Anda di halaman 1dari 22

PERPAJAKAN

Kelas xi
TARIF PAJAK DAERAH

Tarif setiap pajak daerah tersebut berbeda tergantung pada bidang


atau jenis pajak yang dimaksud.

Selain itu setiap daerah juga menetapkan tarif yang berbeda – beda
untuk setiap pajaknya. Tarif pajak daerah di Jakarta tentu berbeda
dengan tarif pajak daerah di Surabaya.

Tarif tersebut ditentukan oleh pemerintah daerah setempat, dengan


menimbang potensi suatu daerah, sumber daya, dan hal lainnya.

Biasanya sudah ada ketentuan khusus untuk tariff setiap pajak yang
diberitahukan untuk pemerintah daerah.
CARA MENGHITUNG PAJAK
Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011, dijelaskan
bahwa restoran merupakan tempat atau fasilitas penyedia makan/
minuman yang dikenakan pajak. Hal – hal yang termasuk jenis
restoran seperti warung, bar, kafetaria, atau juga usaha katering.

Tarif pajak restoran ditetapkan maksimal sebesar 10% dari


pembayaran yang diterima oleh restoran tersebut.
Tarif Pajak Restoran di 17 Kota Besar
Berikut adalah beberapa kota besar di Indonesia dengan ketentuan besar tarif PB1
yang diberlakukan pemerintah kabupaten/kota.

No. Provinsi/Kota Tarif PB1 Peraturan Daerah

1 DKI Jakarta 10% Perda No. 11 Tahun 2011


2 Bogor 10% Perda No. 6 Tahun 2011
3 Yogyakarta 10% Perda No. 1 Tahun 2011
4 Semarang 10% Perda No. 4 Tahun 2011
5 Surakarta 3%, 5%, 10% Perda No. 4 Tahun 2011
6 Surabaya 10% Perda No. 4 Tahun 2011
7 Badung/Bali 10% Perda No. 16 Tahun 2011
8 Palembang 10% Perda No. 12 Tahun 2010
9 Medan 10% Perda No. 12 Tahun 2003
10 Pekanbaru 10% Perda No. 06 Tahun 2006
11 Banda Aceh 10% Perda No. 7 Tahun 2011
12 Pontianak 5% – 10% Perda No. 3 Tahun 2005
13 Balikpapan 3%, 7%, 10% Perda No. 28 Tahun 2009
14 Manado 10% Perda No. 2 Tahun 2011
15 Kupang 7% – 10% Perda No. 2 Tahun 2016
16 Sumbawa 10% Perda No. 4 Tahun 2006
17 Jayapura 10% Perda No. 1 Tahun 2012
RUMUS

 PB1 = Total harga + tarif pajak restoran


 PB 1 = DPP x Tarif Pajak Restoran
 Biaya layanan Service Charge = Tarif Biaya Layanan + Total
Harga
 Pajak restauran/PB1
DPP= total harga + biaya layanan
PB 1 = Pajak restauran/pajak bangunan 1
DPP = Dasar Pengenaan pajak
‘Service Tax’ dan ‘Service Charge’

Jika service tax (pajak restoran) itu pajak yang sudah ditetapkan pemerintah,


sedangkan service charge adalah biaya yang ditetapkan oleh restoran.
Biaya layanan ini murni hanya dilakukan oleh masing-masing restoran yang
membebankan biaya atas layanan yang diberikan, tapi di luar dari PB1.
Karena biaya layanan ini tidak masuk dalam pungutan pajak tapi masuk
dalam kas restoran yang bersangkutan.
Tarif service charge ini juga ditentukan oleh masing-masing restoran, namun
biasanya tidak sama atau lebih rendah dibanding PB1, yakni sekira 5% atau
7% bahkan ada juga yang mencapai 10%.
Contoh menghitung pajak restoran.

Rema membeli sop buntut di Restoran “A” seharga Rp50.000,-


serta mengkonsumsi es susu seharga Rp10.000,-. Rema juga
mengambil makanan pendamping Gorengan dengan harga
Rp10.000.
Mengingat restoran tersebut terletak di Jakarta, maka tarif pajak
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah adalah 10%. Jadi cara
menghitung pajaknya adalah sebagai berikut.

PB1 = (50.000 + 10.000 + 10.000) x 10%


PB1 = 70.000 x 10%
PB1 = 7.000
Jadi pajak yang harus dibayarkan Rema setelah mengkonsumsi sop
buntut, es susu dan gorengan sebesar Rp7.000,00
SOAL

Bu Milla membeli Nasi Goreng satu porsi seharga Rp50.000 dengan


segelas Es Teh Manis seharga Rp15.000 serta Tahu Goreng dan
Telur Dadar masing-masing Rp5.000 dan Rp10.000 di Restoran A.

Restoran A memberlakukan biaya layanan (service charge) sebesar


5%. Restoran ini berada di Jakarta dengan tarif PB1 yang ditetapkan
Pemda adalah 10%.

Maka, PB1 yang harus dibayarkan oleh Bu Milla dan total uang
yang harus dikeluarkan untuk membeli makan dan minuman
tersebut adalah?
JAWAB
 Biaya layanan (Service Charge)  Pajak Restoran/PB 1

Nasi goreng = Rp50.000 DPP = Total harga + Biaya layanan

Es The Manis = Rp15.000 Rp80.000 + Rp4.000 = Rp84.000

Tahu Goreng = Rp5.000  PB1 = DPP X Tarif Pajak Restoran

Telur dadar = Rp10.000 Rp84.000 x 10% = Rp8.400


Total Harga = Rp80.000  Total
 Service Charge = Tarif biaya  DPP + PB1
layanan
Rp84.000 + Rp8.400 = Rp92.400
5% x Rp80.000 = Rp4.000
LATIHAN SOAL

1. Daren menyewa 3 buah kamar untuk ia dan keluarganya

sebanyak 2 malam dengan total harga sewa kamar per malam adalah

Rp. 200.000. Hotel tersebut menerapkan Biaya Pelayanan atau

Service Charge sebesar 5% dan Pajak Hotel sebesar 10%. Maka

total biaya transaksi yang harus dibayarkan Daren adalah…


2. Toni membeli 3 paket ayam goreng dan nasi seharga
Rp90.000,00, gorengan Rp8.000,00 ditambah 2 air mineral
seharga Rp16.000,00 yang dimakan di Restoran A. Selain itu, Toni
juga membeli 1 potong ayam panggang utuh seharga Rp80.000,00
yang ia bawa pulang/dibungkus.
Restoran A menerapkan biaya layanan atau service charge sebesar
5%. Restoran ini berada di Semarang dengan besaran Pajak
Restoran atau PB1 sebesar 10%. Maka, berapa besaran pajak
restoran yang dikenakan dan berapa total uang yang harus
dibayarkan Toni ke Restoran A.
PAJAK PENGHASILAN

 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)

Merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap penghasilan berupa


gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima
oleh pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain
sebagainya.
 Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan

Karyawan adalah orang yang menerima penghasilan dalam jumlah


tertentu secara teratur atau pegawai yang berstatus kontrak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, yang menerima penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur.
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PERHITUNGAN PPH 21
1. Penghasilan teratur
a. Gaji (Penghasilan yang diterima oleh karyawan sebagai imbal
hasil dari pekerjaan yang dilakukan dan diberikan rutin dalam
periode tertentu)
b. Tunjangan (contoh tunjangan transport, tunjangan pajak,
tunjangan makan, dan tunjangan lainnya)
c. Asuransi (Jaminan Keselamatan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM) dan asuransi lainnya yang diakui sebagai
penambah penghasilan PPh 21 dan diatur dalam peraturan
perpajakan)
2. Penghasilan tidak teratur:
a. Bonus
Bonus adalah bentuk apresiasi perusahaan kepada karyawan.
b. THR
Tunjangan Hari Raya (THR) adalah bentuk penghasilan yang diberikan perusahaan atau
pemberi kerja kepada pegawai dalam rangka perayaan hari raya keagaamaan yang
diatur dalam peraturan ketenagakerjaan. Biasanya perusahaan memberikan THR 1 kali
dalam satu periode tahun buku.

3. Pengurang Penghasilan dalam PPh 21:


a. Biaya Jabatan
Dalam kontek PPh 21, biaya jabatan adalah pengurang terhadap pengasilan pegawai
atau karyawan sebagai biaya atas mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan
pegawai/karyawan. Biaya Jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto karyawan dengan
nilai maksimal sebesar 500.000/bulan dan 6.000.000/ tahun.
c. Biaya/ Iuran Pensiun / Iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
Biaya pensiun adalah pengurang penghasilan dalam perhitungan PPh 21
karyawan tetap. Biaya pensiun/JHT merupakan potongan dari penghasilan bruto
pegawai tetap yang disetorkan oleh pemberi kerja/ perusahaan kepada lembaga
yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Iuran pensiun dipotong dari
gaji karyawan sebesar 2% dengan nilai maksimal 200.000/bulan atau
2.400.000/tahun.
d. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah pengurang atas penghasilan
pegawai dalam periode tertentu. PTKP merupakan kebijakan pemerintah untuk
memberikan keringanan kepada wajib pajak yang berpenghasilan rendah untuk
tidak dikenakan pajak.
Berikut rincian besaran tarif pajk sesuai dengan total
penghasilan per tahun dalam PP Nomor 55 Tahun 2022:
1. Penghasilan sampai dengan Rp60 juta per tahun, tarif PPh 5%
2. Penghasilan lebih Rp60 juta hingga Rp250 juta per tahun, tarif
PPh 15%
3. Penghasilan lebih Rp250 juta hingga Rp500 juta per tahun, tarif
PPh 25%
4. Penghasilan lebih Rp500 juta hingga Rp5 miliar per tahun, tarif
PPh 30%
5. Penghasilan lebih Rp5 miliar, tarif PPh
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERBARU
 TK/0  K/3
Tidak Kawin, 0 Tanggungan   = 54.000.000
Kawin, 3 Tanggungan = 72.000.000
 TK/1
 K/I/0
Tidak Kawin, 1 Tanggungan = 58.500.000
 TK/2 Kawin, Penghasilan Istri-Suami gabung, 0

Tidak Kawin, 2 Tanggungan = 63.000.000 Tanggungan = 108.000.000


 TK/3  K/I/1
Tidak Kawin, 3 Tanggungan = 67.500.000
Kawin, Penghasilan Istri-Suami gabung, 0
 K/0
Tanggungan = 112.500.000
Kawin, 0 Tanggungan = 58.500.000
 K/I/2
 K/1
Kawin, Penghasilan Istri-Suami gabung, 0
Kawin, 1 Tanggungan = 63.000.000
Tanggungan = 117.000.000
 K/2
 K/I/2
Kawin, 2 Tanggungan = 67.500.000
Kawin, Penghasilan Istri-Suami gabung, 0
Tanggungan = 121.500.000
SOAL
Tiara adalah karyawati tetap pada perusahaan PT. ABC dengan status belum
menikah dan belum punya tanggungan. Tiara menerima gaji Rp7.000.000/bulan.
PT. ABC mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari
perhitungan gaji, yakni senilai Rp 70.000/bulan. Di samping itu perusahaan
membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar
3,7% dari gaji, sedangkan Tiara membayar iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2%
dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK)
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan
0,3% dari gaji. Pada bulan Mei 2020, di samping menerima pembayaran gaji,
Tiara juga menerima uang lembur (overtime) senilai Rp2.000.000.
Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok                                                                                 7.000.000
1. Tunjangan Lainnya (jika ada)                                             2.000.000\
2. JHT 3,7% 259.000
JKK 0,24%                                                                                  16.800
JK 0,3%    21.000+
Penghasilan Bruto                                                                      9.296.800
Pengurangan:                       
1. Biaya jabatan 5% x 9.296.800 464.000         
2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 140.000
3. Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok   70.000 +
674.000

Penghasilan neto (bersih) sebulan ( 8.622.800)


Penghasilan neto setahun 12 x 8.622.800 = 103.473.600
 TK/0
PTKP                                                        (54.000.000)
Penghasilan kena pajak setahun 49.473.600
PPh Terutang 5% x   49.473.600 =
2.473.680                              
PPh Pasal 21 Bulan Mei = 2.473.680/12 = 206.140     
                                          
LATIHAN SOAL

1. Bapak Damien bekerja di PT. A sebagai pegawai tetap, Beliau

mendapatkan gaji pokok 5 juta/bulan, dengan tunjangan transport dan

makan 1 juta. Beliau belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan.

Berapa PPh 21 Bapak Damien pada bulan Januari?

2. Gloria bekerja di UNESA. Ia memperoleh gaji sebulan berUpa gaji pokok

Rp7.000.000. Gloria juga membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000.

Gloria sudah menikah tapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh 21

adalah.
3. Adela adalah karyawati dengan status menikah tanpa anak. Ia

bekerja di PT. A dengan gaji Rp7.500.000 per bulan. Adela

membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000 setiap bulan.

Diketahui bahwa suami Enda tidak mempunyai penghasilan apa

pun. Pada bulan Juli, selain menerima gaji, Adela juga menerima

pembayaran atas lembur sebesar Rp2.500.000. penghasilan Adela

tidak gabung dengan suaminya. Penghitungan PPh 21 pada bulan

Juli adalah.

Anda mungkin juga menyukai