Anda di halaman 1dari 25

GTC

CRSS & JR

Amalia Rieska Mauliddya


J3A019003
INTRODUCTION
Kehilangan gigi dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan trauma
psikologis. Kehilangan gigi sebagian menyebabkan terjadinya
1
perubahan struktur lengkung gigi. Bila keutuhan struktur
lengkung gigi terganggu akan terjadi penyesuaian lengkung
sampai diperoleh keseimbangan yang baru

Mengganti gigi yang hilang bertujuan untuk mempertahankan


keutuhan sistem stomatognasi sehingga mencegah terjadinya 2
perubahan fungsi akibat adanya pergerakan gigi.

Salah satu tipe gigi tiruan dalam perawatan prostodonsia


adalah gigi tiruan jembatan. Gigi tiruan jembatan merupakan 3
salah satu pilihan perawatan yang paling populer untuk
menggantikan satu gigi yang hilang
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien pria berusia 20 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Sumatera Utara (RSGM USU) untuk dilakukan pemeriksaan
terhadap giginya setelah pencabutan sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien ingin
dibuatkan gigi tiruan karena merasa sulit mengunyah makanan di daerah
kanan belakang
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya kehilangan gigi 15 dengan daerah
edentulus yang sempit

Pasien memiliki profil wajah oval dan cembung

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik maupun kebiasaan buruk

Pemeriksaan sendi temporomandibular menunjukkan tidak adanya


keluhan sakit dan tidak ada krepitasi

Pemeriksaan radiografi menunjukkan hasil jaringan ligamen periodontal yang


normal dan dukungan tulang yang adekuat pada gigi 14 dan 16 serta tidak
adanya gigi/akar yang terpendam.
INTRAOTRAL
PX
DIAGNOSIS DAN TREATMENT PLANNING

Treatment
DIAGNOSIS
Planning

Diagnosis yang Rencana perawatan gigi


ditegakkan adalah 15 yaitu pemasangan
kehilangan gigi 15 gigi tiruan jembatan
dengan daerah porcelain fused to metal
edentulous yang sempit (PFM).
yaitu 4,5 mm.
KUNJUNGAN PERTAMA
1.
3.
Anamnesis, pemeriksaan subjektif dan
Preparasi pada model studi terhadap gigi 14
objektif, dan pencetakan anatomis untuk
pada distal sebesar 1,5 mm yang bertujuan
mendapatkan model studi serta
untuk menambahkan ruang terhadap 15
penandatanganan persetujuan medis
sebagai pontik. Selanjutnya anatomi gigi
dibentuk dengan diagnostic wax up

2. 4.
Pengukuran terhadap jarak mesial distal 14 Kemudian dilakukan mock up pada model
diagnostik dengan bahan cetak putty
KUNJUNGAN KEDUA
1.
3.
Preparasi pada gigi penyangga yaitu gigi 14
Gigi tiruan jembatan sementara dibuat
dan 16.
dengan bahan mahkota sementara
(Smartemp Dual Cure, Parkell, US)
berdasarkan putty index yang telah
dipersiapkan sebelumnya.

2. 4.
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan teknik Kemudian dilakukan sementasi sementara
two-step dengan bahan putty (Flexceed, GC menggunakan semen zinc oxide eugenol
Corp, Jepang) dan wash (Flexceed, GC Corp, (Master Dent, Dentonics Inc., US)
Jepang). Hasil cetakan fisiologis diisi dengan
dental stone tipe IV (Fujirock, GC Corp, US).
KUNJUNGAN KETIGA

Coping dicobakan pada pasien. Shade guide (Vita 3D Master, Vita, Jerman)
digunakan untuk menentukan warna gigi tiruan sesuai dengan warna gigi
pasien. Warna gigi tiruan yang sesuai adalah 3M2. Setelah itu model beserta
coping dikirim kembali ke Laboratorium Dental FKG USU untuk pembuatan
gigi tiruan jembatan porcelain fused to metal. Pemasangan gigi tiruan
jembatan sementara dilakukan kembali.
KUNJUNGAN
KEEMPAT
Pemasangan tetap gigi tiruan
jembatan dengan menggunakan glass
ionomer cement (Fuji 1, GC Corp,. US).
Pemeriksaan pasca pemasangan
dilakukan satu minggu setelah
pemasangan tetap dan menunjukkan
bahwa tidak ada keluhan dari pasien, gigi
tiruan berfungsi dengan baik, tidak
ditemukan adanya iritasi pada mukosa,
oklusi dan artikulasi baik
KESIMPULAN

Perawatan menunjukkan keberhasilan dalam


mendapatkan ruang untuk pontik dengan
memodifikasi bentuk dan ukuran gigi
pendukung.
JR
Identitas Pasien
Usia : 28 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pemeriksaan
Subyektif

● Pasien laki-laki berusia 28 tahun mengeluhkan mempunyai perasaan


tidak percaya diri dengan penampilannya, baik pada saat berbicara
maupun tersenyum. Hal ini disebabkan adanya gigi-gigi depan pada
rahang atas dengan tumpatan dan mahkota selubung gigi yang telah
mengalami perubahan warna dan juga adanya kehilangan gigi premolar
kanan dan kiri.
Pemeriksaan Obyektif
● EO : tidak ada kelainan
● IO : Terdapat kehilangan gigi 14 dan 24, tetapi gigi 11, 12, 13 dan 21
yang telah dilakukan restorasi, mengalami perubahan warna serta
ketidaksesuaian bentuk. Pasien juga diketahui telah menggunakan gigi
tiruan mahkota (akrilik) pada gigi kaninus rahang atas sebelah kanan
sejak 13 tahun yang lalu
Pemeriksaan
Radiograf
● Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen panoramic
menunjukkan, bahwa gigi 12, 13 dan 21 telah dilakukan
perawatan endodontik dengan pemasangan pasak.
● Ketiga gigi ini masih dapat dipertahankan dan menunjukkan
prognosis yang baik. Pertimbangan faktor klinisnya
menunjukkan, bahwa hasil perawatan endodontik dalam
keadaan yang baik, gigigigi tidak mengalami kegoyangan,
restorasi mahkota pasak dalam keadaan baik, tidak ada
kelainan periodontal dan gigi-gigi masih didukung tulang
alveolar dengan perbandingan mahkota dengan akar gigi
1:2. Pada gigi-gigi penyangga lainnya ketinggian tulang
alveolar juga dalam keadaan baik dan perbandingan
mahkota gigi penyangga dengan akar gigi menunjukkan
1:2.
Assesment

● Berdasarkan hasil pemeriksaan ekstra oral yang meliputi pemeriksaaan sendi


temporomandibular, keadaan umum pasien dan pemeriksaan intra oral yang berupa
pemeriksaan gigi-gigi penyangga, pemeriksaan oklusi, jumlah kehilangan gigi serta
pemeriksaan radiografik, maka pada pasien ini akan dilakukan perawatan complex
bridge. Selain berdasarkan hal tersebut, pemilihan rencana perawatan ini juga
mempertimbangkan perbaikan estetik pasien karena melibatkan gigi-gigi anterior
Treatment Planning

● Pada kunjungan pertama dilakukan perawatan pendahuluan yang meliputi


tindakan scaling pada gigi-gigi rahang atas dan bawah serta penjelasan
tentang dental health education (DHE).
● Perawatan prostodontik diawali dengan melakukan pencetakan diagnostik
menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid (Aroma Fine Plus, GC
Corp.; Japan).
● Selanjutnya dilakukan pembuatan temporary bridge untuk gigi 11, 12, 13,
14, 15 dan 21, 23, 24, 25 secara indirect
● Preparasi dan Pencetakan Gigi Penyangga
○ Untuk mendapatkan preparasi gigi yang menghasilkan restorasi yang
dapat memperbaiki aspek estetik dan fungsi, maka terlebih dahulu
dilakukan pengukuran kedalaman sulkus gingiva pada gigi-gigi
penyangga. Pengukuran kedalaman sulkus dengan menggunakan
probe, digunakan untuk mengukur kedalaman penempatan akhiran
preparasi.
Prosedur
●Preparasi pada gigi-gigi penyangga dilakukan sebanyak dua kali waktu
kunjungan yang dimulai pada sisi kanan terlebih dahulu. Preparasi dilakukan
dengan memperhatikan kemiringan dinding preparasi, ketebalan preparasi dan
penempatan akhiran preparasi.
●Pada gigi 15 dan 25 yang mengalami rotasi, preparasi pada bagian mesio-
palatal dan disto-bukal sebanyak 1,5 mm, sedangkan pada bagian mesio-bukal
dan disto-palatal sebanyak 2 mm.
●Sudut kemiringan dinding preparasi adalah konvergen 60 dan preparasi
akhiran margin berbentuk chamfer. Berdasarkan pemeriksaan kedalaman
sulkus pada gigi-gigi penyangga, maka penempatan akhiran preparasi pada gigi
11, 12, 13, 21 dan 23 ditempatkan pada 0,5 mm di bawah puncak gingiva (sub
gingival margin). Untuk memudahkan penempatan akhiran preparasi ini, maka
terlebih dahulu dilakukan retraksi gingiva dengan menggunakan gingimaster.
Sedangkan penempatan akhiran preparasi pada gigi 15 dan 25 adalah
equigingival margin.
Prosedur
 Selanjutnya dilakukan pembuatan catatan gigit pada gigi-gigi
penyangga yang telah dipreparasi.
 Pembuatan catatan gigit menggunakan bahan polyvynilsiloxane (bite
registration) yang diletakkan pada permukaan insisal ataupun oklusal
dan selanjutnya pasien melakukan oklusi sentris.
 Selanjutnya dilakukan pemasangan temporary bridge untuk gigi 15, 14,
13, 12, 11, 21, 23, 24, 25. dengan menggunakan bahan semen
sementara
 Pada rahang atas dilakukan pembuatan coping pada gigi 15, 14, 13, 12,
11, 21, 23, 24, 25 dan pasang coba coping pada gigi-gigi penyangga
serta pontik gigi tiruan.
 Pemeriksaan ketepatan coping dengan hasil preparasi pada gigi
penyangga.
 dilanjutkan untuk pelapisan bahan porcelain oleh dental laboratory.
Selanjutnya dilakukan kembali pemasangan kembali temporary bridge
dengan menggunakan bahan semen sementara
● Pada tahap selanjutnya, dilakukan pemasangan percobaan complex bridge
dengan tipe fixed-fixed bridge pada gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25.
Sebelumnya, terlebih dahulu, dilakukan pemeriksaan ketepatan complex
bridge dengan tipe fixedfixed pada gigi 11, 12, 13, 14, 15 dan 21, 23, 24, 25
dengan hasil preparasi.
● Pemasangan percobaan complex bridge dengan tipe fixed- fixed bridge pada
gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25 dengan menggunakan menggunakan
bahan semen sementara
● Pemasangan complex bridge dengan tipe fixed- fixed bridge pada gigi 15, 14,
13, 12, 11, 21, 23, 24, 25 dengan menggunakan bahan Fuji I (Luting Cement/
GC)
● Kontrol I dilakukan 24 jam setelah pemasangan gigi tiruan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan diketahui tidak ada keluhan dari pasien dan hasil
pemeriksaan klinis tidak ada kelainan pada jaringan lunak. Pasien merasa
nyaman dan dapat beradaptasi dengan gigi tiruannya secara baik.
● Kontrol II dilakukan 3 hari setelah dilakukan kontrol I. Tidak ada keluhan
dari pasien, dan pasien merasa puas dan nyaman dengan gigi tiruannya.
Hasil pemeriksaan klinis tidak ada kelainan.
● Kontrol III dilakukan 7 hari setelah kontrol II. Pasien menyatakan tidak
ada keluhan dan merasa nyaman dengan gigi tiruannya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai