Anda di halaman 1dari 8

Bab III

Resume Mengenai Zakat dan Puasa


A. Zakat
1. Pengertian zakat
Menurut istilah, dalam kitab al-Hw, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu.
2. Dalil-dalil Zakat
Di dalam Al-quran banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang wajibnya keutamaan
dan wajibnya zakat. Yang artinya : "Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui" (QS. At-Taubah : 11)
Dalil Tentang zakat Yang artinya: "Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)". (QS. Ar-Rum :39)
3. Rukun Zakat
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta) dengan melepaskan
kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan
menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni
imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.
4. Syarat-Syarat Zakat
Adapun syarat syarat zakat yang perlu diketahui adalah :
Islam, Berakal dan baligh, telah mencapai nishab, merdeka, menacapai haul
5. Macam Macam Zakat
Menurut garis besar, jenis zakat dibagi kedalam dua macam yakni:
Zakat mal atau zakat harta, berupa zakat emas, perak, tumbuh-tumbuhan (bisa berupa
buah-buahan dengan biji-bijian), hewan, maupun barang perniagaan.
Zakat nafs, ialah zakat jiwa yang disebut juga sebagai zakat fitrah (atau zakat yang
diberikan setelah dirinya menyelesaikan ibadah puasa Ramadan).
B. Puasa
1. Pengertian Puasa
Secara bahasa, puasa atau shaum dalam bahasa Arabnya berarti menahan diri dari
segala sesuatu. Jadi, puasa itu ialah menahan diri dari segala perkara seperti makanan,
minuman, berbicara, menahan nafsu dan syahwat, dls. Sedangkan secara istilah,
puasa yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang
dimulai sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Dalam Al-qur'an surat Al-Baqoroh
ayat 187 menerangkan tentang kewajiban berpuasa.
4.Syarat Wajib & Syarat Sah Puasa
Syarat wajib:
a).Islam : Puasa hanya diwajibkan bagi orang yang beragama islam
b).Baligh : (umur 15 tahun ke atas) atau tanda yang lain. Anak kecil tidak wajib puasa.
c).Berakal : Orang gila tidak wajib berpuasa
d).Mampu melaksanakan puasa : Orang yang tidak mampu samada kerana tua atau
sakit tidak diwajibkan ke atas mereka berpuasa.
Syarat Sah:
a). Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.
b). Mumayyiz (iaitu dapat membezakan yang baik dengan yang tidak baik).
c). Suci dari haid (darah kotoran) dan nifas (darah setelah melahirkan anak). Orang
yang kedatangan haid atau nifas tidak sah berpuasa tetapi keduanya wajib mengganti
(membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya. (Qada': Ialah membayar kewajipan
yang ditinggalkan sesudah waktunya, seperti orang yang meninggalkan puasa kerana
haid, wajib ke atasnya menebus puasa yang ditinggalkan itu di dalam bulan lain. Kalau
ketinggalan 3 hari, wajib ke atasnya qada' 3 hari juga)
5. Macam-macam Puasa
Ada beberapa macam puasa, antara lain:
Puasa wajib yang terdiri dari: puasa ramadhan, nadzar dan kafarat.
Puasa sunnah yang terdiri dari: puasa senin kamis, muharam, syawal, arofah dls.
Puasa makruh yang terdiri dari puasa yang dikhususkan pada hari jumat dan sabtu.
Puasa haram yang terdiri dari puasa hari raya idul fitri dan hari raya idul adha serta
puasa sepanjang tahu.
Bab IV
Sholat Berjamaah
Shalat berjamaah merupakan shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama dan salah seorang dari mereka menjadi imam, sedangkan yang lainnya
menjadi makmum.
Shalat lima waktu yang kita sangat diutamakan untuk dikerjakan secara berjamaah,
bukan sendiri-sendiri (munfarid).
Hukum Shalat wajib berjamaah adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan orang muslim.
Sebagian ulama mengungkapkan, hukum Shalat berjamaah adalah fardu Khifayah
Keutamaan Shalat berjamaah bila dibandingkan shalat munfarid adalah dilipatkan 27
derajat.
Anjuran Shalat berjamaah tertuang dalam terjemahan Hadis Rasulullah saw.
“Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “shalat berjamaah lebih utama
dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”(H.R. Bukhari dan
Muslim)"
Baca juga: Apa Itu Riba? Berikut Pengertian, Dasar Hukum, Jenis, Cara Hindari hingga
Hikmah Dilarangnya Riba
Ilustrasi shalat berjamaah (HANDOUT)
Baca juga: Apa itu Ragam Hias? Simak Pengertian, Motif, Pola, dan Teknik
Menggambar
Dalam Buku Pendidikan Agama Islam dan budi Pekerti Kelas VII, dijelaskan mengenai
syarat sah, hingga tata cara melaksanakan shalat berjamaah, yakni:
1. Syarat Sah Salat Berjamaah
Salat berjamaah sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut, yakni:
a. Ada imam
b. Makmum berniat untuk mengikuti imam
c. Shalat dikerjakan dalam satu majelis
d. Shalat makmum sesuai dengan Shalat-nya imam
2. Syarat Imam
Kedudukan imam dalam Shalat berjamaah sangat penting.
Dia akan menjadi pemimpin seluruh jamaah Shalat sehingga untuk menjadi imam ada
syarat tersendiri.
Syarat yang dimaksud, di antaranya:
a. Mengetahui syarat dan rukun salat, serta perkara yang membatalkan salat
b. Fasih dalam membaca ayat-ayat al-Qur'an
c. Paling luas wawasan agamanya dibandingkan yang lain
d. Berakal sehat
e. Baligh
f. Berdiri pada posisi paling depan
g. Seorang laki-laki (perempuan juga boleh jadi imam kalau makmumn- ya perempuan
semua), dan
h. Tidak sedang bermakmum kepada orang lain
3. Syarat Makmum
Sedangkan syarat-syarat menjadi makmum, di antaranya:
a. Makmum berniat mengikuti imam,
b. Mengetahui gerakan shalat imam,
c. Berada dalam satu tempat dengan imam,
d. Posisinya di belakang imam, dan
e. Hendaklah shalat makmum sesuai dengan shalat imam, misalnya imam shalat Asar
makmum juga shalat Asar

4. Makmum Masbuq
Makmum Masbuq adalah makmum yang tidak sempat membaca surat al-Fatihah
bersama imam di rakaat pertama.
Makmum Masbuq adalah makmum yang tidak sempat membaca surat al-Fatihah
bersama imam di rakaat pertama.
Lawan katanya adalah makmum muwafiq, yakni makmum yang dapat mengikuti
seluruh rangkaian shalat berjamaah bersama imam.

5. Halangan shalat Berjamaah


Shalat berjamaah dapat ditinggalkan, kemudian melakukan shalat sendirian (munfarid).
Faktor yang menjadi halangan tersebut, di antaranya:
a. Hujan yang mengakibatkan susah menuju ke tempat shalat berjamaah,
b. Angin kencang yang sangat membahayakan,
c. Sakit yang mengakibatkan susah berjalan menuju ke tempat shalat berjamaah,
d. Sangat ingin buang air besar atau buang air kecil, dan
e. Karena baru makan makanan yang baunya sukar dihilangkan, seperti bawang, petai,
dan jengkol.

6. Tata Cara shalat jamaah


Berikut tata cara melakukan shalat berjamaah, yakni:
a. Shalat berjamaah diawali dengan adzan dan iqpmah, akan tetapi apabila tidak
memungkinkan, cukup dengan iqomah saja
b. Barisan Shalat shof di belakang imam diisi oleh jamaah laki-laki, sementara jamaah
perempuan berada di belakangnya
c. Dalam melaksanakan shalat berjamaah seorang imam membaca bacaan shalat ada
yang nyaring (jahr) dan ada yang dilirihkan (sir).
Bacaan yang dinyaringkan, yakni:
- Bacaan takbiratul ikhram, takbir intiqal, tasmi, dan salam
- Bacaan al-Fatihah dan ayat-ayat al-Qur'an pada dua rakaat pertama
- Shalat Magrib, Isya, dan Subuh, begitu juga dengan shalat Jumat, gerhana, istisqal,
idain (dua hari raya), Tarawih dan Witir
d. Makmum harus mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahului gerakan imam
e. Setelah salam, imam membaca dzikir dan doa bersama-sama dengan makmum atau
membacanya sendiri-sendiri
Bab V
Tata Cara Mengurus Jenazah dalam Islam, Umat Muslim Waji
Tahu

Memandikan Jenazah
Tata cara mengurus jenazah yang pertama adalah memandikan jenazah. Hal ini
sebagai tindakan untuk memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang sudah
meninggal dunia. Adapun tata cara memandikan jenzah dalam Islam yang benar adalah
sebagai berikut:
Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan. Pastikan
orang yang memandikan jenazah memakai sarung tangan.
Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar
auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki serta rambutnya.
Langkah berikutnya, bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun
dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang
ada di dalamnya keluar. Kemudian siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah
dengan air sabun.
Setelah itu, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin jenazah.
Niat memandikan jenazah laki-laki:
Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti lillahi ta'aalaa
Artinya : "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita) ini
karena Allah Ta'ala."

5. Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya
sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki
dan siram lagi dengan air kapur barus.
6. Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat.
Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
7. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib
dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi
mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
8. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
9. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.

Cara Mengafani Jenazah Laki-laki


1. Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, letakkan secara
vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama. Bentangkan kain
kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
2. Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah itu,
bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.Beri
wewangian pada kain kafan lapis kedua.
3. Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan jenazah di tengah-
tengah kain kafan lapis ketiga.
4. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan
ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain
dari sisi kanan ke kiri.
5. Selanjutnya,tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain
dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.
Menyolatkan Jenazah
Setelah selesai memandikan dan mengafani jenazah, tata cara mengurus jenazah
berikutnya menyolatkan jenazah. Adapun tata cara menyolatkan jenazah adalah seperti
berikut:
1. Berniat (di dalam hati).
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4. Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
5. Setelah takbir kedua, membaca shalawat "allahumma sholli ‘ala Muhammad"
6. Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah sebagai berikut:
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’
madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa
kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min
daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul
jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang
mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau
suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga,
jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka." (HR. Muslim no. 963)
7. Takbir keempat membaca doa sebagai berikut:
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
Artinya:
"Ya Allah, jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia".
Untuk jenazah perempuan, kata –hu diganti –haa.
8. Salam

Anda mungkin juga menyukai