Anda di halaman 1dari 64

A

D AM A
M

A S S L
I

K A
M

J
U
K

A R
U
H
R

K E P
E
N
G
A
JA

IM
T
AL-MUSYARAKAH (SYIRKAH)
KERJASAMA DALAM KEGIATAN USAHA
(SYIRKAH)

• Secara etimologi, asy-syirkah berarti


Etimologi pencampuran, yaitu pencampuran antara sesuatu
dengan yang lainya, sehingga sulit dibedakan.

• ikatan kerjasama antara orang-orang yang


berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
• KHES Pasal 20 poin 3: Kerjasama antara dua
Terminologi orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-
pihak yang berserikat.

• Akad syirkah dibolehkan, menurut ulama fikih,


Dasar hukum
berdasarkan al-Qur`an dan Hadits.
DASAR HUKUM SYIRKAH (AL-QUR’AN)
Q.S. Shad (38): 24

QS. An-Nisa (4):12 ‫ضهُ ْم َعلَى‬ُ ‫• َوِإ َّن َكثِيرًا ِم َن ْال ُخلَطَا ِء لَيَب ِْغي بَ ْع‬
ِ ‫ين َءا َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
‫ت‬ َ ‫ْض ِإاَّل الَّ ِذ‬
ٍ ‫بَع‬
• ”Dan sesungguhnya kebanyakan
ِ ُ‫ش َر َكا ُء فِي الثُّل‬
‫ث‬ ُ ‫• فَهُ ْم‬ dari orang-orang yang
• ”Maka mereka bersyarikat bersyarikat itu, sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian
pada sepertiga”
yang lain kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal
shalih
K ATA A L - K H U L A T H A ’ D A L A M AYAT D I ATA S
B E R M A K N A O R A N G - O R A N G YA N G B E R S YA R I K AT
(SYURAKA’).

Kedua ayat di atas menunjukkan pengakuan Allah SWT akan adanya


perserikatan dalam kepemilikan harta.Hanya saja dalam surah An-Nisaa’: 12
perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena masalahnya adalah tentang
harta warisan, sedangkan dalam surah Shaad:24 terjadi atas dasar akad
(ikhtiyari).
DASAR HUKUM SYIRKAH (HADIS & KHES)
 Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu
Hurairah dari Nabi saw. yang bersabda (Hadits
Qudsi):
Allah swt. berfirman:
”Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha
Melindungi) bagi dua orang yang melakukan
syirkah, selama salah seorang diantara mereka
tidak berkhianat kepada perseronya. Apabila di
antara mereka ada yang berkhianat, maka Aku
akan keluar dari mereka (tidak melindungi)”.
 H.R. Abu Daud: “Umat Islam bersekutu dalam
tiga hal: air, padang rumput dan api…”
 H.R Nasa`i: Dari Abdullah: “…Aku, Ammar
dan Sa`ad bersyirkah dalam perolehan perang
Badar. Lalu Sa`ad mendapat dua ekor kuda
sedangkan Aku dan Ammar tidak
mendapatkan apapun.
 KHES :Syirkah diatur dalam Pasal 134- 202.
Syarat Umum Syirkah:
SYIRKAH  Merupakan transaksi yang boleh diwakilkan
oleh salah satu pihak jika bertindak hukum
terhadap obyek perserikatan, dengan izin pihak
lain.
 Persentase pembagian keuntungan jelas.
 Keuntungan diambil dari hasil laba
perserikatan bukan dari harta lain.
 Berlaku bagi syirkah inan dan wujuh.
 Syarat khusus untuk masing-masing syirkah
amlak dibahas dalam bahasan mengenai
wasiat, hibah, wakaf, dan waris.
Berakhirnya Akad Syirkah: (Pengecualian)
 Syirkah Amwal (harta): bila semua atau
sebagian modal perserikatan hilang.
 Syirkah Mufawadhah (persamaan): modal
masing2 pihak tidak sama kuantitasnya
Syirkah Ibahah: Persekutuan hak
semua orang untuk dibolehkan  KHES Pasal 134:
menikmati manfaat sesuatu yang
belum ada dibawah kekuasaan Syirkah dapat dilakukan
seseorang;
dalam bentuk syirkah
amwal, syirkah abdan,
Syirkah Milik Jabriyah yang terjadi
tanpa keinginan para pihak yang dan syirkah wujuh.
Syirkah Amlak (Milik): Persekutuan bersangkutan, seperti persekutuan
antara dua orang atau lebih untuk ahli waris.
memiliki suatu benda.
Bentuk Syirkah

Syirkah Milik Ikhtiyariyah yang


terjadi atas keinginan para pihak
yang bersangkutan.
al-’inan (unequal shares)

Amwal (partnership in capital)

Mufawadhah (equal shares)

Syirkah Uqud (jamak dari kata A’mal/Abdan (partnership in skill)


akad): “persekutuan antara dua orang
atau lebih yang timbul dengan
adanya perjanjian”.

Wujuh

Mudharabah
PENJELASAN BENTUK SYIRKAH AKAD

Akad kerja sama antara dua orang atau


lebih dimana setiap pihak memberikan
Syir kontribusi dana dan berpartisipasi
kah
al-’ina
dalam kerja serta sepakat untuk berbagi
n keuntungan atau kerugian, porsi
masing2 pihak (baik dalam dana,kerja
atau bagi hasil) tidak harus sama.
Kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih
Syir dimana masing2 pihak memberikan kontribusi
kah
Mufa
yang sama tentang dana, partisipasi kerja dan
wadhah berbagi keuntungan/kerugian dalam jumlah yang
sama.
Kontrak kerja sama antara dua orang/lebih yang
Syirkah memiliki profesi sama untuk menerima
A’maal pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan tersebut
LANJUTAN….

Syirkah Wujuh Syirkah Mudharabah (Qiradh)


Kontrak kerja sama antara
dua orang/lebih yang Persekutuan antara pemilik harta dan
sama2 memiliki keahlian pengelola dengan membagi keuntungan
dalam bisnis tanpa sesuai kesepakatan. Bila terjadi
modal/uang. Mereka kerugian, dibebankan kepada harta.
membeli barang secara
kredit dari suatu 1) Mutlaqah: kebebasan pengelola
perusahaan dan menjual untuk mengelola modal dengan usaha
barang tersebut secara apa saja asal sesuai syariat. Dan
Mudharabah
tunai,dan hasilnya mereka
saling berbagi
2) Muqayyadah: mudharib
keuntungan/ kerugian
berdasarkan kontribusi
mengikuti syarat2 yang ditetapkan
jaminan kepada pemilik modal.
penyuplai.
BENTUK SYIRKAH DALAM
KHES (PASAL 231-270)
Mudharabah: kerjasama antara pemilik dana atau
penanam modal dengan pengelola modal untuk
melakukan usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah.

Muzaraah: kerjasama antara pemilik lahan dengan


penggarap untuk memanfaatkan lahan.

Musaqah: kerjasama antara pihak-pihak dalam


pemeliharaan tanaman dengan pembagian hasil
yang disepakati oleh pihak-pihak yang terikat.
BENTUK SYIRKAH PASAL 134-140 KHES
S Y I R K A H D A PAT
S Y I R K A H A M WA L
DILAKUKAN
DAN SYIRKAH
DALAM BENTUK:
A B D A N D A PAT
DILAKUKAN DALAM
1. syirkah amwal,
BENTUK
2. syirkah abdan, dan
3. syirkah wujuh. a) syirkah ‘inan,
b) syirkah
mufawwadhah, dan
c) syirkah
mudharabah.
BENTUK SYIRKAH PASAL 136-140 KHES

1. Sesama Pemilik modal melakukan usaha bersama (syirkah amwal)

• jumlah modal yang tidak sama, masing-masing pihak berpartisipasi , keuntungan atau kerugian dibagi sama atau
berdasar proporsi modal.
• jumlah modal yang sama dan keuntungan atau kerugian dibagi sama.

2. Pemilik keterampilan untuk melakukan usaha bersama (syirkah inan)

3. Pemilik modal dengan pihak yang mempunyai keterampilan untuk menjalankan usaha. Pemilik
modal tidak turut serta menjalankan perusahaan. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan; dan
kerugian ditanggung hanya oleh pemilik modal. (syirkah mudharabah)

4. Pemilik benda dengan pihak pedagang karena saling percaya


KETENTUAN UMUM SYIRKAH PASAL
134-145 KHES
Pihak-pihak yang bekerjasama harus cakap melakukan perbuatan hukum.

Akad kerjasama dengan saham:

• yang sama, terkandung syarat suatu akad jaminan/kafalah.


• yang tidak sama, hanya termasuk akad keagenan/wakalah, dan tidak mengandung akad
jaminan/kafalah.

Akad yang tidak mencantumkan adanya jaminan, maka para pihak tidak saling
menjamin antara yang satu dengan yang lain.
KERJASAMA DALAM KEGIATAN USAHA
(SYIRKAH)
Perserikatan itu merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya
salah satu pihak jika bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu,
dengan izin pihak lain, dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang
berserikat.
 Persentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang
berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad.
 Keuntungan itu diambilkan dari hasil laba perserikatan bukan dari harta lain.
Syarat umum ini juga berlaku bagi syirkah inan dan wujuh. Sedangkan
syarat khusus untuk masing-masing syirkah amlak dibahas dalam bab
wasiat, hibah, wakaf, dan waris.

Dalam KHES ketentuan umum Syirkah


diatur pada Pasal 136-145.
Skema Musyarakah
Wa`ad
Nasabah Bank Syariah
Parsial: Parsial:
Asset Value Pembiayaan

PROYEK / USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keuntungan


Sesuai porsi kontribusi modal
(nisbah)
Besarnya nisbah bagi hasil/ prosentase profit loss
sharing ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak
yang bekerja sama yang dipengaruhi oleh:

• Kontribusi masing-masing pihak dlm


1 kerja sama (share on partnership)

• Prospek perolehan keuntungan


2 (expected return)

• Perkiraan resiko yang akan dihadapi


3 (expected risk)

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Nisbah Bagi
Hasil
AL MUDHARABAH
Pengertian :
MUDHARABAH adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul
maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal dengan pihak
pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha
bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan
(nisbah) yang disepakati.

Dalam hal terjadi kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal, selama
bukan diakibatkan karena kelalaian pengelola usaha. Sedangkan
kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan menjadi
tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri.

Pemilik modal tidak turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi


mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
Unsur-Unsur
Mudharabah
Pihak pertama
Akad kerjasama antara
(shohibul mal)
dua pihak (pemilik
menyediakan seluruh
modal = sohibul mal
modal (100%), sedang
dan pengelola dana =
pihak lain (mudharib)
mudharib)
menjadi pengelola.

Keuntungan usaha
Kerugian ditanggung
mudharabah dibagi
oleh pemodal selama
menurut kesepakatan
kerugian tidak akibat
yang dituangkan dalam
kelalaian pengelola.
kontrak,
Dasar Hukum Mudharabah
 Pengertian
“Mudharabah adalah QS.
kerjasama antara Muzamil:
20
pemilik dana atau
penanam modal
dengan pengelola KHES :
modal untuk Al-
Pasal 20
Jum’ah:
melakukan usaha angka 4
10
Buku II
tertentu dengan Dasar
pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah”.
Hukum
 Pengaturan tentang
syarat umum
Fatwa
mudharabah dioatur DSN No.
Al-Baqarah:
dalam Pasal 231 – 254. 07/DSN- 198
MUI/IV/2
000
Skema Mudharabah
Aplikasi Teknis Perbankan

PERJANJIAN
BAGI HASIL

Wa`ad
MUDHARIB BANK

KEAHLIAN / MODAL
KETRAMPILAN 100%

PROYEK / USAHA
Nisbah Nisbah
X% Y%

PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN Pembayaran
Kewajiban

MODAL
AL MUDHARABAH
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan

• Untuk pengadaan • Bank bertindak dan


• Modal kerja bagi memposisikan diri
barang-barang sebagai arranger yang
perusahaan yang
modal, aktiva tetap mempertemukan
bergerak dalam
dan sebagainya kepentingan pemilik
bidang industri, dana, seperti Yayasan
perdagangan dan dan Lembaga Keuangan
jasa. Non Bank, dengan
pengusaha yang
memerlukan dana.

Pembiayaan Pembiayaan
Pembiayaan
Modal Kerja INVESTASI
INVESTASI
KHUSUS
 KHES juga mengenal akad kerja
sama lain, yaitu MUZARA’AH
(penggarapan tanah ) dan
MUSAQAH (Pemeliharaan
tanaman).
 Namum kedua akad tersebut
terbatas pada Usaha Pertanian.
Sehingga dalam konteks
kegiatan usaha kedua akad
tersebut tidak akan diterangkan
secara terperinci.
AKAD KERJASAMA  Pengaturan MUZARA’AH
LAINNYA (penggarapan tanah DAN
MUSAQAH (Pemeliharaan
tanaman) terdapat dalam BAB IX
KHES.
Akad Pemberian Kepercayaan
Macam Akad Pemberian Kepercayaan

1. Wadi’ah (titipan)
2. Rahn (barang jaminan)
3. Wakalah (perwakilan)
4. Kafalah (tanggungan)
5. Hiwalah (Pengalihan utang)
1. Wadi’ah (Titipan)
 Ulama Hanafi: Mengikut sertakan
orang lain dalam memelihara harta,
Menempatkan baik dengan ungkapan yang jelas,
sesuatu yang melalui tindakan, maupun melalui
isyarat.
ditempatkan  Ulama Maliki, Syafi`i, dan Hambali
bukan pada (Jumhur ulama): Mewakilkan orang
lain untuk memelihara harta
pemiliknya tertentu dengan cara tertentu.
untuk  Wadi`ah : menitipkan sesuatu
harta atau barang pada orang yang
dipelihara dapat dipercaya untuk menjaganya.

Etimologi Terminologi
1. Wadi’ah (Titipan)

penitipan dana antara


pihak pemilik dana
KHES Pasal dengan pihak
20 angka penerima titipan yang
17 dipercaya untuk
menjaga dana
tersebut.
UM
U K .
H 8 3
8 2
A R H : 5 ):
) (2
S I ’A 4
( h
A
D AD `an n-N aqa is a r a
b) Hadits Rasul:
W Qur .S. a l- B Serahkanlah amanah orang yang
l - Q .S . a mempercayai engkau, dan jangan kamu
A
Q mengkhianati orang yang telah
mengkhianati engkau.” (HR Abu Daud,
at-Tirmizi dan al-Hakim).
Dasar Hukum Wadi’ah
c) Ijtihad:
Para ulama fikih sepakat akad wadi`ah (titipan) boleh dan
disunatkan, dalam rangka saling menolong antara sesama
manusia.
Sejak zaman Nabi SAW hingga generasi-generasi
berikutnya, akad wadi`ah telah menjadi ijma` amali
(consensus dalam praktek) bagi umat dan tidak ada ulama
yang mengingkarinya.
Ketentuan Wadi’ah

Status wadi`ah di tangan orang yang dititipi bersifat amanah, sehingga seluruh
kerusakan yang terjadi selama penitipan barang tidak menjadi tanggung jawab orang
yang dititipi, kecuali kerusakannya disengaja atau atas kelalaian orang yang dititipi

• Aqad menjadi batal apabila dalam akad wadi`ah disyaratkan bahwa orang yang
dititipi dikenai ganti rugi atas kerusakan barang selama dalam titipan, sekalipun
kerusakan barang itu bukan atas kesengajaan atau kelalaiannya.

• Pihak yang dititipkan barang tidak boleh meminta upah dari barang titipan itu
Wadi`ah amanah
menjadi adh-dhaman (ganti-rugi)
Barang itu dipelihara secara tidak semestinya oleh orang yang dititipi.

Barang titipan itu dititipkan oleh penerima titipan kepada orang lain (pihak ketiga).

Barang titipan itu dimanfaatkan oleh orang yang dititipi.

Orang yg dititipi mencampurkan brg yg dititipkan dgn harta pribadinya.

Orang yang dititipi mencampurkan barang titipan dengan harta pribadinya, sehingga sulit untuk
dipisahkan.

Orang yang dititipi melanggar syarat-syarat yang telah ditentukan

Barang titipan dibawa berpergian jauh (as-safar).


Wadi’ah dalam KHES
Pasal 409-
• Rukun dan Syarat Wadi’ah
412

Pasal 413-
• Macam Akad Wadi’ah
414

Pasal 415-
• Penyimpanan dan Pemeliharaan Wadi’ah Bih
423

Pasal 424-
• Pengembalian Wadi’ah Bih
429
Aplikasi Wadiah
Akad penitipan barang/uang
antara pihak yang mempunyai
barang atau uang kepada pihak
yang diberi kepercayaan
(mustawda’) dengan tujuan untuk
keselamatan, keamanan serta
keutuhan harta titipan tersebut.

Dalam perkembangannya wadi’ah terbagi atas 2 macam:


1. Wadiah Yad Amanah, aplikasi di perbankan Safe
Deposit Box
2. Wadiah Yad Dhamanah, aplikasi di perbankan Giro dan
tabungan.
Ciri-ciri wadi’ah yad dhamanah
 Harta atau benda yang
dititipkan diperbolehkan
untuk dimanfaatkan oleh
penyimpan
 Apabila ada hasil dari
pemanfaatan benda titipan,
maka hasil tersebut menjadi
hak penyimpan. Tidak ada
kewajiban dari penyimpan
untuk memberikan hasil
tersebut kepada penitip
sebagai pemilik benda.
Skema wadi’ah yad dhamanah
1. titip dana
Nasabah Bank
Muwaddi’ Mustawda’
(penitip)) (penyimpan)
4.hasil/bonus

3. bagi hasil
2. pemanfaatan
dana

User of fund
(Dunia usaha )
• sebagai jaminan
• harta yang utang, yang dapat
dijadikan dijadikan pembayar
pemiliknya utang apabila orang
sebagai yang berutang tidak
Ulama Hanafi bisa membayar
jaminan
utang yang utangnya.
bersifat • sebagai jaminan
mengikat. terhadap hak
(piutang) yang
mungkin
dijadikan sebagai
Ulama Maliki pembayar hak Ulama Syafi`i
(piutang) itu, baik dan Hambali
seluruhnya
maupun sebagian.

Secara etimologi  tetap, kekal, dan jaminan.


2. Rahn (Barang
Jaminan)
Dasar Hukum Rahn
a) Al-Qur`an
• QS. al-Baqarah (2): 283

b) Hadits
• Dari Aisyah r.a menjelaskan bahwa: Rasulullah SAW pernah
membeli makanan dari orang Yahudi dan beliau menggadaikan
kepadanya baju besi beliau.(HR. Bukhari)

c) Ijtihad
• Para ulama sepakat bahwa rahn boleh dilakukan dalam perjalanan
ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai
(al-qabdh ) secara hukum oleh pemberi piutang.
• Rahn dibolehkan karena banyak kemaslahatan yang terkandung
didalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.
• Pasal 20 angka 14 KHES: penguasaan barang milik peminjam oleh
pemberi pinjaman sebagai jaminan.
Rukun dan Syarat Rahn
• hak yg wajib • boleh dijual dan nilainya seimbang
dengan utang,
dikembalikan kpd • bernilai dan dapat dimanfaatkan,
orang yang •

jelas dan tertentu,
milik sah orang yang berutang,
berutang, • tidak terkait dengan hak orang
• boleh dilunasi lain,
• harta yang utuh, tdk bertebaran
dengan agunan itu, dalam bbrp tempat,
• jelas dan tertentu. • boleh diserahkan baik materinya
maupun manfaatnya.
• rahn sempurna bila brg yg
dirahnkan scr hkm sdh di tgn
pemberi utang & uang yg
dibutuhkan tlh ditrm peminjam
uang.

Syarat al-marhun bihi Syarat al-marhun (barang


(utang): yang dijadikan agunan):
Rahn dalam KHES
Pasal 373-376 • Rukun dan Syarat Rahn

Pasal 377-380 • Penambahan dan Penggantian Harta Rahn

Pasal 381-384 • Pembatalan Akad Rahn

Pasal 385 • Rahn Harta Pinjaman

Pasal 386-394 • Hak dan Kewajiban dalam Rahn

Pasal 395-396 • Hak Rahin dan Murtahin

Pasal 397-401 • Penyimpanan Harta Rahn

Pasal 402-408 • Penjualan Harta Rahn


Jasa Layanan Ar Rahn
 Pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan jaminan barang
bergerak yang relatif nilainya tetap, seperti emas, intan, perak, dsb
 Nasabah wajib membayar kembali utangnya saat jatuh tempo dan
membayar sewa tempat penyimpanan barang jaminannya
 Bank mendapat pendapatan berupa sewa tempat penyimpanan
barang jaminan

Pembiayaan 2 permohonan pembiayaan


(Marhun bih)

1b
3 akad pembiayaan
Bank Nasabah
(murtahin) 4 utang + mark up (rahin)

1a menjaminkan marhun dalam bentuk


titipan/gadai pembayaran
3. Wakalah (Perwakilan)

•  Al-hifdh (pemeliharaan)  Q.S. Ali Imron (3):


173: ..“Cukuplah Allah menjadi penolong kami
dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
Secara etimologi: •  Al-Tafwidh (penyerahan), pendelegasian, atau
pemberian mandat. (QS. Hud (11): 56:
“Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah
Tuhanku dan Tuhanmu…”, Al Kahfi (18): 19.

• “Pemberian kewenangankepada pihak lain ttg apa


Menurut para yg harus dilakukannya dan penerima kuasa secara
fuqaha: syar`i menjadi pengganti pemberi kuasa selama
bts wkt yang ditentukan.”

Pasal 20 angka • pemberian kuasa kepada pihak lain untuk


19 KHES: mengerjakan sesuatu.
Dasar Hukum Wakalah

a) Al-Qur`an
• Q.S. al-Kahfi (18): 19
• Q.S. at-Taubah (9): 60
• Q.S. an-Nisa (4): 35
• Q.S Yusuf (12): 55

b) Hadits
• Dalam kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW pernah mewakilkan kepada para sahabat
untuk berbagai urusan. Misal: untuk membayarkan utangnya, menetapkan hukuman-hukuman
dan melaksanakannya.

c) Ijtihad
• Para Ulama sepakat (ijma`) diperbolehkanya wakalah karena kebutuhan umat terhadapnya.
• Wakalah termasuk jenis ta`awun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa. (QS. al
Maidah (5): 2)
• Wakalah boleh dilakukan dengan menerima bayaran atau tanpa bayaran.
Macam Wakalah
Wakalah Muqayadah (Khusus),
Yaitu Pendelegasian Terhadap
Pekerjaan Tertentu.  Wakil
Tidak Boleh Keluar Dari Wakalah
Yang Ditentukan.

Wakalah Mutlaqah, Yaitu


Pendelegasian Secara Mutlak,
Misalnya Sebagai Wakil Dalam
Berbagai Pekerjaan  Wakil
Dapat Melaksanakan Wakalah
Secara Luas.
Berakhirnya Wakalah
Muwakkil mencabut Waktu
wakalahnya kepada wakil. kesepakatannya
Sebaiknya wakil sudah berakhir.
mengetahui pencabutan Tujuan wakalah
akad tsb. terlaksana.
Wakil mengundurkan diri Barang yang menjadi
dari akad wakalah. obyek wakalah tidak
Muwakkil meninggal menjadi milik
dunia; akad wakalah muwakkil.
berakhir ketika berita
kematian itu sampai
kepada wakil.
Pasal 452-456 • Rukun dan Macam Wakalah

Pasal 457-459 • Syarat Wakalah

Pasal 460-469 • Ketentuan Umum tentang Wakalah

Pasal 470-486 • Pemberian kuasa Untuk Pembelian

Pasal 487-507 • Pemberian kuasa Untuk Penjualan

Pasal 508-510 • Pemberian Kuasa untuk Gugatan

Pasal 511-520 • Pencabutan Kuasa


Jasa Layanan Al Wakalah
 Jasa melakukan tindakan/pekerjaan mewakili nasabah sebagai
pemberi kuasa
 Untuk melakukan tersebut maka nasabah mendepositokan dana
secukupnya. Bank memperoleh fee
 Kegiatan ini sama dengan kegiatan pembukaan L/C
Nasabah
(muwakil) Kontrak + fee

 Agency
 Administration
 Collection Bank
 Payment (wakil)
 Co arranger
(taukil)

Investor Kontrak + fee


(muwakil)
4. Kafalah (Tanggungan)
Menurut bahasa
al-dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan za`amah
(tanggungan).

Menurut istilah:
•  Menggabungkan satu dzimah (tanggung jawab) kepada dzimah
yang lain dalam penagihan, dengan jiwa, utang atau zat benda.
•  Menjadikan seseorg penjamin ikut bertanggungjawab atas tggjwb
seseorg dlm pelunasan utang.
Lanjutan…

Mazhab Hanafi
• penjamin tdk dianggap berutang & utang pihak yg dijamin
tdk gugur dgn jaminan tsb.

Mazhab Maliki, Syafi’i & Hambali


• keduanya dianggap berutang.

Pasal 20 angka 12 KHES:


• Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh
penjamin kepada pihak ketiga/pemberi pinjaman untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua/peminjam.
Dasar Hukum Kafalah
b) Hadits Rasul
 H.R. Abu Daud:
a) Al-Qur`an
”Pinjaman hendaklah
dikembalikan dan Q.S Yusuf (12) : 72. Q.S. Yusuf (12) : 66.
yang menjamin
hendaklah
membayar”
 H.R. Abu Daud, At-
Tarmizi disahihkan
Ibnu Hibban: c. Ijtihad
”..bahwa penjamin
adalah orang yang
berkewajiban Ulama sepakat dengan bolehnya kafalah,
membayar..” karena sangat dibutuhkan dalam mu`amalah
dan agar yang berpiutang tidak dirugikan
karena ketidakmampuan yang berutang.
Macam Kafalah
a) kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya kesediaan pihak penjamin
(al-kafil, al-dhamin, atau al-za`im) untuk menghadirkan
Kafalah orang yang ia tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan
(makful lah). Tdk berlaku thd hak Allah : had
jiwa:

b) kewajiban yang mesti ditunaikan oleh dhamin atau kafil


dengan pembayaran atau (pemenuhan) berupa harta.
Kafalah
harta:
Macam Kafalah Harta
Kafalah bi al-dayn Kafalah dengan Kafalah dengan
penyerahan `aib
benda
kewajiban membayar utang
yang menjadi beban orang
lain. Syaratnya: jaminan jika
• Utang tersebut bersifat kewajiban barang yang
mengikat/ tetap (mustaqir) menyerahkan dijual ternyata
pada waktu terjadinya benda-benda mengandung
transaksi jaminan, seperti tertentu yang cacat.
utang qiradh, upah dan ada ditangan
mahar. orang lain
• Barang yang dijamin untuk ashil
diketahui. (orang yg
dijamin).
Kafalah dalam KHES

Rukun dan Kafalah Kafalah atas Pembebasan


Pasal 335-341

Pasal 342-346

Pasal 347-354

Pasal 355-361
Syarat Muthlaqah Diri dan dari Akad
Kafalah dan Harta Kafalah
Muqayyadah
Jasa Layanan Al Kafalah
 Pemberian jaminan oleh bank sebagai penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak kedua (yang
ditanggung, makfuul ‘anhu atau ashil)
 Dari pemberian jaminan maka bank mendapat fee
 Terdiri dari:
◦ Kafalah bin nafs (personal guarantee)
◦ Kafalah bil maal (payment bond)
◦ Kafalah mulaqah dan munjazah; jaminan mutlak yang
dibatasi kurun waktu dan tujuan tertentu (performance bond
atau bid bond)
◦ Kafalah bit taslim; jaminan pengembalian atas barang sewa

Penanggung Jaminan Tertanggung Kewajiban Ditanggung


(bank) (jasa/objek) (nasabah)
Perbandingan Akad Jaminan

Dhaman Rahn Kafalah


Meliputi
Jaminan dalam Jaminan tanpa penyerahan
Jaminan
bentuk Benda benda melainkan garansi
Berupa Benda
(Collateral) dari Orang /Lembaga
dan Orang

Lebih luas
‫ضما ن العين‬ ‫ضما ن الشخص‬
cakupannya
5. Hiwalah (Pengalihan utang)
 Akad pemindahan utang
piutang satu
pihak kepada pihak lain.
 Pasal 20 angka 13 KHES:

pengalihan utang dari muhil al-


ashil kepada muhal ‘alaih.

Ada tiga pihak yang terlibat;


1) Pihak yang berutang (Muhil
atau madin)
2) Pihak yang memberi utang
(muhal /da`in)
3) Pihak yang menerima
pemindahan (muhal a`alih).
Ditinjau dari segi obyek akad, mazhab Hanafi membagi
dua, yaitu:
• a) Hiwalah al haq (pemindahan hak): apabila yang dipindahkan
merupakan hak menuntut utang.
• b) Hiwalah ad dain (pemindahan utang): jika yang dipindahkan itu
kewajiban untuk membayar utang.

Ditinjau dari sisi lain hiwalah terbagi dua pula yaitu:

• a) Hiwalah muqayyadah (pemindahan bersyarat): Pemindahan tsb


sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak
kedua.
• b) Hiwalah muthlaqah (pemindahan mutlak): Pemindahan utang yang
tidak ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama
kepada pihak kedua yang disebut.

Macam Hiwalah
Hiwalah

Dayn Haq

Perpindahan utang Perpindahan Piutang


Hiwalah

Hiwalah Muqayyadah Hiwalah Muthlaqah

Diaplikasikan pada :
1. Anjak piutang /factoring
2. Kartu Kredit
Hiwalah populer (jumhur) 3. L/C 4, Multijasa
terdapat utang Muhal 5. Cessi
Di mana :
‘alaih kepada Muhil 1.Tidak ada utang
Jadi Rukun hiwalah 6 muhal alaihke Muhil
2. Rukun Hiwalah hanya 5, yakni
tanpa Muhal bih 2
Dalam hiwalah
Muqayyadah
c a b
A berutang kepada B
dan C berutang kpd A

Dalam hiwalah
Mutlaqah :
c a b
A berutang kepada B
Tapi C tidak berutang Bank Nasabah Merchant
kpd A

Hiwalah ini disebut juga Kafalah


Syarat utang yang dialihkan
(al muhal bih)
Sesuatu yang sudah dalam bentuk utang piutang
yang pasti.
Hiwalah mukayyadah utang pihak pertama
kepada pihak kedua & utang pihak ketiga
kepada pihak pertama, harus sama jumlah dan
kwalitasnya.
Hiwalah muthlaqah  kedua utang tidak mesti
sama.
Kedua utang itu mesti sama waktu jatuh tempo
pembayarannya (mazhab Syafi`i).
Akibat Hukum Hiwalah
Kewajiban pihak pertama untuk membayar utang kepada pihak
kedua otomatis terlepas.
(sbgn mazhab Hanafi  kewajiban tersebut masih tetap ada
selama pihak ketiga belum melunasi utangnya kepada pihak
kedua karena akad itu didasarkan atas prinsip saling percaya,
bukan prinsip pengalihan hak dan kewajiban.
Lahirnya hak bagi pihak kedua untuk menuntut pembayaran
utang kepada pihak ketiga.
Menurut mazhab Hanafi, jika akad hiwalah muthlaqah terjadi
karena inisiatif dari pihak pertama, maka hak dan kewajiban
antar pihak pertama dan pihak ketiga yang mereka tentukan
sebelumnya masih tetap berlaku, khususnya jika jumlah utang
piutang antara ketiga pihak tidak sama.
Berakhirnya Salah satu pihak membatalkan
Akad Hiwalah akad hiwalah sblm akad
berlaku secara tetap.
Pihak ketiga melunasi utang yg
dialihkan itu kpd pihak kedua.
Pihak kedua wafat, & pihak
ketiga mrpkn ahli warisnya.
Pihak kedua menghibahkan
harta yang merupakan utang
dalam akad hiwalah itu kpd
pihak ketiga.
Lanjutan…
Pihak kedua membebaskan pihak ketiga dari
kewajibannya untuk membayar utang yang dialihkan itu.
Ulama Hanafi : Hak pihak kedua, tidak dapat dipenuhi
karena pihak ketiga mengalami bangkrut, wafat dalam
keadaan bangkrut, atau dalam keadaan tidak ada bukti
autentik tentang bukti hiwalah, sedangkan pihak ketiga
mengingkari akad itu.
Ulama Maliki, Syafi`i, dan Hambali: selama akad hiwalah
sudah berlaku tetap, maka akad hiwalah tidak dapat
berakhir karena hal tersebut.
Rukun dan Syarat
Hawalah (Pasal
362-365)

Hiwalah/
hawalah
dalam
KHES
Akibat
Hawalah:
Pasal 366-
372
Aplikasi Akad Al Hiwalah
Jasapengalihan tanggung jawab pembayaran utang dari
seseorang yang berutang kepada orang lain
Penerapannya:
◦ Factoring (anjak piutang); nasabah yang punya piutang
kepada pihak ketiga memindahkan piutangnya ke
bank
◦ Post dated check; bank sebagai juru tagih, tanpa harus
membayar piutang terlebih dahulu
◦ Bill discounting; hawalah dengan ditambahkan
pembayaran fee
Bank
(muhal ‘alaih) 5. Bayar
2. Invoice

3. Bayar 4. Tagih

Produsen 1. Suplai Nasabah


(muhil) barang (muhal)

Anda mungkin juga menyukai