Anda di halaman 1dari 27

Excellence with Morality www.unair.ac.

id

Kepemilikan Apotek di
Beberapa Negara
Kebijakan & Manajemen Farmasi - Magister Ilmu Farmasi
Mata Kuliah Hukum & Etik Farmasi
Dosen Pengampu: Dr. apt. Abdul Rahem, M.Kes.

Oleh:
Asri Putri Pratiwi (052024153018)
Erfan Abdissalam (052114153009)
Baiq Khuwailida Kartikasari (052114153014)

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Outline
1. Pengantar
2. Kepemilikan Apotek di Asia
3. Kepemilikan Apotek di Australia
4. Kepemilikan Apotek di Eropa
5. Kepemilikan Apotek di Amerika
6. Kepemilikan Apotek di Afrika
7. Kesimpulan

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Pengantar - Definisi Apotek


1. Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek:
a. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker.
b. Apoteker itu sendiri merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

2. Apotek adalah institusi kesehatan yang dikelola oleh apoteker berlisensi, bertugas menyediakan dan
mempromosikan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian, dan barang terbaik kepada masyarakat,
bertujuan untuk kesejahteraan pasien sebagai perhatian utama, bukan bertujuan untuk penjualan dan
keuntungan maksimum (C Denny, 2021).

Referensi:
3. C DENNY, D., & KARAN, S. (2021). ANTIBIOTIC RESISTANCE (ABR) AND COMMUNITY PHARMACIST: A
REVIEW. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 14(9), 37–39.
https://doi.org/10.22159/ajpcr.2021.v14i9.42018
4. Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Pengantar - Kepemilikan Apotek di Indonesia


1. Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan, apotek diselenggarakan
oleh pelaku usaha perseorangan atau nonperseorangan:
a. Pelaku usaha perseorangan adalah Apoteker.
b. Pelaku usaha nonperseorangan berupa Perseroan Terbatas, Yayasan dan/atau
Koperasi (dengan melampirkan dokumen Surat perjanjian kerjasama dengan Apoteker
yang disahkan oleh notaris).

Referensi:
2. Kemenkes RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko Sektor Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kepemilikan Apotek di Asia

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kerajaan Kamboja
1. Kamboja merupakan negara berbentuk monarki konstitusional di Asia
Tenggara yang berbatasan dengan Thailand, Laos, dan Vietnam.
2. Kerajaan Kamboja mengatur tentang Usaha Penjualan Sediaan Farmasi
berdasarkan pada Prakas on the Modification to Prakas No. 155
អបស/ឱអបស Dated March 21, 2000 of the Ministry of Health on the
Formalities and Conditions for Opening or Closure or Relocation of a
Pharmaceutical Selling Establishment.
3. Instansi Penjualan Sediaan Farmasi diklasifikasikan dalam 3 tipe:
a. Apotek yang dikelola oleh apoteker;
b. Sub-Apotek “A” yang dikelola oleh apoteker sekunder (semacam
asisten apoteker);
c. Sub-Apotek “B” yang dikelola oleh pensiunan pejabat kesehatan
dengan spesifikasi teknis sebagai perawat atau bidan negara.
4. Apoteker berhak mengajukan permohonan untuk membuka apotek atau
sub-apotek hanya jika mereka memenuhi:
a. Memiliki kewarganegaraan Khmer;
b. Memiliki gelar yang diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan;
c. Tidak dihukum karena kejahatan apa pun yang tercantum dalam
catatan kriminal;
d. Cukup sehat untuk melakukan pekerjaan.
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kerajaan Kamboja
1. Sub-apotek “A” yang dikelola oleh apoteker sekunder dapat mengajukan
permohonan perubahan jenis apotek apabila apoteker sekunder tersebut
menjadi apoteker senior tanpa adanya pemindahan atau pergantian
penanggung jawab dan telah beroperasi untuk melayani masyarakat lebih
dari 6 bulan.
2. Jika penanggung jawab (apoteker atau apoteker sekunder atau pensiunan
pejabat kesehatan) tidak hadir kurang dari 1 tahun, apotek atau sub-apotek
tersebut harus memiliki penanggung jawab pengganti dengan kualifikasi
seperti:
a. Untuk apotek, apoteker senior atau mahasiswa farmasi tahun ke-5;
b. Untuk sub-apotek “A”, apoteker sekunder;
c. Untuk sub-apotek “B”, pensiunan pejabat kesehatan dengan tingkat
teknis yang tepat;
d. Penggantian di atas hanya berlaku dengan izin dari Kementerian
Kesehatan.
3. Jangka waktu penggantian tidak boleh lebih dari 1 tahun, tetapi jika alasan
yang tepat diberikan atau orang yang bertanggung jawab meninggal, jangka
waktu penggantian tersebut dapat diperpanjang untuk tahun berikutnya.
Adapun sub-apotek "B", dalam kasus kematian orang yang bertanggung
jawab, operasi menjadi tidak valid.
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Negara-Negara Arab

1. Otoritas Obat Nasional dan/atau Kementerian Kesehatan bertanggung jawab atas regulasi praktik farmasi, serta kebijakan
pendaftaran dan pengadaan obat di negara-negara Arab.
2. Agar apotek dapat beroperasi di negara-negara Arab, izin apotek harus diperoleh dari pihak berwenang.
3. Kepemilikan apotek diperbolehkan untuk non-warga negara di beberapa negara Arab, tetapi mayoritas membatasinya untuk
warga negara.
4. Di banyak negara Arab, hanya apoteker yang memiliki setidaknya gelar sarjana di bidang farmasi atau ilmu farmasi
yang dapat membuka apotek secara legal, tetapi kepatuhan terhadap peraturan apotek tidak ketat:
a. Di Yaman, misalnya, apotek secara rutin dimiliki dan dikelola oleh non-apoteker.
b. Peraturan di Arab Saudi mengizinkan non-apoteker untuk memiliki apotek tetapi pengelolanya harus apoteker yang
terdaftar.
c. Apotek di Uni Emirat Arab (UEA) mungkin dimiliki oleh non-apoteker tetapi harus dikelola oleh apoteker.

Referensi:
Hasan S., Al-Omar M.J., AlZubaidy H., Al-Worafi Y.M. (2019). Use of Medications in Arab Countries. In: Laher I. (eds) Handbook of
Healthcare in the Arab World. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-74365-3_91-1
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Negara-Negara Arab

1. Di Yaman, apoteker diklasifikasikan menjadi 3 kategori:


a. Apoteker bergelar sarjana farmasi diklasifikasikan sebagai apoteker
b. Apoteker bergelar magister ilmu farmasi diklasifikasikan sebagai spesialis
c. Apoteker bergelar Ph.D atau setara dalam ilmu farmasi diklasifikasikan sebagai konsultan.

2. Di Arab Saudi, apoteker diklasifikasikan menjadi 3 kategori:


a. Apoteker dengan gelar sarjana diklasifikasikan sebagai apoteker
b. Apoteker dengan gelar master dalam ilmu farmasi atau gelar Pharm.D (Doktor Farmasi) dan dengan pengalaman 3 tahun
diklasifikasikan sebagai apoteker I
c. Apoteker dengan gelar Ph.D atau yang setara dalam ilmu kefarmasian dengan pengalaman 3 tahun tergolong apoteker
konsultan.

Referensi:
Hasan S., Al-Omar M.J., AlZubaidy H., Al-Worafi Y.M. (2019). Use of Medications in Arab Countries. In: Laher I. (eds) Handbook of
Healthcare in the Arab World. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-74365-3_91-1
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kepemilikan Apotek di Australia

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Australia Barat
1. Di Australia Barat, pemilik bisnis apotek harus seorang apoteker. Namun dapat juga dimiliki
oleh suatu badan hukum lain termasuk perusahaan yang dikendalikan oleh apoteker.
2. Bagian 54 dari Undang-undang (ACT) menetapkan bahwa orang yang dapat memiliki atau
memegang kepemilikan apotek adalah:
a. Seorang apoteker, atau
b. Sebuah perusahaan yang terdiri dari:
i. Seorang apoteker, atau
ii. Keluarga dekat apoteker, atau
c. Perusahaan yang dikontrol apoteker
d. Friendly society, atau
e. Preserved company

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Australia Barat
1. Menurut The Corporations Act, syarat perusahaan yang dapat memiliki apotek antara
lain:
a. Perusahan tersebut memiliki:
i. Minimal satu direktur adalah apoteker, dan
ii. Setiap direktur adalah apoteker atau keluarga dekat dari apoteker yang menjadi
direktur, dan
b. Pemegang saham adalah apoteker atau keluarga dekat apoteker
c. Apoteker memiliki 50% hak suara
2. Anggota keluarga dekat apoteker yang dimaksud dalam regulasi adalah anggota keluarga yang
sah secara hukum seperti suami, anak, atau orangtua apoteker. Anggota keluarga lainnya diatur
sesuai dengan regulasi. Namun pada amandemen terakhir tidak ada anggota keluarga lain yang
diatur dalam regulasi ini.
3. Pada bagian 55 dari undang-undang (ACT) menyatakan bahwa apoteker tidak boleh
memiliki atau mengendalikan kepemilikan lebih dari 4 bisnis apotek pada waktu yang
bersamaan. Begitu pula dengan anggota keluarga dekat apoteker. Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Queensland (Australia Timur)


Di Queensland seseorang tidak boleh memiliki usaha apotek kecuali orang tersebut adalah:
1. Apoteker; atau
2. Perusahaan yang direktur dan pemegang sahamnya semuanya apoteker; atau
3. Perusahaan dengan syarat:
A. Direktur dan pemegang sahamnya adalah gabungan apoteker dan kerabat
apoteker (kerabat didefinisikan sebagai pasangan apoteker atau anak apoteker yang berusia
minimal 18 tahun); dan
B. Mayoritas sahamnya dimiliki oleh apoteker; dan
C. Hanya apoteker yang memiliki hak suara; atau
D. A friendly society; atau
E. Pelayanan kesehatan Mater Misericordiae Health Services Brisbane Limited.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Queensland (Australia Timur)


Di Queensland ada batasan jumlah bisnis apotek yang dapat dimiliki oleh orang yang memenuhi syarat, yaitu:
1) Seorang apoteker atau perusahaan yang memenuhi syarat tidak boleh memiliki lebih dari lima bisnis
apotek pada saat yang bersamaan (pasal 139H dari Undang-Undang).
2) Friendly societies dan Layanan Kesehatan Mater Misericordiae Brisbane Limited dapat memiliki hingga
enam bisnis farmasi sekaligus (pasal 139H Undang-Undang).
3) Denda maksimum untuk melebihi jumlah yang diizinkan adalah 200 unit penalti (sama dengan $26.690
mulai 1 Juli 2019).

Referensi
Pharmacy Registration Board of Western Australia . (2021, 11 24). Pharmacy Registration Board of Western Australia. Retrieved from Pharmacy
Registration Board of Western Australia: https://www.pharmacyboardwa.com.au/index.php?page=home
Pharmacy Registration Board of Western Australia. (2021, 11 24). Guidelines For Ownership of Pharmacy Business. Retrieved from Pharmacy
Registration Board of Western Australia: https://www.pharmacyboardwa.com.au/cms_files/Guidelines/Guidelines%20for%20Ownership%20of
%20Pharmacy%20Business.pdf
Queensland Government. (2021). Pharmacy Business Ownership in Queensland. Queensland Government.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kepemilikan Apotek di Eropa

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Eropa
❏ Semua Negara Anggota Uni Eropa telah mengetahui pentingnya kepemilikan apotek. Sebagian
besar mempertimbangkan dan mengakui pentingnya kepemilikan independen oleh apoteker.
❏ Di sebagian besar negara Eropa, apotek harus dimiliki oleh apoteker atau oleh perusahaan
yang pemiliknya adalah apoteker.
❏ Namun, belakangan ini sejumlah negara seperti Belgia, Belanda Irlandia, Inggris, Kroasia,
Republik Cek0, Estonia, Lituania, Latvia, Polandia dan Rumania telah memutuskan
untuk membuka kepemilikan kepada selain apoteker.
❏ Aturan tentang kepemilikan ditetapkan oleh undang-undang nasional untuk menjamin:
1. independensi profesi dari pasar utama,
2. bahwa keputusan tidak diambil semata-mata untuk alasan komersial, dan
3. penyediaan layanan farmasi berkualitas tinggi.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Jerman
1. Berbeda dengan beberapa negara lain, pemilik apotek komunitas di Jerman harus seorang apoteker.
2. Seorang apoteker dapat memiliki satu apotek utama dan tiga anak perusahaan.
3. Persyaratan untuk pendirian anak perusahaan:
a. Apoteker mengelola sendiri apotek utama.
b. Apoteker mempekerjakan seorang apoteker yang bertanggung jawab di setiap anak perusahaan.
c. Semua anak perusahaan harus berlokasi di distrik yang sama atau berdekatan.
4. Pada tahun 2009, the European Court of Justice menegaskan bahwa setiap negara anggota Uni Eropa dapat
mengambil tindakannya sendiri untuk menjamin tingkat perlindungan konsumen yang tinggi. Dalam konteks ini,
persyaratan kepemilikan apotek di Jerman diatur agar sesuai dengan hukum Uni Eropa dan dianggap sebagai
langkah-langkah perlindungan konsumen yang efektif.

Referensi
ABDA. (2021, 11 24). Ownership requirements of pharmacies in the EU. Retrieved from ABDA: https://www.abda.de/en/pharmacies-in-europe/ownership-
requirements-of-pharmacies-in-the-eu
Alfaro, M. (2006). Community pharmacy in Europe: Overview og key aspects of regulation. Farm vestn, 57.
Arent et al, O. (2016). Entry in German Pharmacy Market. Otto Wolff Institut, 02.
Gros, Marit et al. (2016). Restriction to Pharmacy Ownership and Vertical Integration in Estonia. Pharmacy MDPI. 4;18
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kepemilikan Apotek di Afrika

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

South Africa
● Peraturan Terkait dengan Kepemilikan dan Perizinan Apotek diterbitkan dalam Pemberitahuan
No. 553 tanggal 25 April 2003 di mana tanggung jawab untuk mengeluarkan lisensi
dipindahkan dari Dewan Farmasi Afrika Selatan ke Departemen Kesehatan Nasional
● Menteri Kesehatan South Africa dalam UU Farmasi No. 53 tahun 1974 bagian 22 dan 22A,
membuat peraturan tentang persyaratan kepemilikan apotek, yaitu :
(1) Seseorang yang mungkin memiliki apotek menurut pasal 22A UU dan yang mengajukan
permohonan lisensi menurut pasal 22 UU harus memberikan kepada Direktur Jenderal
terkait :
(a) bukti bahwa orang tersebut dapat memenuhi standar Praktik Farmasi yang Baik
sebagaimana ditentukan oleh dewan, dan jika dapat diterapkan, Praktik Pembuatan
yang Baik atau Praktik Distribusi yang Baik sebagaimana ditentukan oleh Dewan
Pengawas Obat, suatu badan yang dibentuk sesuai dengan bagian 2 dari Undang-
Undang Obat; dan
(b) suatu usaha bahwa orang tersebut harus mematuhi standar-standar sebagaimana
dimaksud dalam ayat (a). Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

South Africa
(2) Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria penetapan
kebutuhan pelayanan kefarmasian di wilayah tempat permohonan dan tidak
terbatas pada :
(a) lokasi tempat yang dimohonkan;
(b) manfaat bagi anggota komunitas tertentu yang akan dilayani oleh apotek;
(c) sifat dan cakupan pelayanan kefarmasian yang akan diberikan;
(d) persyaratan undang-undang untuk lokasi apotek di dalam fasilitas kesehatan swasta
atau publik;
(e) perkiraan jumlah penduduk yang akan diberikan pelayanan kefarmasian;
(f) hubungan antara pelayanan kefarmasian yang diusulkan dengan pelayanan dan
fasilitas yang ada;
(g) luasnya penyediaan layanan kepada orang-orang di luar area layanan dan luas serta
sifat ketersediaan layanan farmasi di area terdekat;
(h) setiap kebutuhan perawatan khusus dari masyarakat yang akan dilayani;
(i) laporan inspeksi oleh dewan tempat. Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Nigeria
● Mayoritas apoteker di Nigeria bekerja atau memiliki apotek komunitas. Nigeria memiliki dua tingkatan
apotek, yaitu :
1. Apotek ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh apoteker terlatih yang menjual obat bebas dan
resep,
2. Apotek vendor untuk obat paten yang menjual obat bebas dalam jumlah terbatas, tetapi
dilarang menjual obat resep.
● Semua aspek praktik farmasi di Nigeria diatur oleh Undang-Undang Dewan Apoteker Nigeria
No. 91 Tahun 1992. Undang-undang tersebut menetapkan Dewan Apoteker Nigeria sebagai badan
dengan tanggung jawab tunggal untuk mendaftarkan, memantau, mengatur, dan mengendalikan
semua aspek praktik farmasi di Nigeria
● Persyaratan dalam kepemilikan apotek di Nigeria antara lain :
1. Apotek harus dimiliki seluruhnya atau sebagian oleh apoteker terdaftar
2. Apoteker harus memiliki gelar formal di bidang farmasi.
3. Apotek vendor dapat dimiliki oleh siapa saja yang berusia di atas 21 tahun dan pemiliknya
tidak diharuskan memiliki pelatihan kesehatan atau farmasi formal atau hubungan pengawasan
dengan apoteker untuk mendapatkan lisensi. Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kepemilikan Apotek di Amerika

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Canada
● Seiring waktu, perubahan peraturan di Canada memungkinkan non-apoteker untuk
memiliki dan mengoperasikan apotek; dan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah
apotek yang dimiliki secara independen telah menurun bahkan ketika jumlah total
apotek di Canada telah meningkat.
● Di Canada, tidak ada batasan kepemilikan apotek dan pemilik apotek juga tidak
dibatasi jumlah apotek yang dapat dimiliki.
● Kehadiran apoteker berlisensi masih diperlukan ketika apotek buka, tetapi apoteker
saat ini menjadi karyawan di apotek yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan.
● Dengan meningkatnya kepemilikan non-apoteker, orientasi bisnis untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham akan lebih diutamakan daripada tujuan
profesional manajer apotek. Akibatnya, kepemilikan berorientasi bisnis akan
menggunakan otoritas ekonominya untuk membatasi otonomi profesional dan otoritas
manajer apotek.
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Argentina
● Di Argentina, semua provinsi memiliki undang-undang khusus untuk mengizinkan apotek
komunitas dan apoteker yang bertanggung jawab, yang disebut sebagai direktur teknis
(Direktur técnico). Apotek dianggap sebagai tempat pelayanan kesehatan yang meruapakan
bagian dari the First Care Level (FCL). Namun, secara kritis apoteker dan apotek komunitas
tidak disebutkan secara formal dalam kebijakan kesehatan maupun dalam Integrated
Health Service Delivery Networks (IHSDN).
● Peraturan kepemilikan apotek di Argetina bervariasi menurut provinsi. Secara umum,
apoteker, perseroan terbatas, dan kemitraan diizinkan untuk memiliki apotek di
Argentina dengan batasan satu apotek per apoteker. Selain itu, mitra juga tidak boleh
terlibat di lebih dari tiga perusahaan yang memiliki apotek.
● Pada tahun 2019, menurut data Kementerian Kesehatan Nasional Argentinaa, terdapat
sekitar 13.581 apotek yang tersebar di seluruh Argentina.
Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Kesimpulan
1. Kepemilikan apotek bervariasi antar beberapa contoh negara.
2. Diantara contoh kepemilikan apotek di beberapa negara:
a. Negara yang mengharuskan pemilik apotek adalah seorang Apoteker meliputi
Indonesia, Kamboja, Australia Barat, Queensland, sebagian besar negara Eropa
(termasuk Jerman), Nigeria.
b. Negara yang memungkinkan pemilik apotek adalah non-Apoteker meliputi Yaman,
Arab Saudi, UEA, sebagian negara Eropa (Belgia, Belanda Irlandia, Inggris, Kroasia,
Republik Cek, Estonia, Lituania, Latvia, Polandia dan Rumania), Afrika Selatan,
Kanada, Argentina.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

Daftar Pustaka
Armando, P.D., Uema, S.A., Vega, E.M. 2020. Integration of Community pharmacy and pharmacists in primary health care policies in Argentina.
Pharmacy Practice, Vol. 18 No. 4. Hal : 1-7.

Departemen of Health. 2016. Remuneration And Regulation Of Community Pharmacy. Deloitte Access Economics.

Dobson, R.T., Perepelkin, J. 2011. Pharmacy Ownership In Canada: Implications For The Authority And Autonomy Of Community Pharmacy Managers.
Research in Social and Administrative Pharmacy, Vol. 7 No. 4. Hal. 347–358.

Federal Republic of Nigeria. 2005. Pharmacists Council of Nigeria Act (1992 No. 91). Registration of Pharmaceutical Premises
Regulations, 2005.

Moodley, R., Suleman, F. 2020. To Evaluate The Impact Of Opening Up Ownership Of Pharmacies In South Africa. Journal of Pharmaceutical
Policy and Practice, Vol. 13 No. 28. Hal. 1-9.

Mossialos, E., Mrazek, M. 2003. The Regulation of Pharmacies in Six Countries. LSE Health & Social Care and the European Observatory on
Health Care Systems.

Riley, Pamela, Sean Callahan, and Mike Dalious. 2017. Regulation of Drug Shops and Pharmacies Relevant to Family Planning : A Scan of 32
Developing Countries. Bethesda, MD: Sustaining Health Outcomes through the Private Sector Plus Project, Abt Associates Inc.

South African Pharmacy Council. 2003. GNR.553 of 25 April 2003: Regulations relating to the Ownership and Licencing of Pharmacies.

Universitas airlangga
Excellence with Morality www.unair.ac.id

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
Universitas airlangga

Anda mungkin juga menyukai