Anda di halaman 1dari 44

Modul 5

Konfirmasi Diagnosi
Gizi Buruk

Orientasi PGBT Rawat Jalan 1


Tujuan Pembelajaran

Pada akhir sesi ini, peserta memahami bagaimana:


A. Konfirmasi diagnosis gizi buruk pada balita
B. Melakukan triase balita gizi buruk
C. Merujuk balita gizi buruk ke layanan rawat jalan atau rawat inap
D. Konfirmasi diagnosis gizi buruk pada bayi <6 bulan

Orientasi PGBT Rawat Jalan 2


INGAT
KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT

Orientasi PGBT Rawat Jalan


INGAT
PENEMUAN KASUS KONFIRMASI
Di masyarakat (Posyandu, PAUD, TK, Di tingkat fasyankes:
pertemuan kemasyarakatan, acara - Puskesmas
sosial, kunjungan rumah) - Puskesmas Pembantu/Pustu

Dilakukan oleh anggota masyarakat Oleh Tenaga kesehatan terlatih


yang telah dilatih (kader, guru PAUD,
ibu PKK, orang tua)

Dengan: Dengan:
• Pemeriksaan LiLA - Pemeriksaan BB dan PB atau TB
• Pemeriksaan pitting edema untuk menentukan Z-skor BB/PB
bilateral atau BB/TB
• Identifikasi hambatan - Pemeriksaan MUAC
pertumbuhan saat pemantaun - Pemeriksaan pitting edema
pertumbuhan bulanan. bilateral

Orientasi PGBT Rawat Jalan 4


Konfirmasi diagnosis di fasiltas
pelayanan kesehatan
(balita 6 – 59 bulan)
1. Orientasi orang tua/pengasuh
2. Triase kasus kegawatdararutan medis
3. Rujuk ke rawat inap untuk kasus kegawatdaruratan
4. Pemeriksaan antropometri dan pitting edema bilateral
5. Pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan medis
6. Tes nafsu makan
7. Penerimaan ke rawat jalan atau rawat inap dan layanan
kesehatan lain

Orientasi PGBT Rawat Jalan 5


Konfirmasi diagnosis
Orientasi PGBT Rawat Jalan 6
Pemeriksaan klinis, antropometri, Balita 6 – 59 Bulan
edema di fasyankes

BB <4 kg
TIDAK KONSELING PMBA SESUAI
TIDAK UMUR
TIDAK
Gizi Gizi
Buruk PMT (jika tersedia)
Kurang
KONSELING PMBA SESUAI
YA
YA UMUR
YA
LAYANAN KESEHATAN LAIN

TIDAK BAIK
KOMPLIKASI TES NAFSU RAWAT
MEDIS MAKAN JALAN
TIMBUL
YA KOMPLIKASI
GAGAL/TIDAK ADA MEDIS, EDEMA
NAFSU MAKAN FASE MEMBURUK,7
REHABILITASI GAGAL TES
RAWAT INAP
NAFSU MAKAN
Orientasi PGBT Rawat Jalan
Orientasi PGBT Rawat Jalan 8
1. Orientasi orang tua/pengasuh

• Di fasyankes, tenaga kesehatan perlu menjelaskan


langkah-langkah/tindakan yang akan dilakukan ke
orang tua/pengasuh.
• Tanyakan kepada orang tua/pengasuh Surat
Rujukan Masyarakat, jika balita dirujuk oleh kader,
anggota masyarakat terlatih lain, atau nakes di
tingkat desa.
• Tenaga kesehatan perlu menjawab pertanyaan atau
memberi respon bila ada kekuatiran dari orang
tua/pengasuh.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 9


2. Triase kasus di fasyankes
Balita
0 – 59 bulan

Triase kasus

YA TIDAK

Kasus Kasus non-


Emergensi emergensi

TERAPI KEDARURATAN MEDIS PENILAIAN LENGKAP

Orientasi PGBT Rawat Jalan 10


2. Triase kasus di fasyankes

Segera lakukan penilaian saat balita yang tampak


sangat sakit dibawa/dirujuk ke fasyankes.

Penilaian kasus harus dilakukan oleh tenaga kesehatan


terlatih (dokter, perawat atau bidan).

Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda


bahaya (kedaruratan medis).

Orientasi PGBT Rawat Jalan 11


APA SAJA YANG TERMASUK
TANDA BAHAYA PADA ANAK SAKIT?

Orientasi PGBT Rawat Jalan 12


2. Triase kasus di fasyankes
TANDA BAHAYA umum
• Nafsu makan buruk, tidak bisa minum/menyusu
• Muntah-muntah
• Letargis atau tidak sadar
• Kejang-kejang

Kondisi yang membahayakan jiwa yang sering ditemukan pada balita


gizi buruk
• Hipoglikemia
• Hipotermia
• Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
• Infeksi

SEGERA TANGANI KONDISI KEDARURATAN MEDIS

Orientasi PGBT Rawat Jalan 13


2. Triase kasus di fasyankes
TERAPI KEDARURATAN MEDIS SEGERA
Beri 50 ml larutan glukosa 10% (1 sendok teh muncung/penuh
gula dilarutkan dalam 3 sendok makan air) ke balita yang
tampak sakit.
Dilanjutkan dengan pemberian F75 sesegara mungkin.
Jika balita tidak sadar dan tidak tersedia NGT atau cairan IV, maka
berikan 1 sdt gula diberi 1-2 tetes air dan ditaruh di bawah lidah
(sublingual), ulangi setiap 20 menit untuk mencegah relaps
(teruskan pemberian selama perjalanan ke rawat inap – bila
dirujuk).
Beri terapi antibiotik dosis pertama.
Jaga anak tetap hangat
Orientasi PGBT Rawat Jalan 14
2. Triase kasus di fasyankes
Jika ada tanda bahaya/kedaruratan medis, segera tangani.
Pemeriksaan lengkap harus ditunda hingga kedaruratan medis
tertangani.

Jika balita perlu dirujuk ke layanan rawat inap, pastikan kondisi


kedaruratan medis telah tertangani. Selama proses transportasi,
balita harus dijaga tetap hangat dan diberi makan (F75).

Anggap semua balita gizi buruk (dengan atau tanpa kegawatdarutan


medis/tanda bahaya) mengalami hipoglikemia dan berikan terapi
segera.
Jika tidak ada kegawatdaruratan medis/tanda bahaya 🡪
lanjut pemeriksaan lengkap

Orientasi PGBT Rawat Jalan 15


2. Triase kasus di fasyankes
Kegawatdaruratan medis – tanda and gejala

Kegawatdaruratan Gejala dan Tanda Utama


Hipertermia Suhu badan tinggi — suhu aksilar ≥ 38.5° C —
dengan mempertimbangkan suhu sekitar
Hipoglikemia Tidak ada tanda klinis untuk hipoglikemia. Satu tanda
yang pada balita gizi buruk adalah retraksi kelopak
mata: anak tidur dengan kelopak mata sedikit
terbuka.
Hipotermia Suhu tubuh anak rendah—suhu aksilar < 36,5° C
Muntah terus Balita muntah setiap kali makan/minum.
menerus

Orientasi PGBT Rawat Jalan 16


2. Triase kasus di fasyankes
Kegawatdaruratan medis – tanda and gejala
Kegawatdaruratan Gejala dan Tanda Utama
Letargis, tidak sadar Anak sulit bangun/sadar. Tanya ibu/pengasuh
apakah anak mengantuk terus, tidak tertarik dengan
sekitarnya, tidak memandang ke ibu saat ibu bicara,
atau sangat ngantuk.
Gangguan pernafasan Anak sulit menarik nafas dalam, kadang tampak
tarikan dinding dada bawah.
Sangat pucat Telapak tangan pucat atau kulit tampak sangat
pucat (bandingkan telapak tangan anak dengan
anak-anak lainnya);
Anemia berat bila hemoglobin (Hb) < 4 g/dl atau Hb
antara 4 dan 6 g/dl dengan gangguan pernafasan.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 17


2. Triase kasus di fasyankes
Kegawatdaruratan medis – tanda and gejala
Kegawatdaruratan Gejala dan Tanda Utama
Anoreksi, nafsu Anak tidak cukup minum atau menyusu, atau muntah
makan buruk terus-menerus. Anak gagal dalam tes nafsu makan.
Tanda mata Tahapan gangguan kekurangan vitamin A pada mata
(xerophthalmia): rabun senja; xerosis konjungtiva,
Bitot’s spots; xerosis kornea; ulkus kornea, nekrosis,
perforasi kornea yang mengarah kekebutaan.
Kejang-kejang Gerakan anggota tubuh dan/atau muka yang tidak
terkontrol, dan/atau mata mendelik dan/atau
kehilangan kesadaran saat kejang-kejang.
Dehidrasi Balita gizi buruk kehilangan banyak cairan karena
diare atau muntah berat, dengan tanda mata cekung
yang terjadi karena diare atau muntah.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 18


2. Triase kasus di fasyankes
Kegawatdaruratan medis – tanda and gejala

Kegawatdaruratan Gejala dan Tanda Utama


Pneumonia berat Balita batuk dengan pernafasan cepat,
tarikan dinding dada bawah, demam
tinggi, pernafasan cuping hidung, suara
nafas kasar dan/atau ngorok
Shock Tangan dingin dengan waktu pengisian
kapiler (capillary refill) lambat – lebih dari 3
detik dan/atau nadi cepat dan lemah.
Tidak sadar atau koma Balita tidak merespon pada rangsangan
sakit.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 19


VIDEO TANDA-TANDA BAHAYA

Orientasi PGBT Rawat Jalan 20


3. Pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan edema di fasyankes
Saat tidak ada kegawatdaruratan medis/tanda bahaya, maka
tenaga kesehatan akan:
1. Menentukan umur anak.
Bila memungkinan, cek tanggal lahir dengan catatan resmi,
seperti akte lahir, kartu keluarga atau Buku KIA. Jika tidak
mungkin, bantu ibu/pengasuh untuk mengingat dengan
menggunakan kalendar setempat.
2. Periksa pitting edema bilateral dan dengan hasil: - /+1 / +2 / +3
3. Periksa LiLA (hingga ketepatan 0,1 cm) untuk balita 6 – 59
bulan.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 21


3. Pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan edema di fasyankes
Saat tidak ada kegawatdaruratan medis/tanda bahaya, maka tenaga kesehatan
akan :
4. Pemeriksaan BB dan PB atau TB:
◦ Timbang BB dengan menggunakan alat timbang yang direkomendasikan
(ketepatan sampai 0,1 kg). Anak harus ditimbang tanpa pakaian atau
menggunakan celana ringan untuk kesopanan..
◦ Ukur PB/TB dengan menggunakan papan pengukur (ketepatan sampai
0,5 cm)

Pengukuran Panjang Banda Pengukuran Tinggi Badan


• Balita < 2 tahun, atau • Balita ≥ 2 tahun, atau
• Balita < 87 cm jika umur tidak diketahui, • Balita ≥ 87 cm jika
atau umur tidak diketahui
• Terlalu lemah untuk berdiri
Tentukan Z-Skor BB/PB atau BB/TB dengan menggunakan tabel
WHO 2006 tables
Orientasi PGBT Rawat Jalan 22
3. Pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan edema di fasyankes

Timbang BB Pengukur PB
atau TB

Pengukuran Pemeriksaan
LiLA pitting edema
bilateral

Orientasi PGBT Rawat Jalan 23


3. Pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan edema di fasyankes
Lanjut ke langkah konfirmasi selanjutnya
Gizi Buruk
Catat hasil pemeriksaan di kartu status
pasien

Gizi Kurang Pulang dengan konseling PMA sesuai


umur dan PMT, bila tersedia.

Gizi Baik
Pulang dengan konseling PMBA
sesuai umur

Orientasi PGBT Rawat Jalan 24


4. Riwayat kesehatan dan
pemeriksaan medis di fasyankes
Tenaga kesehatan terlatih menanyakan riwayat kesehatan
lengkap dan lakukan pemeriksaan medis:
• Riwayat kesehatan lengkap, termasuk:
riwayat kelahiran, imunisasi, menyusu, pemberian MP ASI,
penyakit yang pernah dan saat ini diderita dan riwayat keluarga
(seperti anggota keluarga yang menderita TBC).
• Pemeriksaan fisik lengkap
• Umum: Kesadaran, laju nafas, nadi, dan suhu tubuh
• Spesifik (merujuk ke formulir MTBS)
• Pemeriksaan lain sesuai indikasi

Orientasi PGBT Rawat Jalan 25


Konfirmasi
masuk layanan Kurang gizi akut
rawat jalan
atau rawat inap
Gizi buruk
Gizi buruk tanpa Gizi kurang
dengan
komplikasi tanpa komplikasi
komplikasi
medis medis
medis*

Rawat Inap Rawat Jalan Konseling PMBA


menurut umur dan
PMT (bila tersedia)

*Komplikasi: anorexia atau tidak ada nafsu makan, muntah terus menerus, kejang,
letargis, penurunan kesadaran, infeksi saluran pernafasan bawah, demam tinggi,
dehidrasi berat, diare persiten, anemia berat, hipoglikemia, hipotermia, tanda
kekurangan vitamin A pada mata, dan lesi kulit berat.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 26


5. Tes Nafsu Makan
• Tes nafsu makan hanya dilakukan pada
balita gizi buruk ≥6 months.

• Tes ini dilakukan di fasyankes oleh tenaga


kesehatan terlatih dengan menggunakan
RUTF
Ready-to-use-food (RUTF) adalah makanan tinggi energi, protein dan
zat gizi mikro, yang direkomendasikan untuk terapi gizi balita gizi
buruk (6 – 59 bulan) tanpa komplikasi medis di layanan rawat jalan

Kandungan RUTF setara dengan F-100 (digunakan di rawat inap)


sebagai terapi gizi di fase rehabilitasi (tumbuh kejar).

Orientasi PGBT Rawat Jalan 27


5. Tes Nafsu Makan
Mengapa perlu dilakukan tes nafsu makan?
Jika anak mempunyai nafsu makan yang baik,
kemungkinan anak tidak mempunyai komplikasi medis
Jika anak mempunyai nafsu makan yang buruk, anak
mungkin mempunyai komplikasi medis dan/atau penyakit
penyerta yang membutuhkan rawat inap
Hanya anak-anak dengan nafsu makan yang baik yang
ditangani di layanan rawat jalan dan mendapatkan obat
gizi
Anak yang nafsu makannya buruk ketika tes nafsu makan
kemungkinan ia juga tidak mau makan di rumah

Orientasi PGBT Rawat Jalan 28


5. Tes Nafsu Makan
Prosedur (Tunjukkan pada ibu):
• Tes dapat dilakukan untuk satu anak atau satu kelompok anak
bersama-sama (membujuk anak untuk makan obat gizi ketika bersama
dalam satu kelompok)
• Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan
• Jelaskan pada pengasuh/orangtua tujuan dari tes nafsu makan dan
bagaimana tes akan dilakukan
• Tanya ibu/pengasuh kapan terakhir naka
makan/diberimakan. Jika mungkin, tes
dilakukan minimal 2 jam setelah makan
terakhir. → (pesan ke ibu)
• Minta pengasuh untuk mencuci tangan dengan
sabun, dan mencuci muka dan tangan anak
dengan sabun
• Pastikan kemasan Obat Gizi bersih sebelum
melakukan tes nafsu makan
Orientasi PGBT Rawat Jalan 29
5. Tes Nafsu Makan
Prosedur (Tunjukkan pada ibu):
• Biarkan anak bermain dengan kemasan
Obat Gizi dan menjadi terbiasa dengan
lingkungan sekitar
• Berikan pengasuh air minum bersih yang
direbus untuk anak minum ketika ia makan
Obat Gizi
• Remas-remas kemasan sebelum
digunakan. Buka. Tekan dan makan
• Minta pengasuh untuk duduk nyaman
dengan anak di pangkuan mereka dan
berikan Obat Gizi langsung dari kemasan Jika memungkinkan, saat
atau dengan sendok kecil. tes nafsu makan minta
anak untuk memegang
dan makan RUTF langsung
dari bungkusnya.
Orientasi PGBT Rawat Jalan 30
5. Tes Nafsu Makan

Prosedur (Tunjukkan pada ibu):


• Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus
untuk membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
• Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak tertekan,
mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak
dipaksa untuk makan Obat Gizi
• Amati (Tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan)
• Catat hasil tes di Kartu Status Pasien
• Obat Gizi yang digunakan untuk tes nafsu makan sebaiknya
dikurangi dari jatah yang dibawa pulang

Orientasi PGBT Rawat Jalan 31


MEASURING THE PORTION

½ (SETENGAH) 1/3 (SEPERTIGA)

¼ (SEPEREMPAT)

Source: A Training of Trainers on the Philippine Integrated Management of Acute Malnutrition


(PIMAM) for Children under Five Years of Age

Orientasi PGBT Rawat Jalan 32


4. Tes Nafsu Makan
Untuk menentukan bahwa nafsu makan anak baik selama tes nafsu makan
(30 menit – 1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah berikut:

Sumber: WHO (2014). Integrated Management of Childhood Illness: distance learning


course.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 33


4. Tes Nafsu Makan
Hasil :

Anak dapat menghabiskan jumlah RUTF


yang ditentukan untuk lulus tes, anak makan
Baik
RUTF dengan lahap dan terlihat ingin makan
terus.

Anak mengonsumsi RUTF dengan bujukan


Buruk terus menerus dari pengasuh atau menolak
makan RUTF.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 34


4. Tes Nafsu Makan
Kapan tes nafsu makan dilakukan:
• Saat penerimaan
• Kunjungan selanjutnya (setiap minggu)

Jika nafsu makan buruk atau tidak ada nafsu makan sama
sekali (berdasarkan hasil tes nafsu makan) 🡪 rujuk ke layanan
rawat inap, walaupun tidak ditemukan tanda bahaya atau
komplikasi medis

Orientasi PGBT Rawat Jalan 35


Orientasi PGBT Rawat Jalan 36
Orientasi PGBT Rawat Jalan 37
TINGKAT FASILITAS LAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT RUJUK
PENEMUAN dan TRIASE KASUS
RUJUKAN KASUS

Pemeriksaan oleh tenaga


OLEH ANGGOTA KASUS KASUS NON-
MASYARAKAT

kesehatan terlatih
EMERGENSI EMERGENSI
TERLATIH
PENANGANAN
SELF-REFERRAL OLEH KEDARURATAN
ORANG TUA/PENGASUH MEDIS Pemeriksaan
• Edema Bilateral
• Antropometri
RAWAT INAP • Medis lengkap

Tes nafsu Komplikasi


makan GAGAL medis +
Diagnosis
RAWAT Tes nafsu Komplikasi GIZI BURUK
JALAN makan BAIK medis -
Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan terlatih
Orientasi PGBT Rawat Jalan 38
Merujuk anak ke rawat inap
Prosedur:
⮚ Jika ditemukan tanda kedaruratan medis/bahaya, ikuti protokol
penanganan kedararutan medis sesuai kondisi anak.

⮚Jelaskan kepada orang tua/pengasuh bila anak perlu dirujuk


karena kondisinya.

⮚Lengkapi surat rujukan

⮚Hubungi fasiltas layanan kesehatan terdekat yang mempunyai


fasilitas layanan rawat inap balita gizi buruk.

⮚Atur transport dan sebaiknya keluarga ditemani oleh tenaga


kesehatan, kader dan/atau kepala desa saat dirujuk.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 39


Slip Pindah/Rujuk

Orientasi PGBT Rawat Jalan 40


Konfirmasi diagnosis di fasilitas
pelayanan kesehatan
(bayi < 6 bulan)
1. Orientasi orang tua/pengasuh
2. Triase kasus kegawatdararutan medis
3. Rujuk ke rawat inap untuk kasus kegawatdaruratan
4. Pemeriksaan antropometri dan pitting edema bilateral
5. Pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan medis
6. Rujuk ke layanan rawat inap bagi bayi < 6 bulan dengan
gizi buruk.
7. Konseling PMBA bila gizi baik

Orientasi PGBT Rawat Jalan 41


BAYI <6 BULAN
Pemeriksaan medis, antropometri,
oedema bilateral di fasyankes

TIDAK TIDAK BB TIDAK


GIZI KOMPLIKASI NAIK ATAU
MEDIS
BURUK TURUN

YA YA
YA TIDAK

TERLALU
LEMAH UNTUK
RAWAT MENYUSU
INAP YA
TIDAK

Konfirmasi Perawatan di Layanan KONSELING PMBA


Rawat Jalan atau Rawat Inap LAYANAN KESEHATAN LAIN

Orientasi PGBT Rawat Jalan 42


KESIMPULAN,
KAPAN ANAK GIZI BURUK DAPAT MASUK
DALAM KATEGORI RAWAT JALAN?

(Polls)

Orientasi PGBT Rawat Jalan 43


Proses Konfirmasi pada Masa COVID-19
Berdasarkan laporan dari kader, tenaga kesehatan akan melakukan
konfirmasi status gizi balita:

• Berkoordinasi dan berkomunikasi dengan kader untuk menentukan


mekanisme dan jadwal konfirmasi. Konfirmasi ulang dapat dilakukan:
• Orangtua/pengasuh diminta untuk datang ke fasyankes atau tempat
lainnya yang disepakati pada tanggal dan waktu yang telah disetujui
bersama.
• Tenaga kesehatan dan kader melakukan kunjungan rumah pada
tanggal dan waktu yang telah disepakati bersama.
Baik saat konfirmasi ulang dilakukan di fasyankes ataupun di rumah,
protokol kesehatan dan keamanan selama masa pandemi COVID-19 tetap
harus diperhatikan.

Orientasi PGBT Rawat Jalan 44

Anda mungkin juga menyukai