Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI

FATWA DSN-
MUI
Here is where your presentation begins
KELOMPOK 2

AYU LESTARI HASTUTI MUH REZI AL-FALAH


(90100121069) (90100121067) (90100121068)
EKSISTENSI DSN DALAM HUKUM
POSITIF DI INDONESIA

Kedudukan fatwa dalam hierarki tata hukum Indonesia bukan


menjadi salah satu bagian dari peraturan perundang-
undangan. Hal itu dipertegas dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

Produk fatwa yang dihasilkan DSN-MUI merupakan dasar


hukum tidak tertulis bagi perbankan syariah. Walaupun
sebagai dasar hukum tidak tertulis, kedudukan fatwa DSN-
MUI merupakan landasan formal yang memiliki kekuatan
mengikat bagi para pelaku lembaga keuangan syariah,
khususnya perbankan syariah dan umumnya lembaga non-
bank
TUGAS DSN
1 3
Mengeluarkan fatwa atas
Menumbuhkembangkan produk dan jasa keuangan
penerapan nilai-nilai
syariah dalam kegiatan
perekonomian pada
umumnya dan keuangan
khususnya

4
Mengawasi penerapan
fatwa yang telah
2 dikeluarkan

Mengeluarkan fatwa atas


jenis-jenis kegiatan
keuangan
FUNGSI DSN-MUI

One
90% Mengawasi produk-produk lembaga
keuangan syariah agar sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam

80% Two
Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-
produk yang dikembangkan oleh lembaga
keuangan syariah
METODOLOGI FATWA
DSN-MUI
Metodologi pengeluaran atau penetapan fatwa yang digunakan oleh
Dewan Pengawasan Syariah adalah menggunapakai kaedah
Jawatankuasa Fatwa Majlis Ulama Indonesia (atau yang dikenali sebagai
Komisi Fatwa (Fatwa Committee) sebagaimana yang digariskan dalam
Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa Majlis Ulama Indonesia 2000.
Menurut Pedoman dan Prosedur ini setiap masalah yang dibahas oleh
Jawatankuasa Fatwa (termasuk fatwa tentang ekonomi Syariah) haruslah
berdasarkan kepada sumber Syariah yang empat iaitu al-Qur’an, Sunnah,
Ijma’ dan Qiyas
METODE DALAM PENETAPAN
FATWA

1
Pendekatan Nash Qath‟i 2
Pendekatan Qauli
3
Pendekatan nash qath‟i dilakukan Pendekatan manhaji
Pendekatan qauli dilakukan
dengan berpegang pada nash Al- Pendekatan manhaji dilakukan melalui
apabila jawaban dapat dicukupi
Qur‟an dan Hadis untuk sesuatu ijtihad secara kolektif dengan
oleh pendapat dalam kitab-kitab
masalah apabila masalah yang menggunakan metode: mempertemukan
fiqh terkemuka dan hanya terdapat
ditetapkan terdapat dalam nash Al- pendapat yang berbeda , memilih
satu pendapat (qaul), kecuali jika
Qur‟an ataupun Hadis secara jelas pendapat yang lebih kuat dalilnya
pendapat (qaul) yang dianggap
tidak cocok lagi untuk dipegangi (tarjihi), menganalogkan permasalahan
karena sangat sulit untuk yang muncul dengan permasalahan yang
dilaksanakan telah ditetapkan hukumnya dalam kitab-
kitab fiqh
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Fatwa MUI (DSN-MUI) jika dilihat dalam
kerangka hukum positif maka fatwa tersebut tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat. Akan tetapi fatwa memiliki kekuatan hukum yang
mengikat apabila fatwa tersebut diperkuat dengan instrumeninstrumen
negara yang mempunyai alat legitimasi, seperti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Bank Indonesia (PBI), atau sejenisnya. Salah
satu dasar hukum yang dapat dipakai dalam proses transformasi agar
Fatwa DSN-MUI dapat menjadi sebuah hukum positif adalah UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengharuskan Bank
Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah yang bertugas
menafsirkan fatwa DSN-MUI (tugas KPS sebagaimana dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan
Syariah) agar dapat dituangkan menjadi PBI. Oleh sebab itu ketika sebuah
fatwa telah ditransformasi ke dalam PBI maka Bank Indonesia dapat
memberikan sanksi bagi bank syariah atau unit usaha syariah yang tidak
melaksanakan ketentuan sesuai dengan PBI tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai