Secara umum, unsur kerangka karya ilmiah yang lengkap (skripsi) adalah
(a) pembuka, terdiri atas halaman judul, lembar pernyataan khusus (bersifat manasuka), kata
pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar table/gambar/diagram; (b) isi
(batang tubuh), terdiri atas pendahuluan, induk tulisan terdiri atas bahan (kajian teori) dan
metodologi; dan (c) penutup terdiri atas daftar pustaka, lampiran, indeks, dan daftar riwayat
hidup.
4. Tesis
Pada dasarnya, tesis tidak jauh berbeda dengan skripsi. Perbedaan utama terletak pada
kedalaman dan ketajaman kajian serta kadar kompleksitas masalahnya. Masalah yang
diajukan dalam tesis hendaknya memperhatikan keaslian (belum pernah diteliti orang lain),
jika penelitian tersebut sudah diteliti orang lain, hendaknya bautlah unsur kebaruan pada
penelitian tersebut.
Pengkajian dan pembahasannya dapat mempergunakan teori-teori yang sudah ada. Karya
ilmiah jenis ini biasanya dibuat oleh para mahasiswa strata-2 (S-2) sebagai persyaratan
memperolah gerlar magister.
5. Disertasi
Pada hal tertentu, disertasi merupakan lawan dari skripsi. Jika skripsi merupakan karya
akademik pertama untuk mengawali karier di bidang akademik seseorang, maka disertasi
merupakan karya akademik terkahir sebagi kara puncak
dari perjalanan akademik seseorang. Disertasi tentunya merupakan penelitian
yang lebih mendalam dan tajam dari skripsi dan tesis.
Penulis disertasi disebut promovendus, sedangkan guru besar
yang membimbingnya disebut promotor. Promovendus harus mempertahankan dan
mempertanggungjawabkan disertasinya di hadapan dewan penguji.
Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer
Perbedaan yang menonjol dari karya ilmiah dan karya ilmiah populer terletak pada penggunaan istilah populer itu
sendiri. Jika ditulisuri dari segi esensi meteri sajian, kedua bentuk tulisan itu
sama-sama berlandaskan pada pada keobjektifan dan kedalaman. Perbedaan yang jelas terletak pada
penggunaan bahasa sajian. Bahasa yang digunakan dalam kupasan tulisan ilmiah popular lebih cair, tidak kaku,
menarik, dan mudah dipahami.
Sebuah tulisan yang berlandaskan metode ilmiah dilandasi oleh dua ciri utama,
yakni (a) keobjektifan pandangan, dan (b) kedalaman kupasan.
Ciri keobjektifan sebuah tulisan dapat dilihat berdasarkan beberap hal berikut.
1. Berisi fakta empiris yang sudah teruji dan dapat diuji kebenarannya;
2. Tidak subjektif; dan
3. Tidak mengandung usnur spekulatif dan bersifat sensasional.
Sementara, ciri kedalaman sebuah tulisan ditandai oleh beberapa hal berikut.
4. Memperlihatkan kerja nalar dan bersifat analitis;
5. Mampu menjelaskan “mengapa” dan “bagaimana” sesuatu yang disajikan itu terjadi; dan
Bentuk Tulisan Karya Ilmiah Populer
Bentuk tulisan ilmiah popular sangat berkaitan dengan sasaran konsumennya.
Pada dasarnya, pembaca tulisan ilmiah popular
di masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi,
yakni pembaca (a) tingkat dasar/pemula (siswa SMA/SMK), (b) tingkat
menengah (mahasiswa), dan (c) tingkat lanjut (sarjana).
Pada dasarnya karya ilmiah popular disajikan dalam bentuk deskriptif, namun
tingkatan deskriptifnya berjenjang sesuai dengan sasaran pembaca dan tujuan
sajian tulisannya. Dikatakan bentuk deskriptif karena pada dasarnya karya
ilmiah popular berusaha menyajikan suatu pengetahuan sebagai suatu kumpulan
fakta. Tujuannya
untuk memberitahukan sesuatu melalui pelukisan agar pengetahuan
pembacanya menjadi meningkat. Ketiga bentuk tulisan ilmiah populer dimaksud
adalah (a) deskriptif-naratif, (b) deskriptif-ekspositoris,
dan (c) deskriptif-argumentatif.
a. Deskriptif-naratif lebih ditujukan untuk pembaca karya ilmiah populer tingkat dasar
(SMK/SMK). Pada tingkatan ini, sajian tulisan lebih ditujukan terhadap pendeskripsian
fakta. Meskipun tidak terlalu mendalam, kupasannya setingkat lebih tinggi dari sajian
dalam buku pelajaran.
b. Deskriptif-ekspositoris menyuguhkan kupasan tulisan yang lebih mendalam. Bentuk
tulisan ini lebih dari sekedar melukiskan sesuatu tetapi lebih
ke penggalian sesuatu. Pada bentuk ini dikupas mengenai riwayat penemuan sesuatu
secara historis, juga berisi penjelasan tentang proses pembentukan sesuatu itu. Di samping
itu, isi tulisan juga berisi penjelasan yang berkenaan dengan pertanyaan mengapa (sesutau
itu seperti itu) dan bagaimana (sesuatu itu bisa terjadi seperti itu).
c. Deskriptif-argumentatif akan menambah penjelsan dari butir (a dan b)
dengan penyuguhan masalah yang diikuti dengan cara pemecahan masalahnya. Tulisan ini
tidak hanya sekedar merangsang keingintahuan, tetapi juga merangsang pemikiran.
Tulisan-tulisan ini sering kita dapati
dalam berbagai jurnal yang secara spesifik menangani disiplin ilmu tertentu. Misalnya
pada jurnal Metalingua dan jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia.
Rancangan Membuat Karangan
Rancangan Karangan
Skripsi
Sebagai seorang mahasiswa, tentunya tidak akan terlepas dari sebuah karya ilmiah. Pada tahapan
strata-1 (S-1) tugas akhir yang diberikan biasanya berupa karya ilmiah “skripsi”. Sebelum menulis
skripsi (atau karya ilmiah yang lainnya), tentunya kita harus mempunyai kerangka karangan sebagai
pondasi dasar bahasan yang akan kita bahas.
Kerangka karangan adalah “suatu cara untuk menyusun suatu rangka yang jelas dan struktur yang
terartur dari isi karangan yang akan digarap” (Keraf, 1997: 155).
Melalui kerangka karangan, kita akan memetakan
dan mengorganisasikan ide, gagasan, pikiran yang akan kita tuangkan ke
dalam tulisan. Pemetaan gagasan-gagasan melalui kerangka karangan akan
menuntun penulis pada pengembangan kerangka yang tersusun dengan baik,
teratur, logis,
dan meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan ide yang tidak mendukung
tema tulisan yang dikembangkan.
Manfaat Kerangka Karangan
Terdapat sejumlah manfaat yang bisa dipetik jika dalam proses penulisan sebuah karya tulis
melalui tahapan ini terlebih dahulu. Manfaat-manfaat dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Kerangka karangan sangat membantu penulis untuk memetakan ide-idenya secara
teratur;
b. Kerangka karangan dapat menghindari pemunculan sebuah gagasan secara berulang;
c. Kerangka karangan dapat memandu penulis dalam mengontrol arah dan sasaran
tulisannya agar tidak keluar dan menyimpang dari topik yang telah ditentukan;
d. Kerangka karangan akan mempermudah dan membantu penulis dalam mencari bahan
tulisan dan sumber-sumber rujukan yang diperlukan; dan
e. Melalui pemetaan ide-ide dalam kerangka karangan, kevariatifan suasana dalam sebuah
karangan dapat dibuat oleh penulis secara mudah.
Daftar Pustaka