Anda di halaman 1dari 30

Modul MKWU-1003– PENDIDIKAN AGAMA

07
Fakultas:
Mendirikan Solat Sebagai Tiang Agama
Univesitas Bhayangkara Jakarta Raya
Ilmu Komputer
Dr. H. Tri Ginanjar Laksana, S.Kom, M.Cs, M.Kom
Tanggal
Prodi:
Informatika
2 sks

www.ubharajaya.ac.id
www.ubharajaya.ac.id 1
Mendirikan Solat Sebagai
Tiang Agama
www.ubharajaya.ac.id
www.ubharajaya.ac.id 2
Outline
1. Sejarah dan Dalil Kewajiban Solat
2. Pengertian Solat
3. Syarat, Rukun dan Sah Solat
4. Solat Sebagai Tiang Agama
5. Tata Cara Solat

www.ubharajaya.ac.id
www.ubharajaya.ac.id 3
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
(CPMK)
Mahasiswa dapat memberikan definisi tentang
definisi, kewajiban, syarat, rukun, sunnah, hal yang
membatalkan dan hikmah-hikmah shalat.(C1)

Penjelasan yang terstruktur tentang tentang definisi,


kewajiban, syarat, rukun, sunnah, hal yang membatalkan
dan hikmah-hikmah shalat.

www.ubharajaya.ac.id
www.ubharajaya.ac.id 4
1. Sejarah Dan Dalil Tentang Kewajiban Shalat

a. Sejarah Tentang Diwajibkan Shalat


Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah
mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui
suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu
melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara
akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan
setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu
terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang – terangan menolak
kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya dan yang yakin sekali
kebenarannya.
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban
yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal yang
lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi
yang lainnya

www.ubharajaya.ac.id
2. Pengertian Shalat

Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara
lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat
yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut
kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”
atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau dengan kedua – duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya
sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari
Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan
bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

www.ubharajaya.ac.id
3.Syarat-syarat Shalat 4.Rukun Shalat

• Beragama islam • Niat


• Sudah baligh dan berakal • Takbiratul ihram
• Suci dari hadats • Berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat
• Suci seluruh anggota badan, pakaian dan fardhu. Boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang
tempat sedang sakit.

• Menutup aurat, laki-laki auratnya antara • Membaca surat Al Fatihah pada tiap-tiap raka’at
pusat dan lutut, sedang wanita seluruh • Rukuk dengan tumakninah
anggota badannya kecuali muka dan dua
buah tapak tangan • I’tidal dengan tumakninah
• Masuk waktu yang telah ditentukan untuk • Sujud dua kali dengan tumakninah
masing-masing shalat • Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah
• Menghadap kiblat • Duduk tasyahud akhir dengan tumakninah
• Mengetahui mana yang rukun dan mana • Membaca tasyahud akhir
yang sunah
• Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
• Membaca salam yang pertama
• Tertib: berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

www.ubharajaya.ac.id
6.Sunah Dalam Melakukan Shalat
5.Yang Membatalkan Shalat Waktu mengerjakan shalat ada dua
• Shalat itu batal (tidak sah) apabila salah satu syarat sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah
rukunnya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan ha’iat.
sengaja.
• Dan shalat itu batal dengan hal-hal yang seperti tersebut
dibawah ini: • Sunah Ab’adh
• Berhadats – Membaca tasyahud awal
• Terkena najis tang tidak termaafkan
• Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu – Membaca shalawat pada
huruf yang memberikan pengertian tasyahud awal
• Terbuka auratnya – Membaca shalawat atas keluarga
• Mengubah biat, misalnya ingin memutuskan shalat
• Makan atau minum meskipun sedikit nabi saw. Pada tasyahud akhir
• Bergerak berturut-turut tiga kali, seperti melangkat atau – Membaca qunut pada shalat
berjalan sekali yang bersangatan subuh, dan shalat witir dalam
• Membelakangi kiblat
• Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti rukuk pertengahan bulan ramadhan,
dan sujud hingga akhir bulan ramadhan.
• Tertawa terbahak-bahak
• Mendahului imamnya dua rukun
• Murtad, keluar dari islam.

www.ubharajaya.ac.id
• Sunah Hai’at • Membaca “sami’allahu liman
• Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul hamidah” ketika bangkit dari rukuk
ihram, ketika akan rukuk dan ketika berdiri dari dan membaca “rabbanaa lakal
rukuk. hamdu…..” ketika I’tidal.
• • Meletakkan telapak tangan diatas
Meletakkan telapak tangan yang kanan diatas
pergelangan yang kiri ketika berdekap (sedakep). paha waktu duduk bertasyahud awal
dan akhir dengan membentangkan
• Membaca doa iftitah sehabis takbiratul ihram. yang kiri dan menggenggamkan
• Membaca ta’awwudz (a’uudzu billaahi yang kanan kecuali jari telunjuk.
minasysyaithaanir-rajiim) ketika hendak membaca • Duduk iftirasy dalam semua duduk
fatihah. shalat.
• Membaca amin sesudah membaca fatihah. • Duduk tawarruk (bersimpuh) pada
• Membaca surat Al-Qur’an pada dua raka’at waktu duduk tasyahud akhir.
permulaan (raka’at pertama dan kedua) sehabis • Membaca salam yang kedua.
membaca fatihah. • Memalingkan mula ke kanan dan ke
• Mengeraskan bacaan fatihah dan surat pada kiri masing-masing waktu membaca
raka’at pertama dan kedua pada shalat maghrib, salam pertama dan kedua.
isya dan subuh selain makmum.
• Membaca takbir ketika gerakan naik turun.
• Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.

www.ubharajaya.ac.id
7.Makruh Shalat 8.Hal-hal yang Mungkin Dilupakan

• Orang yang sedang shalat dimakruhkan:


Dalam melaksanakan shalat mungkin ada hal
• Menaruh telapak tangannya didalam lengan bajunya ketika yang dilupakan, misalnya:
takbiratil ihram, rukuk dan sujud.
• Lupa melaksanakan yang fardhu
• Menutup mulutnya rapat-rapat.
• Terbuka kepalanya • Lupa melaksanakan sunah ab’adh
• Bertolak pinggang • Lupa untuk melaksanakan sunah Hai’at
• Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan
• Memejamkan mata
Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan letaknya
• Menengadah ke langit sebelum salam, dikerjakan dua kali sebagaimana
• Menahan hadats sujud biasa.
• Berludah
• Mengerjakan shalat diatas kuburan Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang
• Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusyukan shalat. jumlah bilangan raka’at yang telah dilakukan,
haruslah ia menetapkan yang yakin, yaitu yang
paling sedikit dan hendaklah ia bersujud sahwi.

www.ubharajaya.ac.id
9.Shalat Fardhu dan Waktunya 10.Waktu-waktu yang Dilarang Untuk Shalat

Shalat fardhu itu ada lima dan masing-masing Ada lima waktu yang tidak boleh ditempati melakukan
mempunyai waktu yang ditentukan. Kita diperintahkan shalat, kecuali shalat yang mempunya sebab, yaitu:
menunaikan shalat-shalat itu di dalam waktunya
masing-masing. • Setelah shalat subuh hingga terbitnya matahari
• Zhuhur • Ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik
sekurang-kurangnya setinggi tombak (+/- 100 dari
awal waktunya setelah condong matahari dari permukaan bumi).
pertengahan langit. Akhir waktunya apabila baying-
bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan • Ketika matahari rembang (diatas kepala) hingga
sesuatu itu. condong sedikit ke barat.
• Ashar • Setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari
waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai • Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna.
terbenamnya matahari.
• Maghrib
waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilanya
syafaq (awan senja) merah.
• Isya’
waktunya dari mulai terbenam syafaq (awan senja)
hingga terbit fajar.
• Subuh
waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari.
www.ubharajaya.ac.id
12.Beberapa Pelajaran Dan Kewajiban 11.Shalat-shalat Sunah
Shalat
• Shalat Rawatib
• Shalat sunah wudhu
• Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa • Shalat dhuha
• Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan • Shalat tahiyyatul masjid
• Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur • Shalat tahajjud
• Shalat istikharah
• Shalat Akan membangun etos kerja • Shalat sunah muthlaq
• Shalat sunah awwabin
• Shalat sunah tasbih
• Shalat sunah taubah
• Shalat sunah hajat
• Shalat tarawih
• Shalat witir
• Shalat ‘id (hari raya)
• Shalat dua gerhana
• Shalat istisqa’

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
Berikut ini adalah tata cara dan tuntunan shalat yang benar
sesuai sunnah Rasulullah SAW dari mulai takbir sampai salam :
1) Menghadap Ka’bah
a) Apabila anda (wahai Muslim) ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Ka’bah
(Qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah,
sebab ini termasuk diantara rukun-rukun shalat, dan shalat tidak sah tanpa rukun
ini.
b) Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi seorang
yang sedang berperang pada pelaksanaan shalat khauf saat perang
berkecamuk dahsyat.
Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang
yang sakit atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia
khawatir luputnya waktu.
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia
menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya, jika hal ini
memungkinkan supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ihram, kemudian setelah
itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
c) Wajib bagi yang melihat Ka’bah untuk menghadap langsung kepadanya, dan
bagi yang tidak melihatnya maka ia menghadap ke arah Ka’bah.

Hukum Shalat Tanpa Menghadap Ka’bah Karena Keliru


d) Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya
sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
e) Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu
memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke
arah yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
2) Berdiri

a) Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah
rukun, kec uali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat,
maka dibolehkan baginya shalat di atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk
dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil
duduk jika dia mau, adapun ruku’ dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya,
demikian pula orang yang sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku’nya.
b) Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi
dihadapannya sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih
rendah dari ruku’nya, seperti yang kami sebutkan tadi, apabila ia tidak mampu
meletakkan dahinya secara langsung ke bumi (lantai).

Shalat di Kapal Laut atau Pesawat


c) Dibolehkan shalat fardlu di atas kapal laut demikian pula di pesawat.
d) Dibolehkan juga shalat di kapal laut atau pesawat sambil duduk bila khawatir akan jatuh.
e) Boleh juga saat berdiri bertumpu (memegang) pada tiang atau tongkat karena
faktor ketuaan atau karena badan yang lemah.

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
Shalat Sambil Berdiri dan Duduk
a) Dibolehkan shalat lail (sholat malam) sambil berdiri atau sambil duduk meski tanpa
udzur (alasan syar’i), atau sambil melakukan keduanya. C aranya : ia shalat
memba c a dalam keadaan duduk dan ketika menjelang ruku’ ia berdiri lalu
membaca ayat-ayat yang masih tersisa dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia
ruku’ lalu sujud. Kemudian ia melakukan hal yang sama pada rakaat yang
kedua.
b) Apabila shalat dalam keadaan duduk, maka ia duduk bersila atau duduk dalam
bentuk lain yang memungkinkan seseorang untuk beristirahat.

Shalat Sambil Memakai Sandal


 Boleh shalat tanpa memakai sandal dan boleh pula dengan
memakai sandal.
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
3) Niat
 Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta
menentukan niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan
ashar. Niat ini merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan
maka ini merupakan bid’ah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang
menfatwakan hal itu di antara para ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka
taqlid (fanatik buta).

4. Takbir
a) Kemudian memulai shalat dengan membaca. “Allahu Akbar” (Artinya : Allah Maha Besar).
Takbir ini merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW.
b) Mengangkat kedua tangan, boleh bersamaan dengan takbir, atau sebelumnya, bahkan
boleh sesudah takbir. Semuanya ada landasannya yang sah dalam sunnah Nabi
Muhammad SAW.

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
c) Mengangkat kedua tangan, boleh bersamaan dengan takbir, atau sebelumnya,
bahkan boleh sesudah takbir. Semuanya ada landasannya yang sah dalam
sunnah Nabi Muhammad SAW.
d) Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sesudah takbir, ini
merupakan sunnah (ajaran) para nabi-nabi Alaihimus Shallatu was sallam dan
diperintahkan oleh Nabi SAW kepada para sahabat beliau, sehingga tidak boleh
menjulurkannya.

5) Membaca Do’a Iftitah


6) Qira’ah (Bacaan)
 Kemudian membaca basmalah (bismillah) di semua shalat
secara sirr (tidak dikeraskan suaranya).

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
7) Membaca Al-Fatihah
 Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya, ini adalah rukun shalat, yang
shalat tak sah jika seseorang yang shalat tidak membaca Al-Fatihah, sehingga
wajib bagi orang- orang ‘Ajm (Non Arab) untuk menghafalnya.
8) Bacaan Sesudah Al-Fatihah
 Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang
dilaksanakan. Bacaan pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat
fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu
bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat Maghrib umumnya
diperpendek.

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
9) Ruku’
a) Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah di
jelaskan terdahulu pada takbiratul ihram.
b) Dan takbir, hukumnya adalah wajib.
c) Lalu ruku’ sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap
anggota badan mengambil tempatnya. Adapun ruku’ adalah rukun.
d) Mengucap saat Ruku’ :
“Subhaana rabbiyal ‘adhiimii “ atau “wa bi hamdih.” Tiga
kali
Artinya : “Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung serta
memujilah aku kepada-Nya.”

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
10) I’tidal

a) Selesai ruku’, terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua belah tangan
setentang telinga, seraya membaca sebagai berikut :
“Sami ’allaahu liman hamidah.”
Artinya : “Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”
b) Pada waktu berdiri tegak (I’tidal) terus membaca :
“Rabbanaa lakal-hamdu mil ‘us-samaawaati wa mil-ul-ardhi
wa mil ‘u maa syi’ta min syai’in ba’du.”
Artinya : “Ya allah Tuhan kami ! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi,
dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat

11) Sujud

a) Setelah I’tidal terus sujud (tersungkur ke bumi) dengan meletakkan dahi ke bumi
dan ketika turun seraya membaca “Allaahu Akbar” dan setelah sujud membaca
tasbih sebagai berikut :
b) Menguc ap saat Sujud’ :
“Subhaana rabbiyal-a‘laa” atau “wa bi hamdih.” Tiga kali
Artinya : “Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-
Nya.”

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
12) Duduk Antara Dua Sujud
 Setelah sujud kemudian duduk Iftirosy (kaki kiri ditidurkan dan pantat duduk di atas
nya serta kaki kanan di tegakkan) serta mebaca :
“Rabbighfirli warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii
wa ‘aafinii wa’fu ‘anni.”
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah
segala kekuranganku dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku, dan
berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan
kepadaku.”
Atau memba ca :
“Rabbighfirli Rabbighfirli“
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dosaku. Ya Allah, ampunilah dosaku”
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
13) Duduk Tasyahud / Tahiyat Awal
a) Pada raka’at kedua, kalau shalat kita tiga raka’at atau empat rakaat, maka
pada raka’at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud / tahiyat awal,
dengan duduk kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki.
b) Bac aan Tahiyat Awal :
“Attahiyatul mubarakatus-salawatut-taiyibatu lillah. Assalamu ‘alaika aiyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakatuh. Assalamu ‘alaina wa'ala ‘ibadillahis-salihin. Asy-hadu alla
Ilaha Illallah. Wa asy-hadu anna muhammadar rasulullah. Allahumma salli ‘ala
muhammad.”
Artinya : “Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam,
rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam
(keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang saleh-saleh. Aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah ! Limpahilah rahmat kepada Nabi
Muhammad.”
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat
14) Tasyahud Akhir
 Bacaan tasyahud / tahiyat akhir ialah seperti tahiyat awal yang di tambah
dengan shalawat atas Nabi Muhammad, dan lafazhnya sebagai berikut :
“Wa 'Ala a-li muhammad.”
Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas keluarga Nabi
Muhammad.”
Cara duduk pada tahiyat akhir ialah :
 Tawarruk (yaitu supaya pantat langsung ke tanah, dan kaki kiri dimasukkan
ke bawah kaki kanan)
 Jari-jari kaki kanan tetap menekan ke tanah.

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat

Pada tahiyat akhir membac a shalawat ibrahimiyah :


“Kama sallaita ‘ala ibrahim wa ‘ala a-li ibrahim. wabarik ‘ala muhammad wa'ala
a-li muhammad. kama barakta ‘ala ibrahim wa ‘ala a-li ibrahim. fil ‘a-lamina
innaka hamidummajid.”
www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat

Artinya : “Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim


dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para
keluarganya. Sebagainmana Engkau Memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.”

Di sunnahkan membaca do’a setelah tahiyat akhir :

“Allahumma inni audzubika min adabijahannama wamin adabil qobri wamin


fitnatil mahya walmamati wamin syarri fitnatil masihiddajjal”

www.ubharajaya.ac.id
Tata Cara Shalat

15) Salam
 Selesai tahiyat akhir, kemudian salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri
dengan membac a :
“As-salaamu’alaikum wa rahmatullaah.”
Artinya : “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap
pada kamu sekalian.”

www.ubharajaya.ac.id
THANK YOU
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

www.ubharajaya.ac.id 30

Anda mungkin juga menyukai