Anda di halaman 1dari 22

MK.

Pengantar
Pendidikan Anak
Berkebutuhan
Khusus
Aswar, M.Pd.
Pendidikan
Khusus Anak
Tunagrahita
 Materi
 Diskusi
 Tes Normatif
Tujuan Kegiatan Belajar

01 Definisi, Klasifikasi, Penyebab, Pencegahan


Mahasiswa mampu mengetahui defiinisi, klasifikasi, penyebab terjadinya, dan cara
pencegahan ketunagrahitaan.

02 Dampak: Akademik, Sosio-emosional, Fisik-Kes


Mahasiswa mampu memahami dampak ketunagrahitaan pada aspek akademik, sosio-
emosional, dan fisik-kesehatan.

03 Kebutuhan khusus dan Profil Pendidikan


Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami kebutuhan khusus serta
profil pendidikan bagi anak tunagrahita
Definisi Tunagrahita
Kondisi kecerdasan di
bawah rata-rata
 Fungsi intelektual umum secara signifikan berada
di bawah rata-rata
 Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif
 Ketunagrahitaan berlangsung pada periode
perkembangan (sejak konsepsi – 18 tahun)

Peristilahan di
Indonesia.

1. Lemah pikiran (t. 1967)


2. Terbelakang mental (t. 1967 -
1983)
3. Tunagrahita (t. 1983),
diperkuat oleh PP No.
72/1991 tentang Pendidikan
Luar Biasa
Mild mental Tunagrahita IQ-nya 70 - 55
retardation

Moderate mental Tunagrahita IQ-nya 55 - 40


retardation

Severe mental Tunagrahita IQ-nya 40 - 25


retardation

Profound mental Tunagrahita IQ-nya 25 – ke bawah


retardation

Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Klasifikasi - PP 72 Tahun 1991
Tunagrahita ringan
IQ-nya 50 - 70.

Tunagrahita sedang
IQ-nya 30 - 50

Tunagrahita berat dan sangat berat


IQ-nya kurang dari 30
Klasifikasi – AAMR 1992

Intermitten needs Limited needs


Bantuan dibutuhkan secara berkata Sering membutuhkan bantuan
atau tidak selalu membutuhkan
bantuan

Extensive needs Perpasive needs


Membutuhkan bantuan dalam jangka Kebutuhan bantuan sepanjang
waktu lama dan bantuannya serius waktu
Klasifikasi – Kelainan Jasmani (Klinis)
Down Syndrome (Mongoloid)
Memiliki raut muka menyerupai orang
Mongol dengan mata sipit dan miring,
lidah tebal suka menjulur ke luar,
telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi
kurang baik Macrocephal
Memiliki ukuran kepala yang besar dari
ukuran normal

Microcephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang
kecil

Hydrocephal
Kepala besar, raut muka kecil,
pandangan dan pendengaran tidak
sempurna, mata kadang-kadang juling
Kretin (Cebol)
Badan gemuk dan pendek, kaki dan
tangan pendek dan bengkok, kulit
kering, tebal, dan keriput, rambut
kering, lidah dan bibir, kelopak mata,
telapak tangan dan kaki tebal,
pertumbuhan gigi terlambat.
Penyebab Ketunagrahitaan
Genetik & kromosom Pra-kelahiran Saat kelahiran Masa perkembangan

Gen orang tua mengalami  Adanya penyakit rubella • Kelahiran prematur • Penyakit radang selaput otak
kurangnya produksi enzim pada janini, dan atau • Kekurangan oksigen (meningitis)
yang memproses protein dan  Infeksi penyakit spyhilis • Trauma kepala akibat • Radang otak (encephalitis)
terjadi penumpukan asam intervensi alat-alat
yang disebut phenylpyruvic – kedokteran
kerusakan otak
Usaha Pencegahan Ketunagrahitaan

 Penyuluhan genetik
 Tes darah
 Diagnostik prenatal
 Program KB
 Imunisasi

 Tindakan operasi
 Intervensi dini
 Sanitasi lingkungan
 Diet sesuai ahli kesehatan
 Pemeliharaan kesehatan
Dampak Umum Ketunagrahitaan
Akademik
 Terbatas mengenai hal-hal yang abstrak
 Lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning)
 Menghindarkan diri dari perbuatan berpikir
 Cepat bosan, merasa susah, dan mengantuk pada mapel matematika
 Minat bagus pada mapel seni, olahraga atau keterampilan

Sosio-emosional
 Ketidakmampuan dalam memahami
aturan sosial, keluarga, sekolah, dan
masyarakat
 Tidak dapat mengurus diri, memelihara,
Fisik/Kesehatan
dan memimpin diri
 Struktur dan fungsi tubuh kurang daripada anak normal
 Cenderung bergaul atau bermain dengan
 Dapat berjalan dan berbicara pada usia lebih tua dari anak
anak yang lebih muda dari usianya
normal
 Memiliki rasa empati yang cukup baik
 Sikap dan gerakannya kurang indah – cenderung tunawicara
 Memiliki ketekunan yang baik saat bekerja
 Pendengaran dan penglihatan kurang sempurna
 Kurang mampu merawat diri, sehingga cenderung mudah
terkena penyakit.
Dampak Ditinjau dari tingkatannya
Tunagrahita ringan
 Masih mampu melakukan kegiatan bina diri: merawat diri, adaptasi
sosial, dan melakukan tata laksana rumah (mandiri)
 Dalam belajar, tidak mampu mempelajari hal-hal bersifat abstrak
 Mampu melaksanakan tugas-tugas kelas VI SD meski telah dewasa
 Dapat mengerjakan perkerjaan yang bersifat semi skilled

Tunagrahita sedang
 Dapat melakukan kegiatan bina diri,
khususnya makan, minum, berpakaian
sendiri, ke kamar mandi, dst.
 Sedikit bergantung kepada orang tua
 Dapat mengerjakan pekerjaan rutin:
Tunagrahita berat
 Membutuhkan bantuan secara terus-menerus
menganyam, menenun, tapi butuh
 Mereka dapat dilatih untuk hal-hal yang sederhana dan
diawasi.
berulang-ulang, seperti mengampelas papan tetapi harus
 Dalam hal akademik, mereka mampu
selalu dalam pengawasan.
menulis namanya, alamatnya, dan nama
orang tuanya.
Dampak Ditinjau dari tingkatannya
Tunagrahita ringan
 Masih mampu melakukan kegiatan bina diri: merawat diri, adaptasi
sosial, dan melakukan tata laksana rumah (mandiri)
 Dalam belajar, tidak mampu mempelajari hal-hal bersifat abstrak
 Mampu melaksanakan tugas-tugas kelas VI SD meski telah dewasa
 Dapat mengerjakan perkerjaan yang bersifat semi skilled

Tunagrahita sedang
 Dapat melakukan kegiatan bina diri,
khususnya makan, minum, berpakaian
sendiri, ke kamar mandi, dst.
 Sedikit bergantung kepada orang tua
 Dapat mengerjakan pekerjaan rutin:
Tunagrahita berat
 Membutuhkan bantuan secara terus-menerus
menganyam, menenun, tapi butuh
 Mereka dapat dilatih untuk hal-hal yang sederhana dan
diawasi.
berulang-ulang, seperti mengampelas papan tetapi harus
 Dalam hal akademik, mereka mampu
selalu dalam pengawasan.
menulis namanya, alamatnya, dan nama
orang tuanya.
Kebutuhan Khusus &
Profil Pendidikan Anak
Tunagrahita
Kebutuhan Khusus Anak Tunagrahita
Kebutuhan pendidikan
 Jenis mata pelajaran: lebih diarahkan pada pelajaran
keterampilan (berkisar 70%), dan sisanya untuk
akademik dan apresiasi.
 Waktu belajar: membutuhkan pengulangan dalam
mempelajari sesuatu dan butuh didukung dengan
contoh-contoh konkret serta alat bantu
 Kemampuan bina diri: kajian bina diri harus diajarkan
secara rutin dan terencana.

Kebutuhan sosio-emosional Kebutuhan fisik dan kesehatan


 Umumnya membutuhkan  Kebutuhan bergantung derajat
sosialisasi, namun dalam ketunagrahitaannya.
mewujudkannya mengalami
kendala lantaran
keterbatasannya
 Memerlukan bantuan para ahli,
orang tua dan kerabatnya dalam
mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Profil Pendidikan
Anak Tunagrahita
Tujuan pendidikan anak tunagrahita
Ciri khas pelayanan
Materi pelajaran
Strategi pembelajaran
Media pembelajaran
Sarana
Fasilitas pendukung
Evaluasi
Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita

TP – Suheri (1980 Tempat pendidikan

 TP ATG ringan: dapat mengurus & membina diri,


bergaut di masyarakat, dan mengerjakan sesuatu u/
 Sekolah khusus (SLB-C), jumlah murid
bekal hidupnya
 TP ATG sedang: dapat mengurus diri, bergaut dengan rata-rata 8 orang, paling banyak 12
keluarga & tetangga, dan mengerjakan sesuatu secara
rutin dan sederhana
2021 orang, paling sedikit 5 orang
 Kelas jauh
 TAPI ATB berat: dapat mengurus diri secara  Guru kunjung
 Lembaga perawatan
sederhana, melakukan kesibukan bermanfaat, dan
dapat bergembira (nonton TV, dst).

Sistem integrasi Sistem inklusif


 Di kelas biasa tanpa kekhususan
 Di kelas biasa dengan guru konsultan
Anak tunagrahita mengikuti pendidikan bersama
 Di kelas biasa dengan guru kunjung
anak normal, dan mendapatkan program yang
 Di kelas biasa dengan ruang sumber
sesuai dengan kemampuannya.
 Kelas khusus / kelas khusus sebagian waktu
Ciri Khas Pelayanan
Ciri-ciri khusus

 Bahasa yang digunakan, bahasa sederhana dan


jelas serta sering didengar oleh ATG
 Penempatan di kelas, di depan bersama anak
yang mirip kemampuannya, dan jika
berdampingan anak normal, maka pilihkan anak
yang supel (memiliki sikap keakraban)
 Ketersediaan program khusus

Prinsip khusus

 Prinsip skala perkembangan mental


 Prinsip kecepatan motorik
 Prinsip keperagaan
 Prinsip pengulangan
 Prinsip individualisasi
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
 Pengelompokan murid: sesuai minat dan kemampuan
belajar
 Pengaturan lingkungan belajar: posisi tempat duduk &
dapat berpindah-pindah tempat sesuai kebutuhannya
 Mengadakan pusat belajar: sudut bahasa, IPA,
berhitung, dst.

Strategi kooperatif Strategi modifikasi tingkah laku


 Pengintegrasian anak tunagrahita belajar  Tujuannya ialah mengubah,
bersama anak nornal menghilangkan, dan mengurangi tingkah
 Anak normal/pandai dapat membantu laku tidak baik ke tingkah laku yang baik
temannya yang lemah  Menerapkan teknik reinforcement berupa
 Dapat meningkatkan sosialisasi ATG, pujian, hadiah, atau elusan.
berupa harga diri, sikap positif terhadap
prestasi, dan pengoptimalan potensi dirinya
 Guru perlu merumuskan tujuan yang tepat
dan “mencintai profesinya”
Materi, Media, Sarpras, Evaluasi

Materi Media
• Pelajaran mempunyai ciri • Alat latihan kematangan motorik: puzzle
kecepatan motorik (unsur praktek) • Latihan kematangan indera
• Pelajaran berkaitan dengan • Alat latihan mengurus diri: memasang
kehidupan sehari-hari kancing
• Bahan tidak berbahaya, ukuran pas, dst.

Sarana - fasilitas Evaluasi


• Sarana belajar: penyesuaian ukuran, • Waktu mengadakan evaluasi: berlangsung
bentuk, dan warna (dimodifikasi) selama proses belajar, tidak mesti diakhir.
• Fasilitas: alat terapi bicara, alat • Alat evaluasi: lisan, tulisan, perbuatan/praktik
permainan, miniatur objek pembelajaran. • Kriteria keberhasilan: longitudinal
• Pencatatan hasil evaluasi: kuantitatif-kualitatif
THANK YOU
Salama tapada salama...

Anda mungkin juga menyukai