Anda di halaman 1dari 39

SINDROM DISPEPSIA

OLEH
Bayu Fajar Pratama
NIM. 1108114678

PEMBIMBING
dr. H. Andi Zainal, SpPD, KGEH, FINASIM

Kepaniteraan Klinik Senior


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Pekanbaru, 24 Juli 2015
PENDAHULUAN
SINDROM DISPEPSIA
• Kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa,
rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh
• Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek dokter umum
dan 60% kasus praktek gastroenterologist adalah sindrom
dispepsia
• Departemen Kesehatan RI (2004) : dispepsia (1,3%) berada
di urutan ke-15 dari 50 kasus rawat inap terbanyak
• Lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki
PENDAHULUAN

Sindrom dispepsia
Dispepsia
Dispepsia
fungsional
organik (40%)
(60%)
Sering ditemukan Sering ditemukan
pada usia > 45 pada usia > 20
tahun tahun
SINDROM DISPEPSIA
DEFINISI
• Kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa
tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa
penuh
• Rome II (2000) : dispepsia adalah nyeri atau rasa
tidak nyaman di daerah perut atas bagian tengah
atau epigastrium
SINDROM DISPEPSIA

K
L
Ditemukan kelainan
A Dispepsia organik
organik atau struktural
S
I
Satu atau lebih keluhan
F sindrom dispepsia
I
K
Terjadi selama 3 bulan
A Dispepsia fungsional
dalam 6 bulan terakhir
S
I
Tidak ada bukti kelainan
struktural
SINDROM DISPEPSIA
DISPEPSIA FUNGSIONAL

• Ulcer-like dyspepsia
• Keluhan dominan nyeri ulu hati

• Dismotility-like dyspepsia
• Keluhan dominan perut kembung, mual, muntah,
perut terasa penuh, dan cepat kenyang

• Non-specific dyspepsia
• Tidak ada keluhan dominan
SINDROM DISPEPSIA
DISPEPSIA FUNGSIONAL

• Ulcer-like dyspepsia
• Keluhan dominan nyeri ulu hati

• Dismotility-like dyspepsia
• Keluhan dominan perut kembung, mual, muntah,
perut terasa penuh, dan cepat kenyang

• Non-specific dyspepsia
• Tidak ada keluhan dominan
SINDROM DISPEPSIA
ETIOLOGI

• Kelainan organik
• Esofago-gastro-duodenum
• Obat-obatan
• Hepatobilier
• Pankreas
• Penyakit sistemik

• Gangguan fungsional
• Dispepsia fungsional
SINDROM DISPEPSIA
PATOFISIOLOGI
• Dispepsia organik
• Sesuai kelainan organik yang mendasari
• Dispepsia fungsional
• Sekresi asam lambung
• Helicobacter pylori (Hp)
• Dismotilitas gastrointestinal
• Ambang rangsang persepsi
• Disfungsi autonom
• Aktivitas mioelektrik lambung
• Hormonal
• Diet dan faktor lingkungan
• Psikologis
SINDROM DISPEPSIA
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Keluhan sindrom dispepsia
• Onset dan durasi keluhan
• Faktor yang meringankan atau memperberat keluhan
• Keluhan penyerta (ex: keluhan BAB-BAK, nyeri dada)
• Konsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu
• Riwayat operasi saluran cerna
• Riwayat penyakit paru, jantung, ginjal
• Psikososial
• Alarm symptoms
SINDROM DISPEPSIA

A
L - Onset baru pada usia > 55 tahun
A - Disfagia progresif atau odinofagia
R - Perdarahan rektum atau melena
M - RPK kanker saluran cerna bagian atas
- Penurunan berat badan > 10%
S - Riwayat operasi gaster atau keganasan
Y - Riwayat ulkus peptikum
M - Anoreksia / rasa cepat kenyang
P - Jaundice
T - Vomitus persisten
O - Anemia atau perdarahan
M - Massa pada abdomen atau limfadenopati
S
SINDROM DISPEPSIA
DIAGNOSIS

• Pemeriksaaan fisik
• Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital
• Head-to-toe examination

• Pemeriksaan penunjang
• Foto esofagogastroduodenum + kontras
• USG abdomen
• Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
• Serologi H. pylori
• Urea breath test
SINDROM DISPEPSIA
TATALAKSANA
• Non farmakologis
• Istirahat
• Diet seimbang karbohidrat, protein, lemak, vitamin
• Makan sedikit-sedikit dan sering
• Berhenti merokok
• Hindari konsumsi kafein dan alkohol
• Pertahankan BB ideal
• Hindari makanan yang merangsang, seperti makanan
pedas dan asam
SINDROM DISPEPSIA
TATALAKSANA
• Farmakologis
• Antasida
• Anti kolinergik
• Antagonis reseptor H2
• Proton pump inhibitor (PPI)
• Sitoprotektif
• Prokinetik
• Psikoterapi
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sungai Bakau, Rokan Hilir
Masuk RS : 26 Juni 2015
Medical record : 80 44 25
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama
• Nyeri ulu hati yang memberat satu hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS)
 
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sejak satu minggu SMRS pasien mengeluhkan nyeri ulu hati
yang dirasakan hilang-timbul. Pasien tidak nafsu makan, hanya
makan bubur sekitar 2-4 sendok makan per hari. Pasien
mengeluhkan mual dan muntah setiap kali makan. Muntah
sekitar empat kali sehari sebanyak setengah gelas tiap kali
muntah. Muntah berwarna putih kekuningan, kadang disertai
makanan, dan tidak disertai darah.
• Dua hari SMRS pasien mengeluhkan demam dan dada terasa
panas. Selain itu pasien mengeluhkan batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih kekuningan. Batuk memberat saat malam
hari. Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas.
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Sekarang
• Satu hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri ulu hati
yang semakin memberat dan dirasakan terus-
menerus. Pasien tidak mau makan karena nyeri dan
badan terasa lemas. Pasien buang air besar (BAB)
hanya satu kali dalam satu minggu terakhir, BAB
berwarna kecoklatan, riwayat BAB berwarna hitam
dan lengket disangkal, buang air kecil (BAK) tidak
ada kelainan.
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mengalami keluhan nyeri ulu hati yang berulang sejak 1
tahun yang lalu dan pasien meminum obat sakit maag yang
dibeli sendiri di warung (Promag) untuk mengurangi
keluhannya
• Riwayat diabetes mellitus (-)
• Riwayat hipertensi (+), diketahui sejak 2 tahun yang lalu,
kontrol tidak rutin, pasien tidak pernah mengkonsumsi obat
anti hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang
sama
• Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga (-)
• Riwayat hipertensi dalam keluarga (+), yaitu ibu pasien
LAPORAN KASUS
Riwayat Sosial, Pekerjaan, dan Kebiasaan
• Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
• Riwayat merokok (-), riwayat konsumsi alkohol (-)
• Jadwal makan pasien tidak teratur
• Pasien sering minum jamu untuk mengurangi pegal
sejak 4 tahun SMRS
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
 
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Vital Sign
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88x/menit
Frekuensi napas : 18x/menit
Suhu : 37,2o C
LAPORAN KASUS
Kepala – Leher
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Leher : pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
 
Thoraks - Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris, tidak ada
gerakan dinding dada yang tertinggal
Palpasi : Vocal fremitus simetris normal
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), bunyi nafas melemah
di basal paru kanan, ronki basah (+/+),
wheezing (-/-)
LAPORAN KASUS
Thoraks - Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung linea sternalis
dekstra
Batas kiri jantung linea midclavicula
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler
normal, murmur (-), gallop (-)
LAPORAN KASUS
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut tampak datar, simetris,
scar (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG (26 Juni 2015)

Leukosit : 13.400
Eritrosit : 3.690.000
Hb : 11,0
Ht : 32,5
Trombosit : 309.000
GDS : 82
Na+ : 134,5
K+ : 3,19
Cl- : 107,8
 
Rontgen thoraks
Peningkatan corakan bronkovaskular
infiltrat di basal paru kanan
LAPORAN KASUS
RESUME
Ny. M, 62 tahun, ibu rumah tangga, datang ke RSUD
Arifin Achmad dengan keluhan utama nyeri ulu hati
yang memberat satu hari SMRS. Dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien mengeluhkan nyeri ulu hati
yang hilang-timbul, mual, muntah dan tidak nafsu
makan sejak satu minggu SMRS. Pasien memiliki
riwayat nyeri ulu hati berulang sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan demam, dada terasa
panas, dan batuk berdahak dua hari SMRS.
LAPORAN KASUS
RESUME
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
140/80 mmHg, konjungtiva anemis, crackles (+) di ICS
II linea sternalis dekstra dan sinistra, bunyi nafas
melemah di ICS V linea aksilaris anterior dekstra, dan
nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan leukosit meningkat dari
pemeriksaan darah rutin serta peningkatan corakan
bronkovaskular dan infiltrat di basal paru kanan dari
pemeriksaan rontgen thoraks.
LAPORAN KASUS
DAFTAR MASALAH

1. Sindrom dispepsia

Pengkajian
Nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, pasien tidak mau makan, mual dan
muntah, sering minum jamu, nyeri tekan epigastrium (+)

Perencanaan
Esofagogastroduodenoskopi (EGD)

Terapi
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. omeprazole 2 x 40 mg

Edukasi
Jadwal makan teratur, porsi makan sedikit-sedikit tiap kali makan
LAPORAN KASUS
DAFTAR MASALAH

2. Hipertensi stage I

Pengkajian
Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, TD 140/80 mmHg

Perencanaan
Rontgen thoraks, EKG, profil lipid

Terapi
Amlodipine 2 x 5 mg

Edukasi
Diet rendah garam rendah lemak, rutin minum obat anti hipertensi, dan
kontrol rutin tekanan darah tiap bulan
LAPORAN KASUS
DAFTAR MASALAH

3. Susp. pneumonia

Pengkajian
Demam, dada terasa panas, batuk berdahak dengan dahak putih kekuningan,
leukositosis, rontgen thoraks peningkatan corakan bronkovaskular dan infiltrat di
paru kanan

Perencanaan
Kultur sputum

Terapi
Eritromisin 3 x 500 mg
Ambroxol 3 x 30 mg

Edukasi
Edukasi etika batuk dan cara membuang dahak
LAPORAN KASUS
Follow-up 28 Juni 2015
S : Pasien mengeluhkan badan lemas, batuk berdahak (+), nyeri
ulu hati mulai berkurang
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran composmentis
TD : 160/100 mmHg
RR : 20x/mnt
N : 80x/menit
T : 36,9oC
Nyeri tekan epigastrium (+)
A : Sindrom dispepsia + hipertensi grade II + susp. pneumonia
P : IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. omeprazole 2 x 40 mg
Amlodipin 2 x 5 mg
Eritromisin 3 x 500 mg
Ambroxol 3 x 30 mg
LAPORAN KASUS
Follow-up 29 Juni 2015
S : Pasien mengeluhkan badan masih terasa lemas, nyeri ulu hati
minimal, batuk berkurang
O : Keadaan umum tampak sakit ringan
Kesadaran composmentis
TD : 150/70 mmHg
RR : 18x/menit
N : 72x/menit
T : 34,3oC
Nyeri tekan epigastrium (+)
A : Sindrom dispepsia + hipertensi grade I + pneumonia
P : IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. omeprazole 2 x 40 mg
Amlodipin 2 x 5 mg
Eritromisin 3 x 500 mg
Ambroxol 3 x 30 mg
LAPORAN KASUS
Follow-up 30 Juni 2015
S : o.s. mengeluhkan badan masih lemas, nyeri ulu hati (-), batuk
berkurang
O : Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
TD : 140/70 mmHg
RR : 17x/menit
N : 80x/menit
T : 36,0oC
Nyeri tekan epigastrium (-)
A : Hipertensi grade I + susp. pneumonia
P : Pasien boleh pulang. Bawa obat pulang:
Eritromisin 3 x 500 mg selama 5 hari
Ambroxol 3 x 30 mg selama 3 hari, diteruskan bila masih batuk
Amlodipin 2 x 5 mg selama 10 hari, kontrol ulang saat obat habis
PEMBAHASAN
Nyeri ulu hati sejak 1 minggu SMRS, hilang timbul, disertai mual-
muntah, muntah sekitar 4x/hari sebanyak ½ gelas tiap kali
muntah berwarna putih kekuningan

Nyeri ulu hati memberat sejak 1 hari SMRS dan pasien dibawa ke
RSUD Arifin Achmad

Pemeriksaan fisik : nyeri tekan epigastrium (+)

SINDROM DISPEPSIA
PEMBAHASAN

SINDROM DISPEPSIA

Alarm symptoms
- Onset baru keluhan di usia > 55 tahun
- Anoreksia (pasien tidak mau makan)

Anjuran pemeriksaan EGD


PEMBAHASAN

Pemeriksaan EGD

Kelainan organik (+) Kelainan organik (-)

Dispepsia organik Dispepsia fungsional

Tatalaksana sesuai kelainan Terapi empiris : PPI


organik yang ditemukan Inj. Omeprazol 2 x 40 mg
PEMBAHASAN

Riwayat hipertensi diketahui sejak 2 tahun yang


lalu. Tekanan darah 140/80 mmHg

Hipertensi grade I

Amlodipine 2 x 5 mg
Edukasi batasi konsumsi garam, rutin berobat dan
kontrol tekanan darah
PEMBAHASAN
Demam, dada terasa panas, dan batuk berdahak dengan
dahak berwarna kekuningan sejak 2 hari SMRS. Batuk
memberat pada malam hari

Pemeriksaan fisik : auskultasi vesikular (+/+), suara nafas


melemah di basal paru kanan, ronki basah (+/+)

Rontgen toraks : peningkatan corakan bronkovaskular dan


infiltrat di basal paru kanan

SUSP. PNEUMONIA
PEMBAHASAN

SUSP. PNEUMONIA

Anjuran pemeriksaan kultur sputum dan tes


sensitivitas antibiotik

Tatalaksana dengan antibiotik sesuai hasil kultur


sputum dan tes sensitivitas antibiotik

Terapi empiris
Eritromisin 3 x 500 mg selama 7 hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai