Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
DASAR-DASAR
PPN &
PPNBM
APA ITU PPN?
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAU VALUE ADDED TAX merupakan pajak atas konsumsi yang
mekanisme pengenaannya secara tidak langsung. PPN pada prinsipnya bukan memajaki penjualan namun
memajaki nilai tambah (value added).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas konsumsi barang atau jasa. Pajak konsumsi merupakan jenis
pajak yang tujuannya adalah membebani penghasilan seseorang pada waktu penghasilan tersebut
dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi. Perbedaan pajak atas konsumsi dengan dengan pajak
penghasilan adalah pajak penghasilan membebani penghasilan ketika penghasilan tersebut diperoleh,
sedangkan pajak atas konsumsi membebani penghasilan ketika penghasilan tersebut dibelanjakan
•DASAR HUKUM UU PPN
Hingga saat ini UU PPN telah mengalami perubahan ketiga
dengan Undang Undang No.42 Tahun 2009 disebut juga UU PPN 1984
PK PM PK PM PK
A B C D
PABRIKAN DISTRIBUTOR SUB KONSUMEN
/PRODUSEN /AGEN DISTRIBUTOR
Harga: Harga: 14.000.000, Harga: 19.000.000,
10.000.000,- PPN - PPN -
PPN 11% 11% 1.540.000,- 11% 2.090.000,-
1.100.000,- Jumlah 15.540.000, Jumlah 20.900.000,
Jumlah - -
A harus setor
11.100.000,- ke kas negara: B harus setor ke kas negara: C harus setor ke kas negara:
Pajak Keluaran (PK): Pajak Keluaran (PK): Pajak Keluaran (PK): 2.090.000,-
1.100.000,- Pajak Masukan 1.540.000,- Pajak Masukan Pajak Masukan (PM):
(PM): 0,- (PM): 1.100.000,- Kurang 1.540.000,- Kurang Bayar:
Kurang Bayar: 1.100.000,- Bayar: 550.000,-
440.000,-
MEKANISME PPN
Dalam mekanisme PPN, PKP penjual hanya menyetor PPN ke kas negara atas selisih pajak keluaran dan
pajak masukan saja (PPN=PK–PM), artinya hanya dikenakan pajak atas nilai tambahnya (value added)
Dalam ilustrasi diatas jumlah PPN yang disetor ke kas negara Rp3.000.000
(Rp1.000.000+Rp1.000.000+Rp1.000.000) akan sama dengan PPN yang dibayar oleh konsumen akhir. PPN
pada dasarnya dikenakan kepada konsumen akhir. Produsen, distributor dan sub distributor tidak memikul
beban pajak, mereka hanya merupakan kepanjangan tangan pemerintah saja dalam melakukan pemungutan
PPN. Jadi dapat dikatakan bahwa pemikul beban PPN adalah konsumen akhir
CHAPTER
2
PENGUKUHAN PKP
PKP, PENGUSAHA, PENGUSAHA KECIL
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
PENGUSAHA adalah baik orang pribadi maupun badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa
termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean
PENGUSAHA KECIL adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00
KEWAJIBAN PKP
a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. memungut pajak yang terutang;
c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak
Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat serta
dikreditkan menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan
d. melaporkan penghitungan pajak.
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
Wajib Pajak sebagai PKP melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Apabila PKP mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggal atau tempat
kedudukannya, setiap tempat tersebut merupakan tempat terutangnya pajak dan PKP dimaksud
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
ORANG PRIBADI
PKP orang pribadi terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha
Contoh: Alex yang bertempat tinggal di Jakarta mempunyai usaha di Semarang. Apabila di tempat tinggal
Alex tidak ada penyerahan BKP dan/atau JKP, Alex hanya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak Semarang sebab tempat terutangnya pajak bagi Alex adalah di
Semarang.
Sebaliknya, apabila penyerahan BKP dan/atau JKP dilakukan oleh Alex hanya di Jakarta saja, Alex hanya
wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta.
Jika baik di Jakarta maupun di Semarang terdapat penyerahan BKP/JKP maka Alex wajib mendaftarkan diri
ke KPP Jakarta dan KPP Semarang
TEMPAT PENGUKUHAN PKP BADAN
PKP Badan terutang pajak di masing-masing tempat kegiatan usaha
Contoh: PT. Sayonara mempunyai usaha di Semarang, Bandung dan Jakarta dimana masing- masing tempat
terdapat penyerahan BKP/JKP. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan wajib mendaftarkan diri ke KPP
Semarang, KPP Bandung, dan KPP Jakarta.
CHAPTER
3
OBJEK PPN
BARANG KENA PAJAK
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang Undang PPN. Ruang
lingkup Barang menurut Undang Undang PPN meliputi barang berwujud, yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Undang
Undang PPN pada prinsipnya menganut prinsip negatif list, artinya semua barang pada prinsipnya
merupakan BKP (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh
Undang Undang.
Misal kendaraan, perhiasan,
BERGERAK
barang elektronik
BERWUJUD
BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah
TIDAK TERMASUK PENYERAHAN BKP
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya atau antar cabang dalam hal PKP melakukan
pemusatan tempat pajak terutang
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan
usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena
tidak terkait dengan usaha atau perolehan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. impor BKP;
c. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. ekspor BKP Berwujud oleh PKP;
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan
h. ekspor JKP oleh PKP.
OBJEK PPN PASAL 16C UU PPN
PPN dikenakan atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) PMK-61/2022 yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menkeu, sbb:
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200m2
Jawab:
PPN atas KMS yang terhutang adalah:
= 2,2% X (Rp180.000.000,- + Rp70.000.000,-)
(tidak termasuk harga tanah
Rp.200.000.000,-)
= 2,2% X Rp250.000.000,-
= Rp 5.500.000,-
OBJEK PPN PASAL 16D UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan karena :
a. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
b. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon
CONTOH KASUS PPN PASAL 16D
PT.Aisha Jaya (industri tekstil) dikukuhkan sebagai PKP sejak tahun 2000. Pada Desember 2022 perusahaan
menjual aktiva berupa mesin yang selama ini digunakan untuk memproduksi tekstil dengan harga jual
Rp100.000.000,-
Jawab:
PPN pasal 16D atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang terhutang adalah:
= 11% X Rp100.000.000,-
= Rp11.000.000,-
CHAPTER
4
Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP yang tergolong mewah yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
DASAR PENGENAAN PAJAK
Harga jual
Harga jual dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas penyerahan BKP. Harga Jual adalah nilai
berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak
Penggantian
Penggantian dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas transaksi JKP dan BKP tidak berwujud.
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
Nilai impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan
cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut Undang- Undang PPN
Nilai ekspor
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir. Yaitu, nilai yg tercantum dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah
difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Nilai Lain
nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk transaksi tertentu
NILAI IMPOR
Nilai Impor = CIF + BM + BMT
PPN = 10% x Nilai Impor
impor
Keterangan
C = Cost / Harga Barang
I = Insurance (Asuransi Pengiriman)
F = Freight (Ongkos Angkut)
BM = Bea Masuk
BMT = Bea Masuk Tambahan
CONTOH KASUS
PT KIA Motors mengimpor barang dari Korea, mengimpor unit 50 mobil dengan harga faktur $10.000 per unit.
Biaya asuransi dan biaya angkut masing-masing $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors
sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu ditetapkan oleh Menteri
Keuangan sebesar $1 = Rp.9.000. Berapa PPN terutang?
Jawab:
CIF = Cost + Insurance + Freight = (50 x $10.000) + $3.000 + =
$510.000
$7.000 Bea Masuk = 5% x CIF = 5% X $510.000
= $25.500
Bea Masuk Tambahan = 20% x CIF = 20% X
=
$510.000 Nilai Impor
$102.000
Nilai Impor dalam rupiah = $637.500 x kurs Rp.9.000,- =
=
Rp5.737.500.000,- PPN Impor = 10% x Nilai Impor = 10% x = $637.500
Rp5.737.500.000,- = Rp573.750.000,-
NILAI LAIN
a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba
kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi
laba kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata- rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran. PPN menggunakan tarif
efektif mulai 1 januari 2017 yaitu = 9,1% dikalikan harga jual eceran, yaitu harga yang tercantum pada
pita cukai. (harga bandrol).
f. untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
NILAI LAIN
h. untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara
pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 11% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang
seharusnya ditagih;
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 11% dari jumlah tagihan
atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. untuk penyerahan Emas Perhiasan dan/atau jasa yang terkait dengan Emas Perhiasan oleh
Pengusaha Emas Perhiasan adalah 20% dari harga jual Emas Perhiasan atau nilai penggantian;
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 11% dari jumlah
yang ditagih atau seharusnya ditagih
CHAPTER
5
FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP.
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
a. Penyerahan BKP, ekspor BKP berwujud dan penyerahan aktiva tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan
b. Penyerahan JKP
c. Ekspor BKP tidak berwujud
d. Ekspor JKP
BENTUK FAKTUR PAJAK
ELEKTRONIK.
Faktur Pajak berbentuk elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai Peraturan
Direktur Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang berbentuk elektronik, untuk setiap
penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP.
KERTAS (HARDCOPY).
Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) adalah Faktur Pajak yang dibuat tidak secara elektronik
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak untuk setiap penyerahan dan/atau ekspor BKP dan/atau
penyerahan dan/atau ekspor JKP
JENIS FAKTUR PAJAK
a. Faktur Pajak
b. Faktur Pajak Gabungan
c. Dokumen tertentu dipersamakan dengan faktur pajak
d. Faktur pajak PKP eceran
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah disahkan oleh pejabat Ditjen Bea dan Cukai
dan dilampiri invoice atas ekspor barang
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk
penyaluran tepung terigu;
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan BBM dan/atau non BBM;
d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice untuk
ekspor JKP/BKP Tidak Terwujud
i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean,
Cukai dan Pajak (SSPCP), untuk impor BKP;
j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar
Daerah Pabean;
k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Perusahaan Air Minum:
l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;dan
m. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan
FAKTUR PAJAK PKP ECERAN
a. bon kontan,
b. faktur penjualan,
c. segi cash register,
d. karcis,
e. kuitansi, atau
f. tanda bukti penyerahan
PKP Eceran (PKP PE) adalah PKP yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan
penyerahan BKP secara eceran kepada konsumen akhir
INFORMASI DALAM FAKTUR PAJAK
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP atau JKP;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
KODE & NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu :
a. 2 (dua) digit Kode Transaksi;
b. 1 (satu) digit Kode Status; dan
c. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
0 0 0 . 0 0 0 - 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0
6. untuk penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing)
7. untuk penyerahan yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP).
Pada Faktur Pajak Pengganti tersebut, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak serta
tanggal Faktur Pajak yang diganti. PKP dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode dan Nomor Seri serta
tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.
Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak-nya telah
diterbitkan, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak harus melakukan pembatalan Faktur Pajak
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
a. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak- nya telah
diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.
b. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan
transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah terjadi pembatalan
transaksi.
c. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh PKP Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak
tersebut.
d. PKP Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak
yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
PKP Pembeli dikukuhkan.
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
e. Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN, maka PKP
penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut. Dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai 0 (nol)
pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
f. Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak
Keluaran, maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan, dengan
cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP,
PPN atau PPN dan PPnBM.
g. Dalam hal PKP Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak
Masukan, maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan, dengan
cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP,
PPN atau PPN dan PPnBM
SANKSI TERKAIT FAKTUR PAJAK
a. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4)
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebesar 2% x Dasar Pengenaan Pajak
b. Sesuai pasal 39 A Undang Undang KUP Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan faktur pajak tetapi belum
dikukuhkan sebagai PKP dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam)
tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak paling banyak 6 (enam) kali jumlah
pajak dalam faktur pajak.
NOTA RETUR
Dalam hal BKP yang diserahkan ternyata dikembalikan (retur) oleh Pembeli, PPN dari BKP yang dikembalikan
tersebut dapat mengurangi PPN yang terutang oleh PKP Penjual dan mengurangi:
a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal PM atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal Pajak PPN atas BKP yang dikembalikan tersebut
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
NOTA PEMBATALAN
Dalam hal JKP yang diserahkan ternyata dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh Penerima Jasa, PPN dari
JKP yang dibatalkan tersebut mengurangi PK yang terutang oleh PKP Pemberi JKP dan mengurangi:
a. PM dari PKP Penerima Jasa, dalam hal PM atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan
dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta
tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
CHAPTER
6
PENGHITUNGAN
PPN
PENGHITUNGAN PPN
PPN = PK – PM
PK = Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP,
penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan/atau ekspor JKP
PM = Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau
perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
a. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama.
b. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa
Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama tiga bulan setelah
berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum
dilakukan pemeriksaan.
c. Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
d. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan formal
dan material.
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI
(1):
a. perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
b. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan
barang dagangan atau disewakan.
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP
e. perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memuat informasi minimal yang harus
dicantumkan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI
(2):
f. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi persyaratan informasi minimal yang harus dicantumkan
g. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
h. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
i. perolehan BKP selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum PKP berproduksi
j. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak terutang PPN atau mendapat
fasilitas PPN dibebaskan
DEEM PAJAK MASUKAN PKP PEREDARAN USAHA
TERTENTU
PKP dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan apabila memenuhi syarat :
PMK-79/PMK.03/2010
PMK-30/PMK.03/2014
CONTOH KASUS
Toko Aisha Jewelry (PKP) adalah sebuah toko perhiasan memiliki omset selama bulan Juni 2018
Rp250.000.000. Sedangkan pembelian atas barang dagangan berupa emas perhiasan pada masa yang sama
adalah sebesar Rp300.000.000. Berapa PPN terutang?
PPn BM
APA ITU PPn BM
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor dan
penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah.
Berupa:
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
KARAKTERISTIK PPn BM?
a. PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN
b. PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam negeri
(dalam daerah pabean) BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan yang menghasilkannya.
c. PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM. Namun, PKP yang mengekspor
BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPn BM yang telah dibayar pada waktu
perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor tersebut.
KATEGORI BARANG MEWAH
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
TARIF PPn BM
Berdasarkan pasal 8 Undang Undang No.42 Tahun 2009 tarif PPn BM ditetapkan paling rendah
10% dan paling tinggi 200%. Sedangkan untuk Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak
dengan tarif 0%
Kelompok BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat
untuk golf.
PMK-64/PMK.011/2014
FASILITAS PEBEBASAN PPn BM
a. kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan
pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum;
b. kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;
c. kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan
motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi silinder
sebagaimana dimaksud dalam yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI; dan
d. kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
PMK-64/PMK.011/2014
SUPPLIER.
CORP (USA)
Nilai Impor:
100.000.000 PPN Impor :
10.000.000 PPn BM Harga Jual: 160.000.000 Harga Jual: 200.000.000
40%: 40.000.000 PPN 10% : 16.000.000 PPN 10% : 20.000.000
PT. KONSUMEN
PT. IMPORTIR DISTRIBUTOR AKHIR
NB: PPn BM hanya dikenakan sekali pada saat Impor Barang Mewah,
Pada saat barang tersebut dijual kembali akan masuk unsur harga pokok
barang
• MEK
ANI
SME
• MEKANISME PPn BM DARI PABRIKAN
NB: PPn BM hanya dikenakan sekali pada saat Penyerahan barang mewah
pertama kali dari Pabrikan, Pada saat barang tersebut dijual kembali akan
masuk unsur harga pokok barang
CHAPTER
8
PEMUNGUTAN
PPN
PEMUNGUT PPN
a. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) serta Bendaharawan
Pemerintah (Pusat/Daerah) yang dananya berasal dari APBN/APBD
b. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau pemegang
kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi
c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
d. Badan usaha tertentu
Mekanisme: Umumnya PPN terutang dipungut oleh PKP Penjual. sehingga pembeli membayar sebesar
harga jual ditambah PPN. Namun jika pembeli berstatus sebagai Pemungut PPN maka PPN yang terutang
tidak dipungut oleh PKP Penjual, namun disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN, sehingga
Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual
BADAN USAHA TERTENTU SEBAGAI
PEMUNGUT PPN
a. BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah, dan restrukturisasi tersebut dilakukan
melalui pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah
yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan
Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN yaitu PT Telekomunikasi Selular,
PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk,
PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek,
PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Tambang Timah, PT
Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah,
dan Bank BNI Syariah.
PMK-37/PMK.03/2015
CHAPTER
9
FASILITAS PPN
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (1)
a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas
timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta
pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia;
c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk
umum;
e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (2)
h. barang pindahan TKI yang bekerja di luar negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, PNS, anggota
TNI, atau anggota Polri yang bertugas di luar negeri sekurang- kurangnya 1 tahun, sepanjang barang
tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia
setempat;
i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas
jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;
j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemda untuk kepentingan umum;
k. perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan
keamanan Negara;
l. barang impor sementara;
m. barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta panas
bumi.
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (1)
a. Gudang Berikat;
Gudang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat disertai 1
(satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan
(kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang- barang tertentu dalam jangka waktu
tertentu untuk dikeluarkan kembali
b. Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang
yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya
terutama untuk diekspor.
c. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang
impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa barang dari dalam Daerah Pabean untuk
dipamerkan.
PMK-147/PMK.04/2011, PMK-255/PMK.04/2011, PMK-44/PMK.04/2012
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (2)
d. Toko Bebas Bea;
Toko Bebas Bea adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal impor dan/atau
barang asal Daerah Pabean untuk dijual kepada orang tertentu
e. Tempat Lelang Berikat
Tempat Lelang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam
jangka waktu tertentu untuk dijual secara lelang.
f. Kawasan Daur Ulang Berikat.
Kawasan Daur Ulang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam
jangka waktu tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan daur ulang limbah asal impor dan/atau
asal Daerah Pabean sehingga menjadi produk yang mempunyai nilai tambah serta nilai ekonomi yang
lebih tinggi
EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri dengan batas-batas tertentu yang
didalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan dan tata niaga impor,
yang diperuntukan bagi pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal dari luar daerah pabean
Indonesia, kawasan Berikat, EPTE lainnya, atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor
RESTITUSI PPN
PENGERTIAN RESTITUSI
05-Apr-12 Ekspor 200 buah jaket kulit senilai Rp. 120.000.000 ke Mayapada Pte.Ltd yang
berkedudukan di Singapura. PEB. 00356-IV-12
jawab:
PPN Ekspor BKP ini adalah = 0%. Sehingga tidak ada PPN yang terutang
SOAL 3
09-Apr-12 Menerima pembayaran sebesar Rp. 15.000.000 dari PT. Buana Jaya (NPWP.
01.372.434.7.451.000) atas penyerahan 50 pasang pakaian jadi wanita yang telah diserahkan
tanggal 6 Februari 2012.
jawab:
Penyerahan BKP dilakukan tanggal 6 februari maka harus dilaporkan di SPT PPN Februari.
Sehingga transaksi ini tidak dapat dilaporkan di SPT PPN April 2012.
SOAL 4
12-Apr-12 Menyampaikan tagihan senilai Rp. 33.000.000 termasuk PPN atas penyerahan 200
pakaian seragam kepada Departemen Pertanian RI (NPWP. 01.374.436.6-512.000).
Pengiriman barang sudah dilakukan tanggal 22 Maret 2012
jawab:
19-Apr-12 Menyerahkan 10 gulung bahan siap pakai kepada CV. Karya Desain NPWP.
01.474.356.4.332.000. Masing-masing gulungan berharga Rp.1.500.000 dan langsung
dibayar tunai pada saat pengiriman
jawab:
23-Apr-12 Menyumbangkan 300 T-Shirt yang masing-masing berharga Rp. 25.000 kepada
para korban bencana banjir senilai Rp. 7.500.000. Nilai tersebut sudah termasuk laba yang
diharapkan sebesar 25% dari harga pokok.
jawab:
Total T-Shirt yang disumbangkan = 25.000 x 300 = 7.500.000. Dasar Pengenaan Pajak untuk
sumbangan menggunakan "nilai lain" yaitu sebesar Harga Pokok Penjualannya.
Maka HPP = 100/125 x 7.500.000= 6.000.000. Dan PPN = 10% x 6.000.000 = 600.000
SOAL 7
29-Apr-12 Menjual pick up yang telah dibeli sejak tahun 2002 dan digunakan untuk
operasional perusahaan kepada Bapak Adi Wahyudi (NPWP. 07.572.356.4.422.000) salah
satu karyawan perusahaan seharga Rp. 22.000.000
jawab:
Kode faktur 090. ………. : artinya, PT.Angin Kencang melakukan penyerahan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan sehingga besarnya DPP = harga jual = 22 juta dan PPN
= 2,2 juta
SOAL 8
30-Apr-12 Diterima kembali sejumlah barang dengan nota retur no. NR-14/IV/2012 tertanggal
28 April 2012 dari PT. Pusaka (NPWP. 01.472.456.5.622.000) dengan harga jual Rp. 8.750.000
Barang yang diretur tersebut merupakan bagian dari penyerahan tanggal 28 februari 2012
yang lalu.
jawab :
Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir A2
dengan DPP = (8.750.000) dan PPN = (875.000)
SOAL 9
PEMBELIAN
04-Apr-12 Membayar uang langganan telepon kepada PT. Telkom
(NPWP.
01.252.322.4.546.000) sebesar Rp. 25.000.000 . Atas pembayaran tersebut tidak menerima
faktur pajak, melainkan hanya diterima kuitansi yang diisi secara lengkap. Nomor kuitansi :
761/Plg/IV/2012 tanggal 4 April 2012.
jawab:
Karena kuitansi langganan telepon PT. Telkom adalah dokumen yang disamakan dengan faktur pajak, maka
PPN yang dipungut sebesar 2,5 juta ini dalam dikreditkan sebagai PPN Masukan dilaporkan di SPT PPN
form 1 1 B2
SOAL 10
09-Apr-12 Membayar fee jasa design sebesar $ 4,500 kepada Crown Ltd yang berdomisili
di India dengan no. invoice 002632-IVO- 12. Perusahaan menyetor PPN Jasa Luar Negeri
pada tanggal 12 April 2012. Kurs KMK yang berlaku pada saat pembayaran Rp. 9.096
jawab:
Fee jasa desain dari luar pabean adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN ini dapat dikreditkan sebagai
pajak masukan. Dilaporkan di SPT PPN form 1 1 B1 dengan besar DPP menggunakan
kurs KMK yaitu Rp. 9.096 x $4,500 = 40.932.000 dan PPN = 4.093.200
SOAL 1
12-Apr-12 Mengeluarkan dari pelabuhan tanjung priok spare part mesin dengan nilai impor
Rp. 32.000.000 dari Singapore Machinery Pte Ltd. PPN terutang dibayar melalui Bank
Syariah Mandiri tanggal 8 April 2012. PIB No. 002632-IV-012 tanggal 12 April 2012.
jawab:
PPN atas impor BKP ini dapat dikreditkan dan dilaporkan dalam form 1 1 B1 sehingga DPP =
nilai impor = 32 juta dan PPN = 3,2 juta
SOAL 12
14-Apr-12 Membayar jasa perbaikan mobil box yang digunakan untuk pemasaran termasuk
harga penggantian sparepart mobil box senilai Rp. 13.000.000 kepada CV. Wijaya Desain
(NPWP. 01.252.322.5.546.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00000120 tertanggal 6 April 2012
jawab:
Jasa Perbaikan Mobil adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan PPN
dimasukkan dalam form 1 1 B2
SOAL 13
23-Apr-12 Menerima faktur pajak No. 010.000.12.00012540 tertanggal 27 maret 2012 atas
pembelian ATK dari PT. Aneka Pernik (NPWP. 01.554.323.4.540.000) dengan nilai Rp.
2.500.000
jawab:
Terjadi penyerahan BKP. Sehingga PPN yang dipungut dapat dikreditkan dilaporkan di form 1 1 B2
SOAL 14
26-Apr-12 Membayar jasa perbaikan beberapa unit AC senilai Rp. 320.000 kepada PT.
Servis Pol )NPWP. 01.454.322.4.502.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00005600 tertanggal 12
April 2012
jawab:
Jasa Perbaikan AC adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan PPN
dimasukkan dalam form 1 1 B2
SOAL 15
28-Apr-12 Menerima faktur pajak no. 010.000.12.00025220 tertanggal 3 Maret 2012 dari PT.
Tuti Konsultan (NPWP. 01.354.321.5.540.000) atas jasa review perpajakan senilai Rp.
66.000.000 termasuk PPN.
jawab:
Jasa Konsultan adalah Jasa Kena Pajak. Faktur pajak dibuat tanggal 3 Maret sehingga masih memenuhi
syarat sebagai PPN Masukan yang dapat dikreditkan karena diterbitkan tidak lewat dari 3 bulan. Sehingga
PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan. PPN dimasukkan dalam form 1 1
B2. DPP = 110/100 x 66.000.000 = 60 juta. PPN = 10% x 60 juta = 6 juta
SOAL 16
30-Apr-12 Mengirim kembali dengan Nota Retur : R-15/IV/012 tanggal 16 April 2012
sejumlah sparepart kepada CV. Jatayu (NPWP. 01.354.321.5.540.000) dengan harga jual
sebesar Rp. 12.500.000 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari penyerahan pada 28
Maret 2012
jawab :
Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir B2
dengan DPP = (12.500.000) dan PPN = (1.250.000)
SELESAI