).
D. Hasil
E. Implikasi keperawatan
F. Aplikasi di indonesia
Prevalensi penyakit sendi di Indonesia juga cukup tinggi, sebesar 24,7%. Pada usia 45-54
prevalensinya sebesar 37,2%, usia 55-64 sebesar45,0%, usia 65-74 sebesar 51,9% dan
usia lebih dari 75 sebesar 54,8% (RISKESDAS, 2013). Secara khusus prevalensi
osteoarthritis di Indonesia berjumlah 5% pada usia< 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun
dan 65% pada usia > 61 tahun (Bactiar, 2010).Untuk provinsi Sulawesi Selatan,
prevalensi penyakit ini adalah 27,7%, Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Sumatera
barat (33%), Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%)(RISKESDAS, 2013).
A. Topik :
B. Masalah :
Klien RA memiliki keluhan utama yang paling sering dikeluhkan yaitu nyeri.
Penggunaan analgesik dan NSAID seringkali digunakan pada klien RA untuk
menurunkan respons nyeri. Dewasa ini penggunaan NSAID dan analgesik mulai
memberikan dampak/efek samping pada klien sehingga klien dengan RA mulai memilih
pengobatan alternatif non farmakologi untuk membantu mengurangi respons nyeri.
C. Metode :
Jurnal-jurnal yang telah dipublikasikan secara elektronik yang dipublikasikan 10 tahun
terakhir (2006-2016). Database yang digunakan adalah Ebsco, PubMed, Science Direct,
Scopus, dan Proquest.
D. Hasil :
15 studi telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil literatur review
mengindikasikan bahwa terapi nonfarmakologis komplementer memberikan hasil positif
pada penurunan nyeri pada klien RA. Pada aspek psikologis yakni ansietas dan fatigue
yang dialami pada klien RA dilaporkan menurun signifikan.
E. Implikasi Keperawatan :
Berdasarkan pada hasil literatur review, dapat disimpulkan bahwa terapi nonfarmakologi
komplementer adalah suatu metode pengobatan komplementer yang efektif bagi klien
dengan penyakit RA terutama untuk menurunkan nyeri. Terapi nonfarmakologi
komplementer ini harus dilakukan secara rutin agar efek yang telah ditimbulkan pada
tubuh tidak hilang. Selanjutnya,masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengembangan-pengembangan intervensi nonfarmakologi komplementer untuk klien RA
agar biaya perawatan dapat dikurangi dan meningkatkan derajat fungsional tubuh dari
klien RA
F. Aplikasi di Indonesia :
B. Masalah :
C. Metode :
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan pre post
test control group design yang dilakukan pada bulan Maret-April 2015. Besar sampel
berjumlah 32 lansia, diperoleh melalui tehnik purposive sampling, dengan kriteria inklusi:
1) lansia dengan RA, 2) lansia dengan skor MMSE : 24-30 dan 3) lansia kooperatif dan
tidak mengalami gangguan pendengaran. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1)
lansia yang mengalami komplikasi dan membutuhkan perawatan penuh, 2) lansia dengan
nyeri RA yang mengalami ketergantungan dengan konsumsi analgesik Variabel
independen pada penelitian ini adalah Model comfort food for the soul yang diberikan
melalui terapi musik religi dan variabel dependen : tingkat stres dan kenyamanan.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner : DASS (tingkat stres) dan GCQ
(kenyamanan) Pre-tes dilakukan pada kelompok kontrol terlebih dahulu dengan
melakukan pengukuran tingkat stres dan kenyamanan. Dua minggu kemudian dilakukan
post-test pada kelompok kontrol. Pada minggu ketiga responden perlakuan diberikan
intervensi model comfort food for the soul selama 30 menit 2x/minggu (selasa dan kamis)
selama 4 minggu dengan terlebih dahulu melakukan pre-test. Latihan dilakukan pada
pukul 09.00-10.00 secara kelompok di Ruang pertemuan. Post-tes kelompok perlakuan
dilakukan 1 hari setelah perlakuan yang terakhir dengan mengukur tingkat stres dan
kenyamanan.
D. Hasil :
Data tingkat stres lansia pada Tabel.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden
kelompok perlakuan, yaitu 12 orang (75,00%)mempunyai tingkat stres dalam kategori
sedang pada pre test dan 11 orang (69,00%) mempunyai tingkat stres dalam katagori
ringan pada post test. Analisa data pre-post menggunakan uji WilcoxonSign Rank Test
dengan nilai p=0,001 (p<0,05) menunjukkan terdapat perbedaan tingkat Stres pre dan
post pemberian intervensi model comfort food for the soul pada kelompok perlakuan.
E. Impikasi keperawatan :
Dampak Bagi Keperawatan : Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
kenyamanan pada kelompok perlakuan setelah pemberian model comfort food for the
soul, akan tetapi terdapat satu orang yang tidak mengalami perubahan tingkat
kenyamanan (tetap rendah) dan satu orang yang mengalami penurunan tingkat
kenyamanan (tinggi kesedang).
Peran Bagi Perawat : Perawat gerontik sebagai salah satu upaya menurunkan
tingkat stress dan meningkatkan kenyamanan lansia dengan Rheumatoid Arthritis
sehingga mutu pelayanan keperawatan pada lansia dengan nyeri kronik Rheumatoid
Arthritis melalui pendekatan psikoterapi dapat ditingkatkan.
F. Aplikasi di Indonesia :
A. Topik
Rheumatoid arthritis.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini yaitu "Apakah Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri
Rematik Pada Lansia?".
C. Metode
Penelitian ini menggunakan desain pre eksperiment one group pre and post test design
yaitu setiap subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi
setelah intervensi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 47 lansia sedangkan tehnik
pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive samplingyakni pemilihan sampel
dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi.
Tehnik analisa data menggunakan uji Statistic Wilcoxon.
D. Hasil
Lansia dengan intensitas nyeri ringan sebanyak 9 (19%) orang, lansia dengan intensitas
nyeri sedang sebanyak 26 (55%) orang sedangkan yang mengalami nyeri berat sebanyak
12 (26%) orang. Kemudian setelah dilakukan perlakuan berupa pemberian kompres
hangat pada penderita lansia diperoleh hasil intensitas nyeri pada penderita rematik lansia
adalah lansia dengan keluhan tidak nyeri sebanyak 12 (26%), lansia dengan nyeri ringan
sebanyak 32 (68%) sedangkan lansia dengan nyeri sedang 3 (6%). Analisa data
menggunakan uji Statistic Wilcoxon diperoleh hasil bahwa p=0,000 atau probabilitasnya
dibawah 0,05 (0,000 < 0,05). Maka hasilnya Ho ditolak dan H1 diterima atau memang
ada perbedaan antara sebelum dan setelah diberi kompres hangat.
E. Implikasi keperawatan
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi responden tentang pengaruh pemberian
kompres hangat terhadap penurunan nyeri rematik pada lansia
2. Puskesmas atau Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perawat dan
tatanan komunitas dalam memberikan intervensi dalam upaya mengurangi nyeri rematik
pada lansia.
3. Peneliti lain
Penelitian yang sama dapat dilakukan pada responden yang berbeda, dengan jumlah
sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih panjang, dapat mencari literatur
yang lebih banyak lagi mengenai metode, teknik dan pelaksanaan untuk lebih mendukung
dan memperkuat hasil penelitian.
F. Aplikasi di indonesia
Pada penelitian di Puskesmas Ngadiluwih Kabupaten Kediri Tahun 2010 hasil
penelitian perbedaan intensitas nyeri pada penderita rematik lansia sebelum diberi
kompres hangat 26 responden (55 %) nyeri sedang, sesudah kompres hangat 32
responden (68 %) nyeri ringan. Data dari penelitian dengan menggunakan uji
StatisticWilcoxon dengan ketentuan apabila ρ ≤ α(0,05) maka, H0 ditolak dan H1
diterima, pada penelitian ini ρ = 0,000< 0,05, berarti ada perbedaan intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada daerah persendian pada penderita
rematik lansia. Dengan intensitas nyeri sebelum diberi kompres hangat pada daerah
persendian pada penderita rematik lansia tahun 2010 tingkat nyerisedang dan intensitas
nyeri sesudah diberi kompres hangat pada daerah persendian pada penderita rematik
lansia tahun 2010 tingkat nyeri ringan serta ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberi kompres hangat pada daerah persendian pada penderita rematik lansia
tahun 2010.
B. MASALAH
C. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analitik dengan
menggunakan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Lanjut Usia di Panti yang berjumlah 62 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan accidental sampling yang berjumlah 30 responden.
Pengambilan data di lakukan pada tanggal 15 oktober 2019 sampai 18 November 2019
dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 20 November 2019 sampai 11
Desember 2019. Prosedur pengumpulan data dengan observasi dan wawancara secara
langsung pada responden dalam bentuk pilihan (check list) yang dikembangkan oleh
peneliti.
D. HASIL
Didapatkan aktifitas fisik baik yaitu 17 responden (56,7%) dan aktifitas fisik tidak baik
yaitu 13 respoden (43,3%). Lansia yang mengalami nyeri Rheumatoid Arthritis yaitu 19
responden (63,3%) dan yang tidak mengalami nyeri Rheumatoid Arthritis yaitu 11
resonden (36,7%). Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan nyeri Rheumatoid Arthritis
dengan nilai p-value = 0,001.
E. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dalam jurnal ini perawat dapat meningkatkan stimulasi aktivitas fisik lansia
dengan Rheumatoid Arthritis secara rutin untuk mengurangi nyeri
Dalam jurnal ini perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
aktivitas fisik terhadap pencegahan dan pengobatan nyeri Rheumatoid Arthritis.
F. APLIKASI KEPERAWATAN
Diperlukan keseimbangan dalam melakukan aktivitas fisik dan istirahat untuk menjaga
supaya nyeri menjadi minimal. Untuk menjaga agar nyeri tidak bertambah yaitu aktivitas
fisik yang memberi tekanan yang lebih kuat pada sendi. Selain itu, untuk mengatasi nyeri
dapat dilakukan terapi non farmakologi diantaranya relaksasi, distraksi, kompres dingin
dan panas, guided imagery, biofeedback, sentuhan terapeutik, bimbingan antisipasi
(anticipatory guidance), dan hypnosis.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
yaitu "Apakah Pengaruh Pemberian Kolang Kaling Terhadap Punurunan Skala Nyeri
Rematik pada Lansia?".
C. Metode
Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Experiment yaitu disusun untuk mengetahui
suatu gejala pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.
Penelitian ini menggunakan One Group Pretes Posttest Design, yaitu sebelum diberikan
kolang kaling terlebih dahulu dilakukan pretest kemudian setelah diberikan kolang kaling
maka dilakukan lagi posttest untuk mengetahui perubahan pada pengaruh nyeri rematik
dari perlakuan tersebut.
D. Hasil
Skala nyeri pre dan post didapatkan selisih nyeri yaitu 1,80. Dari tabel terlihat pengaruh
nyeri sebelum dan sesudah pemberian kolang kaling pada lansia. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p value = 0,000 (p ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang bermakna antara nyeri rematik sebelum dan sesudah pemberian kolang kaling.
E. Implikasi keperawatan
• Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan kedepannya bagi
perawat puskesmas, dalam menurunkan skala nyeri rematik pada lansia dengan
pemberian kolang kaling.
• Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penilitian ini bermanfaat untuk bahan referensi dan masukan bagi seluruh
mahasiswa/wi keperawatan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Mercubaktijaya Jalan Jamal Jamil Pondok Kopi, Siteba, Padang, Sumatera Barat.
• Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menyempurnakan
penelitian yang selanjutnya dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti
tentang pengaruh pemberian kolang kaling terhadap skala nyeri rematik pada lansia
di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
F. Aplikasi di indonesia
Rata-rata nyeri sebelum pemberian kolang kaling menunjukkan bahwa rata – rata skor
nyeri sebelum pemberian kolang kaling adalah 5 dengan standar deviasi 1,25 pada lansia
di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ardedesta (2018) pengaruh pemberian kolang kaling terhadap nyeri
rematik di Desa Warung Derjo didapatkan nyeri pre dengan rata-rata 5,62 dan standar
deviasi yaitu 0,619 dengan p value = 0,000. Penelitian ini sejalan karena mendapatkan
rata-rata pemberian kolang kaling dengan nilai ≤ 0,05. Selain itu sama-sama untuk
penurun nyeri rematik pada lansia. rata-rata nyeri sesudah pemberian kolang kaling
menunjukkan bahwa rata – rata skor nyeri sesudah pemberian kolang kaling adalah 3,2
dengan standar deviasi 0,92 pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardedesta (2018) pengaruh pemberian
kolang kaling terhadap nyeri rematik di Desa Warung Derjo didapatkan nyeri post yaitu
rata-rata 3,31 dengan standar deviasi 1,138 dan hasil uji statistik didapatkan p value
= 0, 000. Artinya ada pengaruh nyeri rematik sebelum dan sesudah pemberian kolang
kaling pada lansia. Penelitian ini sejalan karena mendapatkan rata-rata pemberian kolang
kaling dengan nilai ≥ 3.Berdasarkan tabel pengaruh kolang kaling terhadap intesinta skala
nyeri pre dan post didapatkan selisih nyeri yaitu 1,80. Dari tabel terlihat pengaruh nyeri
sebelum dan sesudah pemberian kolang kaling pada lansia. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p value = 0,000 (p ≤ 0,05).
B. Masalah
Rematik terjadi persendian nyeri sendi dan kaku pada persendian, terapi bekam semakin banyak
digunakan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
bekam terhadap nyeri pada pasien rematik di Puskesmas Jati Kota Probolinggo. Penelitian ini
menggunakan metode praeksperimentaldengan rancangan pra-pasca tes dalam satu
kelompok.Teknik sampling menggunakanpurposive sampling dengan sampel24 orang.
Pengumpulan data melaluiwawancara dengan mengukur skala nyeri pasien menggunakan
comparative pain scalesebelumdan setelah terapibekam. Terapibekam dilakukan sebanyak 2
kalidalamrentang 1 pekan.Normalitas data diuji dengan Uji one sampel kolmogorov-smirnov. Uji
hipotesisskala nyeri sebelum dan setelah bekam menggunakan uji peringkat bertandadari
Wilcoxon. Rata-rata skala nyeri pasien sebelum bekam adalah 4,65 dan setelah bekam menjadi
2,34.Hasil uji statistik diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05artinya terdapat pengaruh terapi bekam terhadap tingkatan nyeri pada pasien rematik.
Bekam berperan dalam meningkatkan sirkulasi darah ke sendi, menghilangkan peradangan
pembuluh darah, menstimulasi keluarnya zat Nitrit Oksida, Endorfindan Enkefalinyang
mengurangi kepekaan terhadap nyeri.
C. Metode
Desain penelitian adalah pra eksterimental dengan rancangan pra pasca tes dalam satu
kelompok tanpa ada kelompok pembanding/kontrol. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan setelah terapi bekam 2 kali. Populasi
yang digunakan adalah pasien rematik yang berkunjung ke puskesmas. Sampel dari penelitian ini
adalah pasien rematikyang didapat secara purposive sampling yang memenuhi kriteria sebanyak
24 orang.
Prosedur yang ditetapkan adalah sebagai berikut: menjelaskan kepada responden tentang
tujuan manfaat menjadi subjek penelitian, menandatangani lembar kesediaan, mengisi biodata
dan riwayat penyakit, pengukuran skala nyeri menggunakan Lembar Comparative Pain
Scale,kemudian dilakukan terapi bekam 2 kali dengan interval 1 pekan. Pengukuran skala nyeri
dilakukan lagisetelah terapi bekam kedua. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: lembar observasi, tensimeter dan set peralatan bekam. Lokasi penelitian berada di
Puskesmas Jati Kota Probolinggo selama 2 bulan.
Pada penelitian ini variabel yang digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi adalah
karakteristik pasien rematik yang meliputi: jenis kelamin, umur, dan pekerjaan, serta skala nyeri
sebelum dan setelah terapi bekam. Uji normalitas data menggunakan Uji one sampel
kolmogorov-smirnov (Riwidikdo, 2010). Bila data berdistribusi normal maka menggunakan Uji t
sampel berpasangan. Bila data tidak berdistribusi normal, maka mengunakan uji peringkat
bertanda dari wilcoxon(Nursalam,2017). Analisa ini dilakukan untuk mengetahui adanya
pengaruh bekam terhadap skala nyeri pada penderita rematik.
D. Hasil
Skala nyeri sebelum dibekam sebagian besar dengan skala nyeri 5 sebanyak 15 responden atau
62,5 %. Skala 5 adalah nyeri yang sangat menyusahkan, nyeri yang kuat, dalam, dan menusuk,
seperti pergelangan kaki yang terkilir saat salah berdiri, atau sakit punggung ringan. Nyeri ini
berdampak mengganggu sebagian besar kegiatan sehari-hari, tetapi masih bisa mandiri.
Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien rematik sebelum bekam sebesar 4,65.
Tubuh seseorang yang lelah cenderung mudah mengalami stres dan gangguan tidur, hal ini
semakin membuka peluang memunculkan rasa sakit. Rasa nyeri yang pernah dialami akan
mempengaruhi respon neural (Mardalena, 2016).Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (75%). Hasil penelitian sesuai
dengan teori bahwa rematik banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki karena
perempuan mengalami menopause. Teori dalam Brunner and Suddarth, 2010 menyebutkan
bahwa rematik mempengaruhi wanita 2-4 kali lebih sering daripada pria, Wanita usia >50 tahun
atau menopause lebih berisiko terkena penyakit rematik. Wanita cenderung lebih besar
terserang karena lebih sensitif dari segi emosional dan dipengaruhi oleh faktor hormonal serta
psikososial.
E. Implikasi Keperawatan
Kita sebagai perawat tidak boleh sering" membolehkan pasien terapi bekam karena bisa
menyebabkan infeksi luka sayatan, luka bakar, pusing, penularan hepatitis dan pendarahan di
tengkorak.
F. Aplikasi Di Indonesia
Jika Anda merasa terapi bekam cocok dan membuat badan lebih sehat, pastikan bahwa Anda
melakukan terapi bekam di tempat yang steril. Baik itu lokasi, peralatan, terapis, terutama
semua benda yang bersinggungan langsung dengan kulit Anda. Dengan begitu, Anda dapat
meminimalisir risiko efek samping terapi bekam yang telah diuraikan di atas.
Namun jika tidak, mungkin ada baiknya menunggu sampai ada penelitian ilmiah yang benar-
benar membuktikan manfaat dari terapi bekam untuk kesehatan. Penelitian yang benar-benar
valid, bukan bias atau hanya “apa kata orang” saja.
B. Masalah :
C. Metode :
D. Hasil :
Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Februari 2016 di Panti
Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang. Karakteristik usia responden terbanyak pada
kelompok perlakuan adalah kelompok umur 60-74 tahun yang memiliki persentase
sebesar 58,3%. Pada kelompok kontrol kelompok umur 60-74 tahun juga menjadi usia
mayoritas dengan persentase sebesar 66,7%. Karakteristik jenis kelamin dalam penelitian
ini merata antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu 41,7% laki-laki dan
58,3% perempuan. Jumlah total jenis kelamin perempuan dalam penelitian ini lebih
mendominasi dengan jumlah 14 orang (58,35). Latar belakang pendidikan terakhir
dengan jumlah terbanyak pada kelompok perlakuan adalah SD yaitu 7 orang (58,3%)
sedangkan tingkat pendidikan terakhir terbanyak pada kelompok kontrol adalah tidak
sekolah yaitu sebanyak 6 orang (50%).
E. Implikasi Keperawatan :
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Panti Werdha Sinar
Abadi Kota Singkawang didapatkan 25 orang lansia mengalami nyeri sendi OA pada area
lutut dengan skala nyeri sedang sampai skala nyeri berat. Lansia yang diwawancarai
belum melakukan penatalaksanaan nyeri sendi secara khusus untuk mengatasi nyeri,
lansia cenderung membiarkan nyeri yang dia rasakan.Terdapat pengaruh senam rematik
terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut berupa penurunan
skala nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, tetapi hasil uji beda mean
kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan perubahan skala nyeri, skala nyeri
kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri
lebih efektif pada kelompok menggunakan senam rematik daripada kelompok yang tidak
diberikan senam rematik.
F. Aplikasi di Indonesia :
Peningkatan populasi lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan peningkatan
jumlah kasus nyeri sendi (Eliopoulus, 2013). Pada sensus penduduk Indonesia tahun
2010, jumlah lansia tercatat sebanyak 18,1 juta penduduk lansia dan diperkirakan akan
meningkat 10 tahun mendatang sebesar 60% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015).
Hasil survey badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengatakan
bahwa jumlah lansia Indonesia pada tahun 2010 tersebut sudah menduduki sebesar 9,77%
dari jumlah total penduduk Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan jumlah
lansia di Indonesia sangat pesat dan diperkirakan pada abad ke-21 ini akan terjadi
peningkatan jumlah penduduk usia tua atau Era Of Population Aging dimana jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan meningkat dengan cepat dan secara potensial dapat
menimbulkan permasalahan yang memengaruhi kelompok penduduk lainnya
(Hardywinoto, 2005)
B. Masalah :
C. Metode :
Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dengan memeriksa
pasien AR di Poliklinik Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi secara konsekutif pada bulan
Januari sampai Maret 2017. Derajat aktivitas penyakit AR dinilai dengan menggunakan
Disease Activity Score - 28 (DAS 28) dan depresi dinilai dengan kuesioner Back
Depression Inventory (BDI). Analasis statistik dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 20.0.
D. Hasil :
Dari 145 subjek yang ikut dalam penelitian, sebanyak 90,3% adalah wanita
(131 orang). Median usia subjek adalah 55 tahun (rentang 19-83 tahun). Sebanyak 45
subjek (31%) memiliki masalah psikososial (stresor). Hasil analisis menunjukkan bahwa
proporsi depresi pada pasien AR sebesar 35,9% (IK 95%30–42%). Derajat aktivitas
penyakit subjek yang diukur dengan DAS 28 menunjukkan bahwa proporsi subjek
dengan derajat aktivitas AR ringan, sedang, dan berat secara berturut-turut yaitu 24
(82,8%), 52 (66,7%), dan 4 (23,5%). Hasil analisis chi- square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada
pasien AR (p = 0,001).
E. . Implikasi keperawatan
• Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan kedepannya bagi perawat
Poliklinik Reumatologi
Departemen Ilmu Penyakit dalam rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
• Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penilitian ini bermanfaat untuk bahan referensi dan masukan bagi seluruh
mahasiswa/wi keperawatan khususnya bagi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jl. Diponegoro no.71,
Jakarta 10430.
• Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menyempurnakan
penelitian yang selanjutnya dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti
tentang hubungan derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada pasien Artritis
Reumatoid.
F. Aplikasi di Indonesia
Dari 145 pasien AR di Poli Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSCM yang terdapat dari penelitian ini 90% di antaranya adalah
perempuan dengan median usia 55 (rentang 19-83) tahun. Median lama sakit AR pada
pasien ini adalah 36 (rentang 2-300) bulan dengan median jumlah sendi yang nyeri 2 (0-
25) sendi dan jumlah sendi yang bengkak antara sampai 5 sendi. Berdasarkan hasil
anamnesis, didapatkan hanya sebanyak 31% subjek memiliki stresor psikis yang meliputi
masalah keluarga, ekonomi, hubungan interpersonal, dan pekerjaan. Prevalensi depresi
pada penelitian ini sebesar 35,9% (IK 95% 30-42%). (IK = ). Derajat aktivitas penyakit
AR yang diukur dengan DAS 28 berhubungan dengan kejadian depresi. Subjek penelitian
paling banyak memiliki derajat aktivitas penyakit sedang (53,8%). Rentang DAS 28 pada
penelitian ini adalah 1,5 sampai 6,9 dengan mediannya adalah 3,8. derajat aktivitas berat
yang mempunyai hubungan bermakna dengan depresi (p = 0,02) dengan rasio prevalensi
2 (IK 95 % 1,09–3,68). Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat regresi logistik
sebagai usaha untuk menyingkirkan pengaruh faktor perancu jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pendapatan, dan stresor yang dapat memengaruhi hasil. Dari tabel 4 dapat
dilihat bahwa stresor dan pendapatan merupakan variabel perancu pada penelitian ini.
Didapatkan hasil bahwa perubahan odds ratio (OR) pada pendapatan dan stresor lebih
dari 10% dan Proporsi depresi pada pasien AR diRSCM adalah sebesar 35,9 %
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
yaitu "Apakah Pengaruh Self Hypnosis Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada
Penderita Rematik?"
C. Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen,
Berdasarkan jenis eksperimennya, maka penelitian ini termasuk dalam kategori
eksperimen semu (quasi-experiment design) dengan rancangan one group pre test post
test desain yakni desain eksperimen yang dilakukan dengan pre test sebelum perlakuan
self hypnosis diberikan dan post test sesudah adanya perlakuan self hypnosis, tanpa
kelompok pembanding.
D. Hasil
Intensitas nyeri pada responden sebelum melakukan self hypnosis mempunyai nilai
rerata 3,50 atau jika dilihat dari skala verbal descriptor scales berada pada intensitas nyeri
berat dapat juga dilihat bahwa intensitas nyeri pada responden sebelum melakukan self
hypnosis mempunyai nilai rerata 2,27 atau jika dilihat dari skala verbal descriptor scales
berada pada intensitas nyeri ringan terdapat juga perbedaan intensitas nyeri pada
responden sebelum melakukan self hypnosis dengan rerata nilai 3,50 (nyeri berat) dan
sesudah melakukan self hypnosis dengan rerata sebesar 2,27 (nyeri ringan), yang berarti
mengalami penurunan sebesar 1,23, dengan z -4,137 serta nilai probabilitas (p =0,000),
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya self hypnosis berpengaruh terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita rematik di Blok Manis Desa Kertawinangun Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan. Dari penelitian
tersebut diperoleh rerata nilai sebelum self hypnosis sebesar 3,50 dan rerata nilai sesudah
self hypnosis sebesar 2,27 yang berarti terdapat penurunan intensitas nyeri sebesar 1,23 .
E. Implikasi keperawatan
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi responden tentang bagaimana cara
melakukan self hypnosis dan mengobati atau mengurangi intensitas nyeri yang
diakibatkan karena rematik.
2. Puskesmas atau Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perawat dan
tatanan komunitas dalam memberikan intervensi dalam upaya pelaksanaan pertolongan
pertama sebelum dilaksanakan intervensi secara lebih komprehensif.
3. Peneliti lain
Penelitian yang sama dapat dilakukan pada responden yang berbeda, dengan jumlah
sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih panjang, dapat mencari literatur
yang lebih banyak lagi mengenai metode, teknik dan pelaksanaan untuk lebih mendukung
dan memperkuat hasil penelitian.
F. Aplikasi di indonesia
Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara peneliti dengan
responden sebelum melaksanakan self hypnosis, dari 26 responden mempunyai rerata
nilai intensitas nyeri pada nilai 3,50 atau jika dilihat dari skala verbal descriptor scales
maka nyeri yang dialami responden berada pada intensitas nyeri berat. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil penelitan menunjukkan bahwa sebagian besar responden setelah
melakukan self hypnosis yang mengalami penuruan intensitas nyeri sebanyak 21 orang
atau (80,2%) dan sisanya tidak mengalami penuruan yaitu sebanyak 5 orang (19,2%).
Dari hasil tersebut didapatkan rerata nilai 2,27, maka jika dibandingkan dengan intensitas
nyeri sebelum melakukan self hypnosis nampak bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri
setelah melakukan self hypnosis atau jika dilihat dari skala verbal descriptor scales maka
nyeri yang dialami responden berada pada intensitas nyeri ringan. Dari hasil observasi
dan wawancara langsung oleh peneliti kepada penderita rematik di Blok Manis Desa
Kertawinangun wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten
Kuningan, ketika responden melakukan self hypnosis sebagian besar responden berusaha
untuk menciptakan suasana yang nyaman, ada yang melakukan self hypnosis dengan
duduk dikursi atau sofa dan ada juga yang melakukan self hypnosis sebelum tidur. Pada
tingkat gelombang otak alfa (8-13 Hz) dan theta (4-7 Hz) atau pada tingkat relaksasi yang
dalam merupakan area efektif pemberian terapi hypnosis. Hasil pengujian hipotesis
menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai probabilitas (p-value)
sebesar 0,000, dengan rerata nilai sebelum self hypnosis sebesar 3,50 dan rerata nilai
sesudah self hypnosis sebesar 2,27 yang berarti terdapat penurunan nilai sebesar 1,23,
sehingga kesimpulan uji adalah terdapat pengaruh self hypnosis terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita rematik di Blok Manis Desa Kertawinangun wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan
A. Topik
Pengaruh tai-chi exercise terhadap intensitas nyeri rheumatoid arthritis pada lansia
B. Masalah
Permasalahan timbul karena faktor lansia diantaranya ketergantungan fisik dan ekonomi,
penyakit kronis yaitu Rheumatoid Arthritis, Hipertensi, tuli. Rheumatoid Arthritis yang
menempati urutan pertama (44%) dari penyakit kronis yang dialami lansia
C. Metode
D. HASIL
Tabel 1. Uji Homogenitas Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Pekerjaan Responden
Pre Intervensi Tai-Chi
Tabel 1 didapatkan bahwa Sebagian besar responden pra lansia (54,3%) Dengan umur
responden terbanyak 60 tahun,Sebagian besar dari responden (71,4%) Berjenis kelamin
perempuan, dan sebagian Besar dari responden (68,6%) bekerja. Tabel 1 juga dapat
diketahui bahwa hasil uji Homogenitas pre intervensi tai-chi exercise Menyatakan umur,
jenis kelamin, dan Pekerjaan adalah homogen (p value > 0,05).
Tabel 2. Distribusi Intensitas Nyeri Rheumatoid Arthritis Pre dan Post Tai-Chi Exercise
tabel 2 didapatkan bah-wa pre tai-chi exercise hampir seluruh responden mengalami nyeri
sedang(82,9%),sebagian besar dari responden dengan cemasringan (62,9%), dan sebagian
besar dari res-ponden mendapatkan dukungan keluarga (51,4%), sedangkan post tai-chi
exercise se-Bagian besar responden dengan nyeri ringan(65,7%), hampir sebagian dari
respon-den Cemas ringan (48,6%), dan sebagian besar Responden mendapatkan
dukungan keluarga (57,1%).
Tabel 3. Perbedaan Intensitas Nyeri RheumatoidArthritis (NRS) Pre dan Post Tai-Chi
Exercise Responden
Tabel 5 Model Akhir Uji Kemaknaan Pengaruh Tai-Chi Exercise terhadap Intensitas
Nyeri Rheumatoid Arthritis pada Lansia setelah Dikontrol Kecemasan dan Dukungan
Keluarga
E. IMPLIKASI KEPERAWATAN
F. APLIKASI DI INDONESIA
Jumlah orang lanjut usia di dunia diperkira-kan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60
tahun. WHO memperkirakan 75% populasi lansia di dunia tahun 2025 berada di negara
berkembang seperti Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia tahun 2010 sebesar 7,56%,
tahun 2011 menjadi 7,58%, dan diproyeksikan akan terus meningkat tahun 2020 menjadi
sebesar 11.34% (Maryam, 2008). Permasa-lahan pada lansia dalam pemeliharaan
kesehatan hanya 5% yang diurus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan untuk
lanjut usia dengan penyakit kronis, hampir 40% melibatkan lebih dari satu penyakit
(komplikasi) akibat dari ketidakmampuanakan lebih cepat terjadi apabila lanjut usia itu
jatuh sakit, respon terhadap pengobatan berkurang, daya tangkal lebih rendah karena
proses penuaan sehingga seorang lanjut usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia
kurang tahan terhadap tekanan mental lingkungan dan fisik (Padila, 2013).
BAB IV PEMBAHASAN
1. Intervensi
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, inensitas nyeri
2. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan )
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab ,periode dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
4. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
2. Indikasi
Indikasi pembedahan pada RA adalah pada pasien dengan : gagal dengan terapi
medikamentosa, nyeri dan kaku sendi yang berat baik dengan aktivitas ataupun istirahat,
atau adanya penurunan fungsi yang mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
3. Prosedur Intervervensi
mengurangi nyeri dan pembengkakan pada sendi, menghilangkan kekakuan sendi, dan
mencegah pengrusakan sendi lebih lanjut. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Dan berikan analgesic jika perlu untuk mengurangi nyeri
4. Hasil
Dalam menegakkan diagnosis RA, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
radiologi, dan pemeriksaan laboratorium. Kurang lebih 75% pasien RA adalah wanita.
Keluhan biasanya berupa nyeri pada sendi-sendi tangan dan kaki, selain itu sendi bahu,
panggul, dan tulang belakang terutama servikal. Sebaliknya, pada pria, lebih sering
bermanifestasi pada sendi-sendi besar. 73% RA pada pria akan bersifat erosif (55% pada
wanita). Namun wanita lebih sering menjalani operasi orthopaedi (pria : wanita = 1 :
2).3,4
5. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyebab tersering inflamasi sendi kronik. Tujuan
terapi RA adalah mengurangi nyeri dan pembengkakan pada sendi, menghilangkan
kekakuan sendi, dan mencegah pengrusakan sendi lebih lanjut. Pemberian latihan
rentang gerak supaya rileks sehingga akan mengaktifkan sistem limbik dalam tubuh
untuk memproduksi hormon endorfrin. Selanjutnya hormon endorfrin dilepaskan
untuk memblok transmisi stimulus nyeri. Stimulus kutaneus seperti latihan
rentang gerak mengaktifkan transmisi serabut A-beta yang lebih besar dan lebih
cepat, implus ini akan menghambat implus dari serabut berdiameter kecil sehingga
sensasi atau nyeri yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak
dihantarkan ke otak. Diperlukan Latihan ROM aktif untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta dapat mencegah perburukan
kapsul sendi, ankilosis, dan kontraktur.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/view/46/17
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/viewFile/494/433
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKA/article/download/1139/779/
https://www.stikesflora-medan.ac.id/ojs/index.php/jkpf/article/view/157
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+exercise+rhematiroid+arthritis&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DbwnPr9zzdRsJ
https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/56
http://www.jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/117
https://www.jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/117
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2426
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/MM/article/view/389
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/234/126
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/163
https://scholar.google.com/scholar?
start=30&q=rematik+pada+lansia+lengkap&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p
%3D5e_dBLRvCTUJ
http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/download/222/113
http://jurnal.poltekkes-kemenkes-bengkulu.ac.id/index.php/jmk/article/download/293/158