Stunting adalah permasalahan kesehatan yang menyerang pada anak-anak sejak dalam kandungan
hingga usia 2 tahun. Jika stunting ditangani dengan serius maka stunting akan membawa dampak
besar terhadap tumbuh kembang dan masa depan anak. Berikut dampak langsung dan tidak
langsung bagi anak, antara lain:
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita mengalami stunting Indonesia adalah negara
dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/baduta (bayi dibawah usia dua tahun) yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas.
Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan. (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013)
Di balik pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir, masih banyak ditemukan
anak kekurangan gizi di berbagai daerah. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan perbaikan pembangunan sektor fisik belum berjalan searah dengan perbaikan gizi
masyarakat. Oleh sebab itu tak mengherankan jika kini salah satu prioritas pembangunan kesehatan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 adalah
perbaikan gizi, termasuk stunting.
Sedikitnya 30% anak balita di Indonesia terancam kondisi stunting yang dapat menghambat
pertumbuhan fisik maupun perkembangan kemampuan kognitif dan intelektual anak. Kondisi stunting
disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan asupan nutrisi selama 9 bulan saat anak di dalam
kandungan ibu atau selama masa pertumbuhan kritis, yaitu 1.000 hari per tama dalam hidup anak.
Gawatnya, kekurangan gizi pada masa kanak-kanak berkonsekuensi bukan saja di usia kecil anak,
tetapi juga berdampak dalam sepanjang hidupnya.
Pada pertumbuhan penduduk, stunting bisa menurunkan produktivitas SDM. Ini tecermin dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia di ASEAN masih lebih rendah dari pada Singapura,
Malaysia, Thailand, Filipina, dan setara dengan Vietnam (UNDP, 2018).
Berdasarkan data Human Development Report UNDP 2016, Indonesia memiliki angka IPM yang
masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan 4 negara ASEAN lainnya, yakni (5) Singapura (IPM:
0.925); (30) Brunei (IPM: 0.865); (59) Malaysia (IPM: 0.789); (87) Thailand (IPM: 0.740); (113)
Indonesia (IPM: 0.689). Ini menunjukkan lambatnya laju peningkatan kualitas pembangunan SDM kita
sejak zaman kemerdekaan bila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, bahkan dengan
negara/negara ASEAN.
Keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan stunting juga kian dituntut sigap mengingat
dampak stunting terhadap perekonomian tidak kecil. Berdasarkan data yang diolah dari laporan World
Bank Investing in Early Years Brief, 2016, stunting dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan
produktivitas pasar kerja terhambat serta memperburuk kesenjangan/inequality. Catatan Bank Dunia
(2016) menyatakan bahwa dalam jangka panjang stunting dapat menimbulkan kerugian ekonomi
sebesar 2-3% dari produk domestik bruto (PDB) per tahun. Jika PDB Indonesia sebesar Rp13.000
triliun, diperkirakan potensi kerugian akibat stunting dapat mencapai Rp260 triliun-390 triliun per
tahun.
Ketika dewasa, anak yang mengalami kondisi stunting pun berpeluang mendapatkan penghasilan
20% lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami stunting. Sehingga stunting
kini menjadi perhatian bagi pemerintah baik daerah maupun pusat.
Sasaran Primer : Ibu muda, Wanita yang baru menikah, ibu hamil, ibu menyusui
b) Isi Penyuluhan
Mengenai pengertian stunting, dampak stunting dan cara mencegah stunting
Metode didaktif, adalah metode yang didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one
way method. Tingkat keberhasilan metode dedaktif sulit dievaluasi karena peserta didik
bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Ceramah, film dan siaran radio adalah contoh
dari metode ini.
Metode sokratif, adalah metode yang dilakukan secara dua arah atau two way method.
Dengan metode ini, memungkinkan antara pendidik dan peserta didik bersifat aktif dan kreatif
seperti diskusi, debat panel, bermain peran, sosiodrama, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus dan loka karya.
Menggunakan media visual berupa power point, poster dan leaflet dan media audio-visual
berupa ILM.
Dasman, Hardisman. 2019. Empat Dampak Stunting bagi Anak dan Negara Indonesia.
http://repo.unand.ac.id/21312/1/Empat%20dampak%20stunting%20bagi%20anak%20dan%20negara
%20Indonesia.pdf . (Diakses pada 2 Maret 2021)
Moerdiyanto. 2018. Teknik Monitoring Dan Evaluasi (Monev) Dalam Rangka Memperoleh Informasi
Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.
%20Moerdiyanto,%20M.Pd./ARTIKEL%20MONEV.pdf . (Diakses pada 2 Maret 2021)