INDUSTRI FARMASI
BURHANUDDIN
TAEBE
FFUH
MAKASSAR
PENDAHULUAN
Obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan ketentuan
dalam CPOB yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya
SEJARAH CPOB
1. PERMENKES No. 43/MENKES/SK/II/1988 CPOB Pertama
2. CPOB 2001 REVISI CPOB 1988 mengacuh pada GMP 2000
3. CPOB 2006 Peraturan BPOM RI No. HK.00.05.3.0027
Dikenal juga dengan nama CPOB Terkini, CPOB dinamis
(c-GMP)
4. CPOB 2012 Peraturan BPOM RI No. HK.03.1.33.12.12.8195
5. CPOB 2018 Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2018, tentang Perubahan
Atas Peraturan Kepala BPOM Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195
Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik
Perbedaan CPOB 2012 – CPOB 2018
Perbedaan CPOB 2012 – CPOB 2018
Perbedaan CPOB 2012 – CPOB 2018
PENDAHULUAN
Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
merupakan cara pembuatan obat tradisional yg diikuti dengan
pengawasan menyeluruh & bertujuan untuk menyediakan obat
tradisional yg senantiasa memenuhi persyaratan yg berlaku
(Kepmenkes No. 659/MENKES/SK/X/1991)
SEJARAH CPOTB
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : Hk.00.05.4.1380, Tahun 2005, tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik (CPOTB) CPOTB Pertama
2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor Hk.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011, tentang Persyaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik pengganti Peraturan Kepala BPOM
Nomor HK.00.05.4.1380, Tahun 2005, tentang Pedoman CPOTB, sudah tidak
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga perlu
diganti CPOTB Kedua
3. Tahun 2021 Kepala BPOM mengeluarkan Peraturan BPOM No. 25 Tahun 2021,
tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik sebagai
Perubahan atas PerKaBPOM Nomor Hk.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011, tentang
Persyaratan Teknis CPOTB
Perubahan CPOTB 2011 ke Draft CPOTB 2020
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR
25 Tahun 2021 Tentang PENERAPAN CARA PEMBUATAN
OBAT TRADISIONAL YANG BAIK (CPOTB) 18 BAB
CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan OT yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yg ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penerapan CPOTB meliputi: a. sistem mutu Industri Obat Tradisional;
b. personalia c. bangunan-fasilitas; d. peralatan; e. produksi; f. cara
penyimpanan dan pengiriman Obat Tradisional yang baik; g.
pengawasan mutu; h. inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan
pemasok; i. keluhan dan penarikan produk; j. dokumentasi; k. kegiatan
alih daya; l. kualifikasi dan validasi; m. sistem komputerisasi; n. cara
pembuatan bahan aktif Obat Tradisional yang baik; o. sampel
pembanding dan sampel pertinggal; dan p. manajemen risiko mutu.
PENDAHULUAN
Kosmetika
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan Kosmetika yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
SEJARAH CPKB
1. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) di Indonesia diterapkan pada tahun
2003 Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.3870 tahun
2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik.
2. Untuk lebih menjelaskan dan menggambarkan penerapannya pada tahun 2010
terbit Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor: Hk.
03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik Yang Baik
3. Peraturan BPOM No. 25 tahun 2019 tentang Pedoman CPKB
4. Perubahan Peraturan BPOM No. 25 tahun 2019 Peraturan BPOM No. 31
tahun 2020
5. Petunjuk Teknik Penyusunan Dokumen CPKB Industri Golongan B, 3 Nov 2021
6. Peraturan BPOM No. 33 tahun 2021 tentang Sertifikat CPKB, 30 Des 2021
Perbandingan CPKB – Petunjuk Operasional CPKB
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab II Ketentuan Umum
Bab II Ketentuan Umum
Bab III Personalia
Bab III Personalia
Bab IV Bangunan Dan Fasilitas
Bab IV Bangunan Dan Fasilitas
Bab V Peralatan
Bab V Peralatan
Bab VI Sanitasi Dan Higiene
Bab VI Sanitasi Dan Higiene
Bab VII Produksi
Bab VII Produksi
Bab VII Pengawasan Mutu
Bab VII Pengawasan Mutu
Bab IX Dokumentasi
Bab IX Dokumentasi
Bab X Audit Internal
Bab X Audit Mutu
Bab XI Penyimpanan
Bab XI Penyimpanan
Bab XII Kontrak Produksi Dan Pengujian
Bab XII Kontrak Produksi Dan Pengujian
Bab XIII Penanganan Keluhan Dan Penarikan Produk
Bab XIII Penanganan Keluhan Dan Penarikan Produk
Daftar Lamp. Prosedur Operasional Baku (POB)
Daftar Lamp. Instruksi Kerja (Ik)
Daftar Lamp. Catatan
Daftar Lamp. Lain-Lain
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PEDOMAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK (CPKB)
PELATIHAN
Seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat
diberikan pelatihan mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya
maupun mengenai prinsip CPOB.
Pelatihan sesuai tugas yang diberikan, pelatihan berkesinambungan dan
efektifitas penerapan dinilai secara berkala.
Pelatihan diberikan bagi personel yang berada pada:
- Area Produksi
- Gudang penyimpanan atau Lab.
- Personel yang kegiatannya berpengaruh pada mutu produk
- Area dengan pencemaran merupakan faktor resiko, misal pada daerah
aseptis
PELATIHAN
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ; dengan materi a.l
1. Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan
2. Penanganan bahan berbahaya
3. Penganggulangan bahaya kebakaran
4. Keselamatan kerja
Pelatihan khusus
Pelatihan mengenai bekerja di area tertentu (pengenalan area kerja)
Pelatihan yang menjelaskan mengenai SOP yang berkaitan dengan area
pekerjaan (dapat dilakukan di area proses produksi langsung)
Pelatihan mengenai proses produksi dan tata cara pengoprasian
peralatan yang dipergunakan operator dan cara melakukan pemeriksaan
visual suatu alat proses
PELATIHAN
Pelatihan Tambahan
Dasar Umum
1. Pengenalan Perusahaan, (sejarah perusahaan, Struktur organisasi,
Peraturan dan tata tertib, PP, dll)
2. Pengenalan Produk secara umum
3. Uraian tugas personil yang bersangkutan
4. Pengenalan Pabrik (tempat bekerja dan sarana prasaran pabrik yang
dapat dipergunakan, jalur lalu lintas orang dan barang, dll)
PELATIHAN
Dasar Terkait CPOB
1. Pengetahuan kekhususan industri farmasi
2. Pelatihan Hygine perorangan, a.l ;
- Petingnya memakai APD
- Pemakaian pakaian yang bersih dan rapi
- Penampilan bersih dan rapi (rambut tidak gondrong dan
tidak memakai asesoris di area plant)
- Pengetahuan pentingnya mencuci tangan sebelum bekerja
- Pengetahuan mikrobiologi (cara mencegah kuman tidak
berkembang biak dan tidak mengkontaminasi produk )
PELATIHAN
Dasar Terkait CPOB
1. Pengetahuan kekhususan industri farmasi
2. Pelatihan Hygine perorangan, a.l ;
- Menginformasikan bahwa karyawan sakit dan menderita
luka terbuka tidak diperkenankan ikut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam proses produksi
- Pengetahuan kebersihan secara umum, kebiasaan
bekerja bersih dan rapi, sebelum meninggalkan ruangan mesin
dalam keadaan bersih dan rapi, larangan memakai perhiasan dan
jam
PELATIHAN
Pelatihan Umum
Penjelasan jika ada perubahan / peraturan atau hal baru yang berkaitan
mengenai CPOB, SOP / Prototap, alat baru, produk baru
Studi kasus untuk membicarakan kesalahan yang pernah terjadi dan
cara mengatasinya
Harus ada catatan pelatihan secara berkala (Daftar matrik pelatihan dan
Realiasi Pelaksanaan Pelatihan), serta daftar hadir pelatihan, materi pelatihan
dan evaluasi pelatihan