Fire 3 Fire Prevention Elemen
Fire 3 Fire Prevention Elemen
Oleh:
IR. BAMBANG SULISTYO P , MKKK
LATAR BELAKANG
• Tingginya angka kasus kebakaran pada berbagai sektor, seperti pada industri minyak dan
gas bumi, petrokimia, kimia, manufaktur, gedung, transportasi, industri makanan, dan
perumahan, menunjukkan perlunya pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen
keselamatan dan konsep dasar api, fire risk assessment, fire modelling dan fire
protection, serta suppression system. Buku ini disusun guna memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai hal-hal tersebut serta upaya yang dapat dilakukan untuk
menurunkan bahaya, risiko, dan dampak akibat kebakaran.
• Permasalahan kebakaran, statistik kebakaran, regulasi dan standar terkait kebakaran,
definisi, konsep dasar dan fenomena api, konsep pencegahan kebakaran, toksikologi
produk hasil pembakaran, kajian risiko kebakaran (fire risk assessment), sistem
keselamatan kebakaran, tata cara penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar, audit
keselamatan kebakaran, konsep pemadaman api, dan evakuasi kebakaran. Pelbagai studi
kasus dan aplikasi manajemen keselamatan kebakaran seperti untuk gedung, industri
minyak dan gas, industri kimia dan manufaktur,
• Kebakaran merupakan salah satu masalah terbesar di Indonesia. Kejadian kebakaran
menimbulkan risiko (kerugian) yang cukup signifikan, di antaranya korban jiwa dan harta
benda/property, rusaknya stabilitas sosial ekonomi masyarakat, karena kehilangan tempat
tinggal/tempat berusaha/bekerja hingga berdampak pada risiko kerugian kesehatan dan
kerusakan lingkungan. Sering kali terdengar bahwa kejadian kebakaran disebabkan oleh
hal-hal kecil yang tidak kita sadari atau karena kecerobohan/kelalaian seperti penggunaan
peralatan listrik yang tidak standar, pemanfaatan listrik yang kurang bijak ataupun
pembiaran tumpahan bahan mampu bakar.
LATAR BELAKANG
• Perkembangan industrialisasi juga meningkatkan risiko kebakaran,
khususnya kebakaran pada pelbagai industri dan sektor seperti minyak dan
gas bumi, manufaktur, kimia, serta transportasi.
Data dari The International Association for the Study of Insurance Economics atau yang dikenal
dengan The Geneva Association menunjukkan bahwa kerugian akibat kebakaran di banyak
negara maju di dunia berkisar 0,05–0,22% dari GDP (Gross Domestic Product) (World Fire
Statistics, 2011). Biaya kerugian akibat kebakaran di seluruh dunia disajikan pada
Negara Kerugian
Mata Kerugian dibandingkan
2006 2007 2008
Uang %
GDP 2006–2008
Frekuensi kebakaran yang terjadi di DKI Jakarta rata-rata hampir 2–3 kali per hari. Pada tahun
2012 sejumlah 1.039 frekuensi kebakaran terjadi sehingga diperkirakan rata-rata 2,8 kali per
hari. Data statistik kebakaran di DKI Jakarta tahun 2003–2016 disajikan pada Tabel berikut.
JENIS KEBAKARAN DI INDUSTRI KIMIA,MINYAK,
DAN GAS BUMI
• Pelbagai jenis-jenis kebakaran dapat terjadi pada industri kimia dan industri
kimia, khususnya yang menggunakan, menyimpan dan memproduksi bahan-
bahan kimia mudah terbakar baik pada industri kimia, eksplorasi, pengolahan,
maupun penyimpanan minyak dan gas bumi.
• TIPE KEBAKARAN
• Tipe kebakaran banyak bersumber dari industri kimia dan industri perminyakan
karena kebakaran banyak terjadi di kedua jenis industri tersebut. Tipe
kebakaran yang terjadi bergantung pada karakteristik material, temperatur dan
tekanan material, kondisi lingkungan, serta waktu penyalaan. Tipe kebakaran
yang umumnya dapat terjadi di pabrik kimia dan hidrokarbon antara lain:
• • jet fire,
• • flash fire,
• • pool fire,
• • running liquid fire,
• • rireball atau boiling liquid expanding vapor explosion (BLEVE), dan
• • vapor cloud explosions.
JENIS KEBAKARAN DI INDUSTRI KIMIA,MINYAK,
DAN GAS BUMI
• Tipe kebakaran lainnya yang terjadi dalam suatu proses industri (plant) antara lain
adalah:
• • kebakaran yang melibatkan padatan, misalnya kebakaran selulosik (cellulosic
fire) seperti pada kayu, plastik, kertas, debu;
• • kebakaran gudang;
• • kebakaran yang berkaitan dengan peralatan listrik;
• • kebakaran yang melibatkan oksigen, seperti pada sistem penambahan
oksigen pada Fluid Catalytic Cracking (FCC) unit;
• • kebakaran yang melibatkan logam yang mudah terbakar, misalnya natrium;
dan
• • kebakaran yang melibatkan material piroporik (pyrophoric materials), seperti
aluminium alkil yang digunakan untuk katalis.
• Jet fire didefinisikan sebagai
• • ‘kebakaran yang berasal dari pelepasan bertekanan (pressurized release)
suatu gas dan/atau cairan’
• • ‘difusi turbulen api yang ditimbulkan dari kebakaran suatu bahan bakar yang
secara kontinu melepaskan momentum pada suatu arah tertentu’.
TOKSIKOLOGI PRODUK PEMBAKARAN
• Dampak asap dan gas dari produk hasil pembakaran dapat menyebabkan
korban meninggal dunia akibat menghirup asap dan gas beracun dari kebakaran
yang jumlah korbannya dapat lebih banyak daripada jumlah korban meninggal
dunia akibat panas dan luka bakar (Purser, 2002). Saat ini banyak bahan
bangunan dan alat rumah tangga yang dapat terbakar mengeluarkan asap dan
gas yang berbahaya dan kebanyakan mengakibatkan korban kebakaran karena
mengisap asap tersebut (Gann et al., 2001). Pendapat yang lain mengatakan
bahwa meningkatnya korban kebakaran mungkin tidak berhubungan langsung
dengan bahan bangunan modern, tetapi dengan perubahan gaya hidup dari
waktu ke waktu yang saat ini menggunakan kain pelapis pada peralatan rumah
tangga (Purser, 2002). Korban kebakaran mungkin saja tidak mengalami luka
bakar, tetapi asap yang terhirup dapat mengakibatkan gangguan pernapasan
dan infeksi pernapasan (Hantson et al., 1997).
Konsentrasi
Toksikan Sumber Efek Toksisitas
mematikan -
10 menit (ppm)
• Kajian risiko kebakaran merupakan bagian integral dari suatu sistem manajemen risiko perusahaan
secara keseluruhan sehingga harus terintegrasi dengan kajian
•
• risiko lainnya. Kajian risiko kebakaran merupakan kajian risiko terhadap bahaya kebakaran dan
merupakan upaya untuk mengetahui kebutuhan dan kememadaian suatu perlindungan terhadap
kebakaran dengan beberapa kode dan standar sebagai tolok ukurnya. Berikut ini adalah beberapa
prinsip pokok mengenai kajian risiko kebakaran, yaitu
• • suatu kajian risiko kebakaran harus dilakukan di awal pengerjaan suatu proses desain;
• • identifikasi bahaya secara menyeluruh merupakan bagian dari kajian risiko
• kebakaran;
• • kajian risiko kebakaran yang telah ada harus dikaji ulang untuk memastikan diperolehnya informasi
yang terbaru;
• • suatu kajian risiko kebakaran digunakan dalam identifikasi upaya pencegahan,
• pengendalian, dan mitigasi.
• Selain itu, suatu kajian risiko kebakaran juga berguna sebagai alat bantu dalam peninjauan
ulang fasilitas yang ada, khususnya dalam kondisi
• • apabila diperkirakan akan terjadi perubahan pada fasilitas yang ada;
• • sebagai upaya evaluasi retrospektif atas kejadian yang telah terjadi, khususnya ketika
banyak perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan;
• • ketika ada perubahan proses kerja atau perubahan material yang digunakan.
• Suatu kajian risiko kebakaran harus didokumentasikan agar diperoleh suatu gambaran utuh
serta menyeluruh mengenai kemungkinan bahaya kebakaran dan mengenai gambaran peran
dalam sistem keselamatan yang ada untuk mitigasi dan mengendalikan bahaya.
Pelaksanaan kajian risiko kebakaran yang terus-menerus atas suatu fasilitas harus dijaga
untuk memastikan adanya manajemen bahaya kebakaran yang berkelanjutan.
• Manfaat penerapan kajian risiko kebakaran sebagai alat bantu pengambilan keputusan akan
bervariasi antara untuk perusahaan atau untuk pengerjaan proyek. Tidak semua kegiatan
harus menerapkan kajian risiko kebakaran secara formal. Kajian risiko kebakaran diperlukan
dalam kondisi
• • proyek yang sangat besar;
• • ketika bahaya kebakaran yang ada kurang dipahami;
• • ketika sulit mengambil keputusan terhadap upaya perlindungan kebakaran yang paling
sesuai, mengingat dampak yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran sangat luas;
• • Ketika biaya perlindungan kebakaran secara relatif signifikan terhadap biaya
• kajian risiko kebakaran.
• Beberapa kunci atas suksesnya suatu kajian risiko kebakaran
adalah sebagai berikut.
• • Personel yang akan melakukan kajian risiko kebakaran
sebaiknya adalah orang yang mengerti kajian risiko kebakaran
serta berpengalaman. Kajian risiko kebakaran sebaiknya
dilakukan oleh seorang fire protection engineer yang dapat
menggunakan common sense, realitis, dan hasilnya dapat
dibuat menjadi suatu laporan yang berbasis kinerja
(performance-based) terhadap upaya proteksi kebakaran.
• • Seorang fire risk engineer akan membuat beberapa asumsi
penting. Setiap asumsi yang dibuat tersebut harus
didokumentasikan serta dilampirkan dengan justifikasi berupa
data penunjang.
• • Dokumentasi penting untuk membantu pemahaman akan
hasil dan laporan kajian risiko kebakaran yang sudah lama
dibuat sehingga fire protection harus memastikan bahwa
kajian risiko kebakaran telah didokumentasikan secara utuh
dan menyeluruh.
11 ( SEBELAS ) ELEMEN FIRE PREVENTION:
– Fire Audit Program
– Layout and Spacing
– Control of Ignition Sources
– Employee Training
– Housekeeping
– Incident Investigation
– Inherently Safer Design
– Plant Maintenance
– Management of Change
– Material Hazards
– Alarm and Surveillance
1. FIRE AUDIT PROGRAM
FIRE AUDIT PROGRAM