Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KEBIJAKAN

PELAYANAN PUBLIK
KELOMPOK II
Dwi Putrini M012022041
Wahyuni S M012022036
Muhammad Idris M012022038
 Masalah Publik dan Tanggung Jawab Negara salah satu
diantaranya :
*Kesehatan ( Akses, Biaya dan Keadilan )

PENDAHULU
AN SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB
MENYELESAIKANNYA ?
Negara/Pemerintah bertanggung jawab mengintervensi masalah –
masalah yang berhubungan dengan kehidupan bersama dan
kelangsungan kehidupan bangsa.
 Negara / pemerintah perlu mengambil keputusan untuk
melakukan sesuatu atau tidak bertindak dengan pertimbangan
tertentu

KEBIJAKAN  Mengalokasikan sumber daya secara optimal

PUBLIK  Mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat dalam konteks


Good Governance (misalnya : transparansi dan akuntabilitas
dengan dasar penegakan hukum secara adil)
APA ITU
KEBIJAKAN
PUBLIK
ESENSI
DAN
PRINSIP
KEBIJAKAN PUBLIK
KEGAGALAN

KEBIJAKAN
PUBLIK
KEGAGALAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
APA YANG
HARUS
DIKETAHUI OLEH
PEMBUAT
KEBIJAKAN
 PENGERTIAN
Suatu disiplin ilmu social terapan yang menggunakan
berbagai macam metodologi penelitian dan argument untuk
ANALISIS menghasilkan informasi yang relevan untuk memecahkan

KEBIJAKAN masalah-masalah kebijakan (William N. Dunn)

ADALAH
Memberikan informasi
dengan menjawab 5
bentuk pertanyaan
(W.N.Dunn) :

1.Masalah apakah yang


Informasi yang dihasilkan ?
dihadapi ?
2. Kebijakan apa yang
telah dibuat unttuk
memecahkan maslaah
tersebut ? 1. Masalah kebijakan

METODOLOG 3. Bagaimana nilai dari


hasil – hasil kebijakan ?
2. Masa depan kebijakan
3. Tindakan kebijakan
I AKP 4. Alternatif kebijakan apa
yang tersedia untuk
4. Hasil kebijakan
5. Kinerja kebijakan
mmecahkan maslah
tersebut ?
5. Alternatif tindakan
apakah yang dilakukan
untuk memecahkan
masalah ?
 Formulasi masalah kebijakan
 Formulasi Tujuan

Langkah Dasar  Penetuan Kriteria

Analisis  Penyusunan Model


 Pengembangan Alternatif
Kebijakan  Penilaian Alternatif
 Rekomendasi kebijakan
1. Belum efektifnya program – program pencegahan stunting
2. Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi
spesifik dan sensitive disemua tingkatan terkait dengan
PENGELOLAAN perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan, dan
PERCEPATAN pemantauan serta evaluasi
PENCEGAHAN 3. Belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan
STUNTING YANG sumber daya dan sumber dana
TUMPANG TINDIH 4. Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program
5. Masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait
stunting dan berbagai upaya pencegahannya.
 Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting yang holistik, integratif, dan berkualitas melalui
koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara pemangku kepentingan.
 Perpres ini merupakan pengganti Peraturan Presiden Nomor 42
Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan perbaikan Gizi.
1. Masih Banyak yang Mempercayai jika Stunting Penyakit Keturunan Genetik
 masyarakat di luar sana masih ada yang beranggapan bahwa kondisi tubuh anak
yang pendek sering dianggap hasil turunan dari para orangtuanya. Padahal, anak
mereka yang tubuh tingginya pendek bisa terindikasi bukan karena faktor genetika
semata, tetapi menandakan kalau dia mengalami kekurangan gizi (dan mungkin
stunting).
 Faktanya, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang nilainya paling
kecil jika kita membandingkan hal tersebut ke hal-hal lain seperti perilaku hidup

FORMULASI sehat, menjaga kebersihan lingkungan hingga ke pelayanan kesehatan.

MASALAH 2. Hanya Pemerintah yang Mengurusi Pencegahan Stunting


 Orang tua yang bersikap apatis masih banyak ditemui. Mereka
hanya mempercayakan penanganan tersebut kepada pemerintah
saja. Seharusnya dari mereka sendiri harus dapat menjaga diri
dan menjaga gizi sang buah hati
3. Kurangnya Memperhatikan Asupan Penuh Gizi untuk Anak
 Faktor utama anak mengalami stunting karena kurangnya gizi yang
diperoleh, baik dalam masa kandungan hingga setelah mereka lahir.
 Banyak juga yang beranggapan bahwa makanan yang penuh gizi adalah
makanan yang mahal, padahal hal tersebut kuranglah tepat.
 Yang sangat disayangkan yaitu ketika sang ayah lebih memilih
menghabiskan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membeli
makanan yang bergizi. Begitu juga bagi sang ibu, banyak yang tidak
memberikan ASI eksklusif bagi sang buah hati hingga 2 tahun.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan anak yang tumbuh dengan

MENGAPA stunting mengalami masalah perkembangan kognitif dan


psikomotor.
KEBIJAKAN Jika proporsi anak yang mengalami kurang gizi, gizi buruk, dan
STUNTING stunting besar dalam suatu negara, maka akan berdampak pula

DIBUAT ? pada proporsi kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.


Artinya, besarnya masalah stunting pada anak hari ini akan
berdampak pada kualitas masa depan bangsa.
 Terkait kebijakan penanggulangan stunting di Indonesia,
Kemenkes memperluas wilayah lokus untuk pelaksanaan
intervensi.
Stunting dan  Tahun 2020 akan melingkupi 260 Kab/Kota yang terus
Dana Desa diperluas hingga sasaran seluruh kabupaten di tahun 2024.
 Hal ini sejalan dengan target pemerintah menurunkan
prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Selain upaya penanganan dari pusat, pemerintah daerah juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
penanggulangan stunting secara terarah di semua tingkatan mulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga
Kecamatan dan Desa.

Pada tahun 2019 pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2019 yang
menetapkan pedoman penggunaan dana transfer untuk mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi pencegahan
stunting.
Salah satu strategi menangani Stunting adalah optimalkan peran Posyandu, yang memiliki
kedekatan erat dengan kehidupan warga di setiap daerah. Posyandu bisa memainkan peran sebagai
pusat edukasi, pusat informasi, pusat penyaluran (tambahan makanan/minuman vitamin dan
bergizi) bagi orang tua dan balita-nya, dimana pembiayaan dibebankan pada APBD maupun DD.

Melalui sinkronisasi pembiayaan dan perencanaan yang terintegrasi, penanganan stunting ini akan
lebih terukur dan bisa ditekan secara gradual.

Di luar itu, pemahaman akan bahaya stunting ini perlu terus disampaikan kepada semua fihak,
untuk mengoptimalkan peran masing-masing.

Berbagai inovasi kebijakan yang bisa dilakukan sangat mungkin, karena keleluasaan penggunaan


anggaran untuk kesehatan, apalagi di era pandemi, perlu terus dibangun dengan memperhatikan
kearifan lokal di wilayah masing-masing untuk mencapai target penanganan stunting Indonesia di
2024.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai