Anda di halaman 1dari 18

BAB II

INTEGRASI NILAI

Sharon Kezia Irene H (14/364743/SP/26189)


Maya Lutviana Aulia
Nurul Meika Tri Wahyuni
Eva Lutvi Atur Rohmah Ningsih
Izzatu Imaarotissaamiyy Alqudsiyy
Nur Azizah Syariat Madari
Arfindi Yunanda Santoso
Aldilla Galang Ilham Y
Ardhi Cahya R
Roy Trian Sanjaya
Brian Pandika
Kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan tentu saja lebih
rumit dari pada yang dapat dijelaskan.
Melalui ketiga lapisan, yaitu budaya asli, India, dan
Islam.

Indonesia adalah Bhineka tunggal ika. Yang menyeluruh tidak


dapat dengan tuntas dijelaskan oleh bagian-bagiannya.

Menjelaskan Indonesia hanya di dalam kesatuannya


atau hanya keanekaragaman semata-mata hanya
menghasilkan kebenaran.

Jadi orang yang mengatakan bahwa tidak ada


kebudayaan Indonesia, tetapi hanya kebudayaan
kebudayaanya ; ataupun bahwa ada satu kebudayaan
Indonesia, dapat dijelaskan kedua-duanya salah
3 Tipe pokok secara kultural menurut
Geertz
1. Abangan, mewakili unsur yang
menekankan aspek-aspek animistis dan
sinkretisme Jawa secara menyeluruh

2. Santri, mewakili unsur yang menekankan


aspek-aspek islam dari sinkretisme

3. Priyayi, menekankan aspek hindu, dan


berkaitan dengan unsur birokrasi
Konflik yang muncul antara kaum
abangan dan kaum santri
Perbedaan yang ada dalam kedua kaum ini
iyalah dalam organisasi kehidupan masyarakat
untuk abangan unit sosial yang paling dasar
ialah rumah tangga. Agama mereka adalah
“agama” yang tanpa kitab suci, tanpa nabi, dan
tanpa organisasi apapun. Jadi apa yang ada
hanyalah seperangkat rumah tangga yang
saling terpisah. Ketegangan diantara kaum ini
juga karena keduanya tidak saling
menghormati.
RELATIVISME
KONTEKSTUAL
Relativisme kontekstual yang disebutkan
Geertz adalah pandangan religius yang
bersifat non santri.
Satu sintese baru yang didasarkan atas
kemenangan total dari nilai kelompoknya
sendiri atas seluruh masyarakat , tidak akan
terjadi dan bahwa semua masyarakat yang
terbuka akan menggantikan yang tertutup
2. Tiga Sumber Nilai
 Nilai “ penilaian yang bersifat reflektif
tentang apa yang berharga dan apa
yang penting dalam hidup dan tidak
 Nilai-nilai orang Jawa = sistem religius
dan untuk menjelaskanya dengan
menjabarkanya
 Yang artinya melalui mitos yang di
percayainya, ritus yang dirayakanya dan
etika yang ditaatinya.
Wayang = penemuan asli jawa?
Hazeu
>> Wayang kulit adalah asli jawa, tak perlihatkan
adanya pengaruh India.
>> Cerita diambil dari Ramayana, Mahabharata

namun komposisi teknis adalah sepenuhnya


Jawa.
>> Istilah teknis tidak berasal dari sansekerta
tetapi dari Jawa
>> Teater bayangan berasal dari ibadah nenek
moyang yang animistis (arwah nenek moyang
dihidupkan melalui bayang-bayang. Memberi
saran dan bimbingan gaib.
Rassers

 di India ada pertunjukkan “chayanataka” =


pertunjukkan bayang-bayang.
 wayang bukanlah khazanah budaya Indonesia
pada umumnya, melainkan Jawa, Bali yang
dapat pengaruh Hindu terbesar.
Apakah wayang memang
sesungguhnya bercerita tentang
konflik antara yang “baik” dan
“jahat”?

 Tokoh-tokoh dalam wayang tidaklah sekedar


terbagi atas kiri dan kanan
 Menurut Anderson, “kiri” dan “kanan” sama
sekali tidak mutlak itu tergantung dari layar
anda melihatnya
 Pandawa tidaklah mewakili yang baik. Kurawa
tidak mencerminkan yang jahat, keduanya
selalu digambarkan baik di dalam kelemahan
maupun kelebihannya.
Pandangan dunia yang disajikan wayang
bagi orang jawa
 Pandangan dunia orang jawa adalah Totalitas
Melihat semua kenyataan
 Pandangan dunia yang Dualistis
Keserasian alam semesta dipotong oleh
interaksi yg kuat
 Pandangan dunia orang jawa adalahHirearkis
Alam kehidupan dapat dibagi secara horisontal
dan vertikal
RITUS SLAMETAN

Ritus memiliki 2 dimensi. Dimensi yang pertama adalah


hubungan seseorang dengan Yang Kudus dan dimensi yang
kedua adalah hubungan seseorang dengan yang lain.
Ritus yang paling cocok untuk menggambarka dimensi di
atas adalah slametan
Dimensi yang pertama terdapat perbedaan penafsiran
Masyarakat jawa bukanlah masyarakat yang monopolistis
Konflik tak terhindarkan. Sebab tidak semua
unsur dengan mudah dikombinasikan dan
dipadukan. Namun konfllik tidak boleh diterima
begitu saja. Ia harus dijinakkan.

Keserasian dan keselarasan bukanlah ketika


konflik diatasi dengan memperoleh sintese yang
lebih tinggi, tetapi ketika konflik sedapat
mungkin dihindari.
5 HAL MENGENAI DIMENSI PRAKTIS
KEHIDUPAN MANUSIA

(1) Sikap Terhadap Hidup


3 pemahaman mengenai hakekat
hidup:
1. Hidup manusia duniawi adalah jahat
2. Memandang hidup ini baik
3. Memahami hidup sekaligus sebagai
potensial baik dan potensial jahat
(2) Sikap Terhadap Kerja
Kerja tidak berorientasi kepada prestasi,
melainkan kepada status.

(3) Sikap Terhadap Waktu


Waktu berjalan melingkar , sebab itu ia selalu
kembali dan segala sesuatu berulang serta
terulang.
Tanpa disadari, orientasi waktu adalah kepada
masa silam. Masa silam yang akan kembali lagi
dan lagi.
(4) Sikap Terhadap Alam Sekitar

1. Alam begitu berkuasa dan luar biasa,


sehingga manusia harus menundukkan
dirinya.

2. Alam sebagai obyek yang harus


ditundukkan.

3. Manusia dan alam sebagai subyek.


(5) Sikap Terhadap Sesama
Kolektivisme Individualisme

Setiap individu anggotanya ada, Seluruh masyarakat ad dan


bekerja, hidup (dan mati) ada untuk melakukan segala sesuatu untuk
kepentingan masyarakat. kesejahteraan individu-individu.
Individu-individu anggotanya dilahirkan Individu-individu anggotanya
dalam masyarakat. membentuk masyarakat.

Saling ketergantungan dan Hak-hak, kebebasan, serta prestasi


menekankan ketaatan. individual diutamakan.

Saling membantu dan konformitas. Prakarsa pribadi dan kompetisi.

Orang Jawa lebih sesuai dengan


pengaturan masyarakat yang bersifat
kolektivitas.
Orientasi dalam Pengaturan Hidup
Bermasyarakat
1. Individu-Masyarakat
Sistem nilai budaya jawa tidak memberi ruang
cukup untuk ekspresi individual. Masyarakat
dipandang sebagai “keluarga besar yang bahagia”.

Seorang tidak boleh bekerja jauh lebih keras


daripada yang lain, sebab ambisius dapat
berakibat buruk.

Prestasi besar tidak boleh ditonjolkan karena


dianggap sombong.
2. Iindividu-Penguasa
Konsep Jawa mengenai individu-penguasa (negara)
menurut Clifford Geertz:
a. Doktrin Pusat Eksemplaris
Istana, ibukota, dan porosnya adalah raja sendiri.
b. Doktrin Siritualitas Bertingkat
Spiritualitas tidak terbagi merata, menurut tingkat
kedudukan sosio-politisnya, berpuncak di raja dan
berakhir dengan para petani.
c. Doktrin Negara Teater
Ibukota adalah panggung teater, dimana raja
merupakan pemain utama, dan rakyat biasa adalah
penonton, pemain figuran, tetapi juga melalui upeti dan
pengabdian (sponsor).

Anda mungkin juga menyukai