INFERTILITAS WANITA
DOSEN PENGAMPU :DR. YUNI AHDA, M.SI.
OLEH KELOMPOK 3
Abnormalitas
03 Cairan Servik
01
Gangguan Ovulasi
Ovulasi
pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi
Ovulasi juga dapat didiagnosis dengan mengukur suhu tubuh wanita setiap hari.
Suhu tubuh meningkat setengah derajat setelah ovulasi, dan sel telur dapat
dibuahi selama sekitar 24 jam
Bagi banyak wanita, indikator kesuburan yang paling
dapat diandalkan adalah adanya lendir serviks yang
tipis dan berserat yang memiliki konsistensi dan
penampilan putih telur mentah. Sekresi dari serviks
berubah sebagai respons terhadap aksi estrogen
dan progesteron
wanita subur sejak awal keluarnya cairan berserat
ketika lendir memungkinkan sperma mencapai
saluran telur tempat mereka menunggu sel telur.
Kesuburan berlanjut selama beberapa hari
setelah pelepasan benang karena sperma telah
mendapatkan akses ke saluran telur dan dapat
bertahan hidup selama tiga sampai lima hari
Setelah folikel primer cukup
besar, ia menghasilkan
cukup estrogen untuk
merangsang pelepasan
GnRH. Hal ini
menyebabkan lonjakan
kadar FSH dan LH, yang
berlangsung sekitar 24
jam. Ovulasi terjadi 10-12
jam setelah puncak LH,
Hormon
• gonadotropin-releasing
hormone (GnRH)
merangsang sintesis dan
pelepasan gonadotropin
hipofisis, hormon perangsang
folikel (FSH), dan hormon
luteinizing (LH). Pada laki-laki,
kedua hormon ini terlibat dalam
produksi sperma; pada wanita,
mereka membantu mengatur
ovulasi dan menstruasi.
Hormon FSH dan LH
Pengendalian proses pembuhan
Pil KB memasok tubuh dengan versi sintetik
estrogen dan progesteron dosis rendah yang
berkelanjutan. Estrogen yang ada dalam pil
berada pada tingkat yang cukup rendah untuk
mencegah ovulasi. Progesteron yang
terkandung dalam pil berfungsi sebagai
cadangan jika terjadi ovulasi dengan membuat
lendir yang dikeluarkan oleh serviks menjadi
tahan terhadap naiknya sperma. Kadar hormon
yang rendah juga mencegah lapisan rahim
berkembang cukup untuk mendukung
kehamilan.
Tumor atau Kista
Definisi dari kista ovarium
adalah pertumbuhan jaringan
abnormal berbentuk kantung
yang berisiair pada sekitar
ovarium
Tampilan USG Ovarium: (a) Kanan Transvaginal potongan Axial; (b) Kiri Transabdominal, lateral
dari uterus
Masalah Kelenjer Tiroid
Hormon Tiroid
Hormon tiroid terlibat dalam mengatur siklus menstruasi dan kesuburan
termasuk mengatur follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone
pada biosintesis hormon steroid oleh triiodotironin di oosit
Hidrosalping bisa hanya terjadi di satu tuba falopi maupun keduanya. Mekanisme dasar yang
memicu terjadinya hidrosalping adalah peradangan akut maupun kronis yang merusak integritas
struktur tuba falopi. Kerusakan ini menyebabkan sumbatan tuba, sehingga cairan fisiologis (yang
normalnya dihasilkan) di dalamnya tidak bisa mengalir keluar dan akhirnya terakumulasi. Cairan
yang menumpuk ini akan menyebabkan tuba falopi mengalami pelebaran (dilatasi).
Hidrosalping bisa disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang meliputi:
1. Ketika tuba falopi tersumbat oleh cairan dan membengkak, sel telur tidak dapat
melaluinya dan sperma tidak bisa bergerak secara normal untuk melakukan
pembuahan.
2. Meski hanya satu tuba yang terdampak, cairan dari tuba tersebut dapat
terakumulasi di dalam rahim dan bersifat toksik (beracun) sehingga embrio
tidak dapat berkembang.
3. Keberadaan cairan pada hidrosalping menurunkan reseptivitas endometrium
sehingga embrio tidak dapat berimplantasi.
4. Adanya cairan di dalam rahim dapat secara mekanik “menghanyutkan” embrio
yang terbentuk secara alami maupun yang ditransfer melalui program bayi
tabung
2. Kelainan Anatomi Uterus (Malformasi Uterus)
Malformasi uterus atau sering dikenal sebagai kelainan Mullerian, merupakan kelainan anatomis uterus.
Kelainan ini sulit diketahui karena jarang sekali menimbulkan keluhan sebelum kehamilan. Diperkirakan
angka kejadiannya 1-2 per 1000 perempuan.
Malformasi uterus diklasifikasikan oleh American Fertility Society sebagai Mullerian Agenesis,
Unicornuate Uterus, Uterine Didelphys, Bicornuate Uterus, Septate Uterus, dan Arcuate Uterus..
a. Mullerian Agenesis
Kelainan agenesis rahim disebut juga sebagai sindrom MRKH (Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser).
MRKH merupakan salah satu kelainan bentuk rahim wanita yang cukup jarang terjadi. Kondisi ini
biasanya ditandai dengan menstruasi yang tidak kunjung terjadi meski sudah mencapai usia 16
tahun.
Kelainan rahim wanita agenesis rahim menyebabkan vagina dan rahim tidak terbentuk dengan baik,
berukuran kecil, atau bahkan tidak ada sama sekali. Wanita dengan kondisi ini biasanya akan sulit
hamil karena kondisi rahimnya kurang ideal untuk pertumbuhan janin.
b. Unicornuate Uterus
Kelainan bentuk rahim wanita selanjutnya adalah unicornuate uterus. Kondisi ini terjadi ketika rahim
hanya berukuran setengah dari ukuran rahim normal. Saluran tuba falopi wanita yang mengalami
kelainan ini ada dua, tetapi hanya satu yang terhubung ke rahim. Unicornuate uterus tergolong sebagai
kelainan bentuk rahim yang jarang terjadi. Wanita yang mengalami kondisi ini juga tetap bisa hamil
meskipun berisiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik, keguguran, dan kelahiran premature.
c. Bicornuate Uterus
Rahim wanita yang menderita kelainan bicornuate uterus tidak berbentuk seperti buah pir, melainkan
bentuk hati dengan lekukan yang dalam pada bagian atasnya. Karena bentuknya yang seperti
hati, bicornuate uterus juga biasa dikenal sebagai uterus dua tanduk. Bicornuate uterus tidak
mempengaruhi kemampuan wanita untuk hamil. Meski demikian, wanita dengan bentuk rahim ini
diketahui berisiko lebih tinggi untuk mengalami kegugurab dan kelahiran prematur.
d. Uterine Didelphys
Uterus didelphys adalah kondisi di mana rahim wanita memiliki dua rongga bagian dalam,
dua serviks (leher rahim), dan dua vagina. Kondisi ini dapat mengganggu kesuburan wanita.
Meski demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkinan wanita yang menderita uterus
didelphys untuk hamil.
e. Septate Uterus
Septate uterus merupakan kelainan bentuk rahim bawaan (kelainan kongenital) yang paling umum
terjadi. Rahim wanita yang memiliki septate uterus terbagi oleh dinding otot atau jaringan ikat fibrosa
(septum). Oleh sebab itu, septate uterus dapat membuat penderitanya sulit hamil dan berisiko lebih
tinggi mengalami keguguran.
f. Arcuate Uterus
Arcuate uterus sekilas mirip dengan bentuk rahim pada umumnya. Namun, wanita yang
menderita arcuate uterus mempunyai rahim yang memiliki sedikit lekukan di bagian
atasnya. Pada umumnya, kelainan bentuk rahim ini tidak memengaruhi kemampuan wanita
untuk hamil.
3. Penyakit pada Uterus
Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul atau perut bagian bawah.
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar
dari vagina atau leher rahim (serviks) ke organ reproduksi yang lebih dalam,
seperti rahim, saluran indung telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti Neisseria gonorrhoe dan Chlamidia
trachomatis.
03
Abnormalitas
Cairan Servik
CAIRAN SERVIX/LENDIR SERVIX
Ovulasi;lendir kurang lebih 0,5 ml, Spinner barkeit nya 4-5 cm,
bewarna seperti putih telur sebelum 14 hari masa menstruasi/haid
Masa sebelum ovulasi lendir servix akan menjadi lebih lembut dan
encer,vagina terasa lebih lembab. Warna lendir akan tampak putih
atau sedikit kekuningan dengan tekstur menyerupai krim (tidak masa
subur) karena tidak bisa membantu sperma sampai ke rahim.
Servisitis akibat infeksi bakteri atau virus umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
Beberapa infeksi yang menyebar lewat hubungan seksual adalah: (1) Neisseria gonorrhoe,
(2) Chlamidia trachomatis, (3) Trikomoniasis, (4) herpes genital, dan (5) Mycoplasma
genitalium
Selain infeksi, ada kondisi lain yang dapat menyebabkan servisitis, yaitu:
a. Reaksi alergi terhadap spermisida (zat yang dapat mematikan sperma), produk-produk
kewanitaan, atau bahan lateks dari alat kontrasepsi
b. Ketidakseimbangan pertumbuhan bakteri di dalam vagina
c. Iritasi atau cedera akibat pemakaian tampon
d. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron, yang dapat mengganggu
kemampuan tubuh dalam mempertahankan kesehatan leher rahim
e. Kanker atau efek samping pengobatan kanker, seperti radioterapi
SERVICITIS
Servisitis dapat terjadi pada semua wanita. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko kondisi ini, yaitu:
a. Melakukan hubungan seksual yang tidak aman, misalnya sering berganti-ganti pasangan atau tidak
menggunakan pengaman
b. Aktif berhubungan seksual sejak usia muda
c. Memiliki riwayat penyakit menular seksual
d. Pernah menderita servisitis sebelumnya
Sebagian besar penderita servisitis tidak mengalami gejala. Oleh karena itu, servisitis sering kali baru
terdeteksi ketika menjalani pemeriksaan dokter untuk alasan lain. Meski demikian, ada sebagian
penderita yang mengalami gejala servisitis, seperti:
a. Keluar cairan yang tidak biasa dan dalam jumlah banyak dari vagina
b. Sering buang air kecil yang disertai nyeri
c. Dispareunia, yaitu nyeri saat berhubungan intim
d. Perdarahan dari vagina setelah berhubungan seksual, meski tidak sedang menstruasi
e. Nyeri pada vagina
f. Rasa tertekan atau nyeri di panggul atau perut
KARSINOMA SERVIX/KANKER SERVIX