Anda di halaman 1dari 19

KURIKULUM

MERDEKA
DALAM PANDANGAN PGRI

Drs, H. M. Ali H. Arahim, M.Pd.


Sekretaris Jenderal PB PGRI
PLUS-MINUS
KURIKULUM MERDEKA
BUTUH PERHATIAN
POTENSI - Problematik secara
empiris
Nilai-nilai filosofi Ki - Belum menyentuh
Hajar Dewantara kebutuhan guru,
khususnya GTT
Berpusat kepada Murid - Anggaran terlalu besar
- Pemerataan Pendidikan
Bersifat lebih humanis secara kualitas maupun
kuantitas
Proyek P5 - Jumlah rombongan belajar
. gemuk
POTENSI BAGUS
KURIKULUM MERDEKA
(PLUS)
NILAI-NILAI FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA (KHD)

Kalau selama ini Kurikulum kita terlalu condong ke Barat (Western Oriented),
namun Kurikulum Merdeka (KM) berbasis pada Nilai-Nilai Filosofis KHD:
 Memanusiakan manusia, bahwa anak harus dimerdekakan secara fisik,
mental, jasmani dan rohani.
 Sistem AMONG, yaitu guru mengajar menggunakan pendekatan among
dengan kasih sayang.
 Basis Pendidikan kepada anak dengan memperhatikan kodrat alam dan
kodrat zaman, bahwa anak harus dididik sesuai latar belakang alam
(ekosistem) di mana mereka dibesarkan, dan sesuai perkembangan zaman
di mana mereka BERTUMBUH.
NILAI-NILAI FILOSOFIS KHD…..

• Tri pusat Pendidikan: keluarga, sekolah dan masyarakat,


bahwa Pendidikan seyogyanya bukan semata tanggung
jawab sekolah tetapi merupakan karya kolaboratif ketiga
komponen tersebut.
• Guru dalam mendidik, mengadopsi Trilogi Pendidikan KHD:
Ing Ngarso sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri
Handayani
PENDIDIKAN BERPUSAT PADA MURID
(STUDENT-CENTERED LEARNING)

Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka (Kurmer), menganut asas student’s wellbeing, yaitu
penciptaan kondisi psikologis yang nyaman bagi anak saat mereka belajar. Dengan demikian
seorang guru harus kreatif dalam menghadirkan KBM yang bersifat:
 Student-centered, yaitu mengurangi peran guru yang terlalu dominan dan melibatkan
anak seoptimal mungkin dalam KBM.
 Bervariasi, guru kreatif menghadirkan bermacam-macam variasi, pendekatan dan teknik
pembelajaran agar anak tidak bosan dan stress dalam belajar.
 Menyenangkan, guru kreatif menciptakan joyful learning: pembelajaran dengan
bermacam-macam games, multi media dll. Karena, menurut seorang pakar Psikologi Carl
Roger, agar anak bisa berprestasi secara optimal, maka mereka harus enjoy dan tidak
boleh stress dalam belajar.
KURIKULUM MERDEKA LEBIH BERSIFAT
HUMANIS
Pembelajaran berdiferensiasi, menghadirkan KBM karena pertimbangan
latar belakang anak yang beraneka ragam, antara lain:
 Kesiapan belajar anak yang bermacam-macam (ada yang cerdas,
yang belajar cepat, lamban dsb)
 Minat belajar mereka yang berbeda-beda (ada yang senang
berhitung, ilmu social, ilmu humaniora dll)
 Profil belajar, dan gaya belajar mereka yang bervariasi (ada yang
bergaya kinestetik, visual, audiotory dll)
 Pembelajaran yang mempertimbangkan kondisi social emosional
anak. Dalam pendekatan belajar, guru harus memahami kondisi batin
(berempati dan bersimpati) anak pada saat itu.
PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA

• Salah satu hal penting dalam implementasi Kurmer adalah adanya Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang mana hal itu penting artinya
bagi masa depan anak bangsa. Anak-anak harus diperkuat akar ke-
Indonesiaan-nya dengan penguatan nilai-nilai ke-agama-an dan Pancasila
yang merupakan akar dari identitas kita.
• Membangun nalar kritis generasi Bangsa; salah satu kelemahan kita
sehingga kalah bersaing dalam kancah global adalah karena rendahnya
daya kritis kita. P5, diharapkan merangsang daya anak bangsa untuk
mampu berpikir High Order Thinking Skills (HOTs).
BUTUH PERHATIAN SERIUS
(MINUS)
BERMASALAH SECARA EMPIRIS

Walaupun terlihat indah dan bagus secara filosofis, namun dalam tataran
implementasi masih menimbulkan tanda tanya, dan skeptis karena faktor-
faktor antara lain:
 Kondisi ke-Indonesia-an yang beraneka ragam.
 Gap antar wilayah di Indonesia: Barat-Timur, Jawa-luar Jawa, Kota-
Pedesaan
 Gap pemahaman guru dan stakeholder Pendidikan yang belum seragam;
pemahaman teoritis di kalangan Instruktur, Fasilitator, Pengajar Praktik,
dan Guru Penggerak, sudah baik. Namun, kalangan guru (pelaku
Pendidikan) akar rumput, dipastikan belum optimal.
PERSPEKTIF KONDISI GURU KEKINIAN

Kondisi guru saat ini, secara umum dibagi dalam dua perspektif :
- Guru boomers vs guru milenial: boomers kesulitan beradaptasi dengan
Kurmer karena keterbatasan mereka mengikuti perkembangan
kekinian, terutama perkembangan TIK. Kurmer lebih merupakan
“miliknya” guru milenial, yang terampil mengelola KBM berbasis IT.
- Guru tetap vs guru tidak tetap; tuntutan Kurmer yang berlalu berat dan
padat menjadi problematik bagi guru honorer dan GTT karena mereka
dengan keterbatasan yang dimiliki kesulitan dengan tuntutan Kurmer
yang berat. Di sisi lain, mereka harus menghidupkan keluarga dengan
penghasilan yang terbatas.
BUDGET PROYEK MERDEKA BELAJAR DAN
KURIKULUM MERDEKA YANG TERLALU BESAR

 Sebelum implementasinya, Proyek Pelatihan Guru Penggerak


(PGP), Kurikulum Merdeka dan sosialisasi belajar menghabiskan
anggaran yang terlalu jumbo.
 Sebagiknya, proyek PGP disederhanakan, sesuai daya dukung yang
ada.
 Akan lebih baik anggaran itu sebagiannya dialihkan untuk
mengangkatan guru dan tenaga kependidikan (GTK), yang makin
mari makin defisit.
ROMBONGAN BELAJAR YANG
TERLALU GEMUK
Pada tempat-tempat tertentu, misalnya di Kota-kota besar, sekolah-
sekolah negeri kita mengalami beban jumlah murid yang massif.
Implementasi, Kurmer problematik karena guru mengelola kelas besar
yang tidak mendukung secara teknis, implementasi dari:
 Pembelajaran berdiferensiasi,
 Individual treatment (pelayanan individual)
 Penilaian yang komprehensif
 Pemenuhan dan pelayanan semua kebutuhan anak
PANDANGAN PGRI
(SEBAGIAN KECIL)
KURIKULUM MERDEKA
• PGRI mendukung perubahan. Berdiri paling depan untuk perubahan.
Kurikulum berubah adalah keniscayaan. Karena kurikulum haruslah up
to date. Sesuai Perkembangan zaman.
• REFLEKSI DIRI: Kurikulum yang diinginkan adalah kurikulum untuk
kondisi Indonesia saat ini. Lihatlah kondisi ril Indonesia saat ini dengan
perspektif yang lebih natural. Lihat Indonesia secara utuh terlebih
dahulu baru menetapkan target seperti apa yang diinginkan untuk
dicapai. Pendidikan yang baik dan bermutu adalah hak seluruh warga
negara. Termasuk yang tinggal di desa, desa terpencil, terisolir dan
proses pembelajaran berjalan apa adanya (Tidak seperti di Jakarta).
• INPUT: Kondisi Guru Indonesia saat ini TIDAK BAIK-BAIK SAJA dari
segi: (a)Jumlah, (b) kualifikasi, (c) kompetensi, (d) Sebaran, (e) kualitas,
(f) Kesejahteraan.
• PROSES: Dibutuhkan waktu yang tidak pendek untuk memastikan
seluruh Guru Indonesia memahami filosofi Kurikulum Merdeka,
memahami struktur dan memahami bagaimana menerapkannya dalam
pembelajaran.
• Perubahan mindset Guru membutuhkan alat dan cara yang ampuh,
sehingga roh Kurikulum Merdeka mewarnai setiap gerak langkah Guru
dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
• Pemerintah hendaklah memastikan bahwa Guru SIAP dengan
rangkaian Proses yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka melalui
Guru Penggerak, Platform Merdeka Mengajar, Kurikulum Operasional
Satuan Pendidikan (KOSP), dll.
UNTUK KONDISI INDONESIA SAAT INI, KURIKULUM INI PERLU
WAKTU LEBIH PANJANG
• HASIL: Jika Guru tidak siap, atau setengah siap, maka Kurikulum
Merdeka berpotensi mereduksi marwah Guru. Penyebabnya bisa dari
internal guru sendiri, juga dari luar diri guru (eksternal). Perlu diingat
bahwa entitas siswa itu unik, demikian juga guru. Terlebih dengan
keterbukaan informasi dan keterbukaan akses masyarakat masuk ke
pintu-pintu sekolah.
• DAMPAK: Jika yang menjadi landasan filosofi kurikulum ini adalah
Ajaran Ki Hajar Dewantara, diperlukan integrasi yang memadai antara:
OTAK (kognisi), HATI (karsa, afeksi, sopan satun, tata krama,
kesolehan ... sampai kemandirian) dan TANGAN (kecakapan dan
keterampilan) siswa. Kurmer hendaklah Menjamin ketiga domain itu
tercapai dengan baik. Kebijakan yang diluncurkan saat ini,
membutuhkan berbagai upaya serius dan adil bagi seluruh warga
Indonesia.
JIKA INGIN KURIKULUM INI BERHASIL
MENGINDONESIAKAN MURID
INDONESIA
MAKA
SIAPKAN GURU-GURU YANG
INDONESIA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai