Anda di halaman 1dari 37

BIO LISTRIK

Jansen Parlaungan, S.Si, M.Kes


Defenisi Bio Listrik
• Adalah ilmu yang mempelajari tentang
potensial listrik pada organ tubuh.
• 2 aspek yang memegang peranan penting
yaitu :
1. kelistrikan dan kemagnetan yang timbul
pada manusia
2. penggunaan listrik dan magnet pada
permukaan tubuh manusia
Sejarah Perkembangan Bio Listrik
• Luigi Galvani (1780) mempelajari kelistrikan pada
tubuh hewan
• 1786 Hasil eksperimen melalui katak mati
• 1892 Arons ada aliran frekuensi tinggi
• 1899 Van Seynek pengamatan tentang terjadinya
panas pada jaringan yang disebabkan oleh
frekuensi tinggi
• 1928 Schliephake pengobatan penderita dengan
mempergunakan short wave
Hukum Ohm
• Kuat arus dalam suatu penghantar berbanding
lurus dengan beda potensial dan berbanding
terbalik dengan hambatannya.

• I = Kuat Arus (A)


• V = Tegangan (V)
• R = Hambatan (Ohm)
Hukum Joule
• Arus listrik yang melewati konduktor dengan
perbedaan tegangan (V) dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas

• V = Tegangan (V)
• I = Arus (A)
• t = Waktu (sekon)
• J = Joule = 0,239 Kal
Sistem Saraf dan Neuron
• Sistem saraf dibagi dalam 2 bagian, yaitu :
1. Sistem saraf pusat
2. Sistem saraf otonom
Sistem Saraf Pusat
• Terdiri dari : otak, medulla spinalis/korda spinalis,
dan saraf perifer
• Saraf perifer ad serat saraf (neuron) yang
mengirim/menyalurkan informasi sensoris ke otak
atau medulla spinalis/korda spinalis (saraf afferen)
• Serat saraf yang menghantar/menyalurkan
informasi dari otak atau medula spinalis/korda
spinalis ke otot dan kelenjar disebut (saraf
efferen)
Sistem Saraf Otonom
• Mengendalikan berbagai organ internal, mis :
jantung, usus dan kelenjar
• Pengontrolan ini terjadi secara tidak sadar
• Neuron (sel saraf) adalah kesatuan struktur
dan fungsional sistem saraf.
Kelistrikan Saraf
• Serat saraf yang berdiameter besar mempunyai
kemampuan menghantar impuls lebih cepat
daripada serat saraf yang berdiameter kecil.
• Serat saraf dibagi dalam 2 (dua) tipe yaitu : saraf
bermyelin dan serat saraf tanpa myelin
• Serat saraf bermyelin banyak terdapat pada manusia
• Mielin mengaliri listrik sangat rendah
• Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat
saraf yang bermielin
• Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang
berdiameter yang sama dan panjang yang sama
sangat tergantung pada lapisan mielin
• Sel mempunyai lapisan yang disebut dengan
membran sel
• Di dalam sel terdapat ion Na , K , Cl dan protein
(A-)
• Sel mempunyai kemampuan memindahkan ion
dari satu sisi ke sisi lain (aktifitas kelistrikan sel)
Kelistrikan Otot Jantung
• Sel membran otot jantung (miokardium)
sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris
• Pada saraf maupun otot bergaris dalam
keadaan potensial membran istirahat
dilakukan ransangan maka ion-ion Na + akan
masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai
ambang akan timbul depolarisasi
• Sedangkan pada sel otot jantung ion Na +
mudah bocor sehingga segera setelah terjadi
repolarisasi komplit ion Na + perlahan-lahan
akan masuk kembali ke dalam sel dengan
akibat terjadi gejala depolarisasi secara
spontan sampai mencapai nilai ambang dan
terjadi potensial aksi tanpa memerlukan
rangsangan dari luar.
• Membran sel otot jantung tanpa rangsangan
dari luar akan mencapai nilai ambang dan
menghasilkan potensial aksi pada suatu
rate/kecepatan yang teratur.
• Rate/kecepatan ini disebut Natural
rate/kecepatan dasar membran sel otot
jantung
Potensial aksi
• Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah
membran saraf atau otot mendapat ransangan
mencapai nilai ambang.
• Potensial aksi itu sendiri mempunyai
kemampuan untuk meransang daerah sekitar
sel membran untuk mencapai nilai ambang
Elektroda
• Untuk mengukur potensial aksi
• Untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur
elektron
• Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah
perak dan tembaga
• potensial elektroda perak 0,80 V dan tembaga
0,30 V
Macam-Macam Bentuk Elektroda
• Elektroda jarum (mikro elektroda)
• Elektroda mikropipet
• Elektroda permukaan kulit
Bentuk Plat
Bentuk suction cup
Bentuk floating
Ear clip
Bentuk batang
Elektroensefalogram (EEG)
• Pencatatan isyarat listrik otak (aksi sel saraf di
dalam otak)
• 1929 Hans Berger melakukan pengamatan
aktifitas listrik sel saraf pada korteks serebri
(korteks otak)
• Amplitudo dari isyarat EEG merupakan
gelombang denyut demi denyut (peak to peak)
dengan jarak 10 mV – 100 mV pada frekuensi di
bawah 1 Hz sampai lebih 100 Hz
• Elektroda yang dipakai elektroda permukaan
kulit atau elektroda jarum
• Lokasi pemasangan elektroda menurut SI
sebanyak 10 – 20 saluran (elektrode
placement system)
• Secara rutin hanya 8 – 16 saluran elektroda
yang dipergunakan dan pencatatan dilakukan
secara serentak
Tujuan Pemeriksaan EEG
• Pada waktu operasi sebagai alat monitor
• Untuk mendiagnosis epilepsi dan klasifikasi
epilepsi
• Untuk menunjukkan tumor otak, dimana
aktifitas listrik pada daerah tumor akan
menurun
Pemeriksaan EEG
• Pada waktu melakukan EEG penderita dapat menjadi
mengantuk dan kedua mata tertutup frekuensi EEG
berkisar 8 – 13 Hz
• Apabila amplitudo ditingkatkan dan frekuensi
diturunkan penderita bisa tidur ringan sampai tidur
lelap. Pada waktu tidur menunjukkan frekuensi tinggi
(paradoxical sleep (bermimpi) /rapid eye movement
(REM)
• Keadaan santai isyarat EEG 8 – 13 Hz. Pada penderita
melek diatas 13 Hz.
Frekuensi Normal dari Isyarat Listrik EEG

1. Delta (δ) lambat : 0,5 – 3,5 Hz


2. Teta (θ) menengah : 4 – 7 Hz
3. Alfa (α) normal : 8 – 13 Hz
4. Beta (β) cepat : diatas 13 Hz
Elektrokardiogram (EKG,ECG)
• Irama jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh
ransangan secara spontan oleh sel-sel khusus yang terdapat pada
atrium kanan (dekat muara vena cava superior dan inferior) yaitu
SA node (simpul sinotrial)
• SA node bertindak sebagai “pace marker”
• Bergetarnya SA Node berkisar 72 kali permenit
• Getaran tersebut dapat meningkat atau menurun diatur oleh saraf
eksternal jantung yang merupakan respon/jawaban kebutuhan
darah oleh tubuh.
• Isyarat listrik SA node menyebabkan depolarisasi otot jantung
atrium dan memompa darah ke ventrikel, kemudian diikuti oleh
repolarisasi otot atrium
• Isyarat listrik dilanjutkan ke AV Node akan
menyebabkan depolarisasi ventrikel kanan dan kiri
menyebabkan kontraksi ventrikel sehingga darah
dipompa ke dalam arteri pulmonalis dan ke aorta
• Saraf pada ventrikel dan otot ventrikel kemudian
mengalami repolarisasi dan mulai kembali isyarat
listrik dari SA Node
• Saraf dan otot jantung dapat dipandang sebagai
sumber listrik tertutup dalam suatu konduktor listrik
dada dan perut (torso).
Lead (sadapan)
1. Lead I : mengukur potensial antara RA
(elektroda negatif) dan LA (elektroda positif)
sudut orientasi 00
2. Lead II : mengukur potensial antara RA
(elektroda negatif) dan LL (elektroda positif)
sudut orientasi 600
3. Lead III : mengukur potensial antara LA
(elektroda negatif) dan LL (elektroda positif)
sudut orientasi 1200
• aVL dibentuk dengan LA (elektroda positif) dan
anggota tubuh lainnya (ekstremitas) (elektroda
negatif) sudut orientasi – 300
• aVR dibentuk dengan RA (elektroda positif) dan
anggota tubuh lainnya (ekstremitas) (elektroda
negatif) sudut orientasi – 1500
• aVF dibentuk dengan LL (elektroda positif) dan
anggota tubuh lainnya (ekstremitas) (elektroda
negatif) sudut orientasi + 900
Gelombang P Gelombang EKG yang pertama dilihat dengan ciri-ciri lengkung
kecil, defleksi positif (dengan amplitudo < 0,3 mV)
Gelombang PR Jarak antara awal gelombang P dengan awal gelombang QRS.
Pengukuran waktu antara gelombang depolarisasi dari atrium
ke ventrikel yang mempunyai durasi 0,12 – 0,2 detik

Interval QRS Gelombang Q : Defleksi negatif (dengan amplitudo 25% dari


gelombang R) gelombang R : Defleksi positif (dengan
amplitudo 1,6 – 3 mV) gelombang S :Defleksi negatif (dengan
amplitudo 0,1 – 0,5 mV) setelah gelombang R

Segmen ST Jarak antara gelombang S dan awal gelombang T pengukuran


waktu antara depolarisasi ventrikel dan awal repolarisasi
ventrikel yang berdurasi 0,05 – 0,15 detik

Gelombang T Lengkung positif setelah kompleks QRS yang


mempresentasikan repolarisasi ventrikel dengan amplitudo 0,1
- 0,5 mV

Interval QT Pengukuran waktu dari awal QRS sampai akhir gelombang T


yang mempresentasikan aktivitas ventrikel yang berdurasi 0,35
– 0,44 detik
Lead Prekordial
• Sadapan ini untuk melihat EKG dalam bidang
transversal ditandai dengan huruf V
• V1 – V9 lokasi elektroda di atas dada
(prekordial) AHA
• V1 : Ruang iga IV pada garis sternal kanan
• V2 : Ruang iga IV pada garis sternal kiri
• V3 : Terletak diantara V2 dan V4
• V4 : Ruang iga V pada garis tengah clavicula kiri
• V5 : Ruang iga V pada garis axilla depan kiri
• V6 : Ruang iga V pada garis axilla tengah kiri
• V7 : Ruang iga V pada garis axilla belakang kiri
• V8 : Ruang iga V pada garis scapula belakang
• V9 : Batas kiri dari colum vertebralis
Listrik berfrekuensi tinggi
• Yang tergolong listrik berfrekuensi tinggi
adalah frekuensi arus listrik di atas 500.000
siklus per detik (500.000 Hz)
• Listrik berfrekuensi tinggi mempunyai sifat
memanaskan.
• Listrik berfrekuensi tinggi : 1. Short wave
diathermy, 2. Mikro wave diathermy
Electrocauter dan electrosurgery
• Listrik berfrekuensi tinggi dipergunakan untuk
mengontrol pendarahan operasi
• Kauterisasi adalah suatu pembakaran dengan
menggunakan frekuensi listrik 2 MHz tegangan
15 KV
Defibrilator
• Alat yang memberikan schock listrik dan dapat
menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung
yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan
timbulnya kembali aktivitas listrik jantung yang
terkoordinir
• 2 tipe : monophasic dan biphasic
• Energi yang dialirkan melalui suatu elektroda disebut
dengan paddle
• Jeli digunakan membantu menghantarkan aliran listrik
ke jantung
Energi
• Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360
Joule dengan menggunakan monophasic
defribilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan
energi yang sama
• Biphasic defribrilator energi yang diperlukan
berkisar antara 120 – 200 Joule
Prosedur Defribrilator
• Nyalakan defribrilator
• Tentukan energi yang diperlukan dengan cara
memutar atau menggeser tombol energi
• Paddle diberi jeli secukupnya
• Letakkan Paddle dengan posisi Paddle apex
diletakkan pada apexs jantung
• Paddle sternum diletakkan pada garis sternal
kanan di bawah klavikula
Lanjutan
• Isi (charge) energi, tunggu sampai energi terisi
penuh
• Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan
suara kera dan jelas agar tidak ada anggota tim
yang masih ada kontak dengan pasien atau korban
• Kaji ulang layar monitor defribrilator, paastikan
irama VF/VT tanda nadi, pastikan energi sesuai
dengan yang diset
• Modus yang dipakai a singkron
Lanjutan
• Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada
pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 Kg)
• Kaji ulang dilayar monitor defribrilator apakah
irama berubah atau tetap sama seperti sebelum
dilakukan defribrilasi
• Jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan RJP
• Jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya
lakukan survey kedua
Automated External Defibrilator (AED)

• Menganalisa irama jantung seorang korban


yang mengalami henti jantung
• Mengenal irama yang dapat dilakukan
tindakan defibrilasi (schock)
• Memberikan petunjuk pada operator (dengan
memperdengarkan suara atau dengan
indikator cahaya)
AED digunakan
• Jika korban mengalami henti jantung :
1. Tidak berespon
2. Tidak bernapas
3. Nadi tidak teraba atau tanda-tanda sirkulasi lain

Anda mungkin juga menyukai