Anda di halaman 1dari 26

Penggunaan

Antibiotik
Secara
Rasional
Grasella Angelika Putri
Narasumber :
dr. Widayat Djoko, SpPD, KPTI
Pendahuluan

 Penggunaan antibiotik semakin marak digunakan, tanpa adanya rasionalitas yang jelas
 Data CDC : 2,8 juta orang resistensi antibiotik di Amerika Serikat per tahun. Lebih dari 35.000 orang meninggal
setiap tahunnya

Penemuan antimikroba baru


menurun
kejadian resistensi antimikroba
meningkat

Antibiotic/antimicrobial resistance [Internet]. Available from: https://www.cdc.gov/drugresistance/about.html


Yuliati, D. Landasan Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Indonesia. Presentasi Simposium Nasional Kemenkes. Feb 2018
Antibiotik dan Prinsip antibiotik

 Antibiotik adalah salah satu bagian dari antimikrobial yang bertujuan untuk mengatasi
infeksi bakteri
 Infeksi bakteri vs virus
 Gejala >> (lebih dari 10-14 hari) dibandingkan infeksi virus
 Demam infeksi bakteri >> virus
 Pemeriksaan leukosit dan neutrofil yang melebihi nilai normal :infeksi bakteri
 CRP pada infeksi bakteri >> dibandingkan infeksi virus
 Procalcitonin (PCT) lebih dari 2 ng/mL adalah salah satu indikator dari infeksi bakteri

Thomas J, Pociute A, Kevalas R, Malinauskas M, Jankauskaite L. Blood biomarkers differentiating viral versus bacterial pneumonia aetiology: a literature review. Ital J Pediatr. 2020;
Prinsip Terapi Antibiotik - 1

 Memilih antibiotic secara empiric berdasarkan kemungkinan kuman penyebab, pola


kepekaan, dan resistensi di RS setempat.
 Pemberian antibiotic berdasarkan kondisi pasien, komorbiditas, usia, dan kegagalan organ
yang dapat mempengaruhi ekskresi obat)
 Memiliki spektrum yang paling sempit kecuali pasien dalam kondisi berat atau sepsis.
Lalu, lakukan strategi deeskalasi
 Lakukan pemeriksaan mikrobiologi agar pathogen definit dapat diidentifikasi
 Mengganti antibiotic sesuai dengan pathogen definit yang ditemukan
 Evaluasi respons terapi setiap 3 hari baik secara klinis, laboratorium, dan atau radiologis.
Bila perlu dengan PCT

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Prinsip Terapi Antibiotik - 2

Bila antibiotik Apakah diagnosis sudah tepat?


tidak
memberikan
Apakah terdapat sumber infeksi yang belum ditatalaksana secara
respon sesuai adekuat?
dengan yang
diharapkan Apakah spektrum AB yang diberikan sesuai?

Apakah dosis yang diberikan cukup?

Apakah cara pemberian AB sudah tepat?

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Prinsip Terapi Antibiotik - 3

 Lakukan eskalasi AB atau AB kombinasi jika spektrum AB sebelumnya dinilai kurang


adekuat
 Lakukan deeskalasi apabila kondisi klinis/laboratorik pasien menunjukkan perbaikan
 Penghentian AB dilakukan jika klinis, parameter laboratorik, dan imaging perbaikan, serta
durasi Ab optimal (7-8 hari dan maksimal 14 hari)

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan
Golongan Contoh Aktivitas
Penisilin G dan Penisilin G dan V Aktif terhadap kokus gram positif, namun cepat dihidrolisis oleh penisilinase atau
penisilin V beta lactamase, tidak efektif terhadap S. aureus

Penisilin resisten Metisilin, nafsilin, oksasilin, Terapi utama pada S. aureus yang memproduksi penisilinase
terhadap beta- kloksasilin, dan dikloksasilin
laktamse/penisilina
se
Aminopenisilin Ampisilin, amoksisilin Aktivitas terhadap bakteri gram positif dan gram negative, seperti H. influenzae, E.
coli, dan Proteus mirabilis. Sering diberikan dengan inhibitor beta lactamase (asam
klavulanat, sulbactam, tazobactam). Ampicilin sulbactam dapat menjadi pilihan
deeskalasi pada infeksi Acinetobacter

Karboksipenisilin Karbenisilin, tikarsilin Antibiotik untuk Pseudomonas, Enterobacter, dan proteus. Aktivitas antibiotik ini
lebih rendah dibandingkan ampisilin untuk kokus gram positif. Golongan ini dapat
dirusak oleh beta-laktamase
Ureidopenisilin Mezlosilin, azlosilin, dan Aktivitas antibiotik terhadap pseudomonas, klebsiella, dan gram negative lainnya.
piperacilin Golongan ini dapat dirusak oleh beta laktamase
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan
I Sefaleksin, sefalotin, sefazolin, sefradin, Gram positif dan memiliki aktivitas sedang
sefadroksil terhadap gram negatif

II Sefaklor, sefamandol, sefuroksim, sefoksitin, Memiliki aktivitas antibiotik gram negatif >>
sefotetan, sefmetazol, sefprozil generasi I

III Sefotaksim, seftriakson, seftazidim, sefiksim, Kurang aktif terhadap kokus gram positif
sefoperazone, seftizoksim, sefpodoksim, dibanding generasi I, lebih aktif terhadap
moksalaktam Enterobacteriaceae, termasuk strain yang
memproduksi beta lactamase. Seftazidim dan
sefoperazone aktif terhadap P. aeruginosa, namun
kurang aktif dibanding generasi III lainnya
terhadap kokus gram positif
IV Sefepim, sefpirom Aktivitas lebih luas dibanding generasi III dan
tahan terhadap beta laktamase
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Monobaktam
 Contoh : aztreonam.
 Spektrum : gram negative yang memproduksi beta lactamase. Aktivitasnya sangat baik
terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H. influenzae, dan gonokokus.
 Antibiotik ini dapat terdistribusi dengan baik ke seluruh tubuh, termasuk ke cairan
serebrospinal dan dieksresi utuh melalui urin

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Karbapenem grup 2 (Meropenem, Imipenem, Doripenem)


 Spektrum : gram positif, gram negatif, anaerob, Pseudomonas sp. A. baumanii, kecuali
MRSA dan E. faecalis. Antibiotik ini dapat mengatasi bakteri yang memproduksi beta
laktamase
 Penggunaan : empiris pada infeksi berat dan sepsis karena infeksi nosocomial termasuk
pada pneumonia, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi aliran
darah, infeksi saluran kemih dan febrile neutropenia.
 Untuk kasus multidrug resistant (MDR) Pseudomonas dan Acinetobacter sp maka
dikombinasikan dengan colistin/polymixin

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Tigecyclin
 Tigecyclin : turunan dari tetrasiklin dengan spektrum luas.
 Spektrum : kuman gram positif termasuk MRSA, gram negative termasuk
Acinetobacter. Pseudomonas tidak termasuk dalam spektrum ini
 Indikasi : pneumonia, infeksi intraabdomen, dan infeksi kulit dan jaringan lunak yang
berasal dari komunitas. Tidak diberikan pada infeksi salurah kemih dan infeksi pembuluh
darah karena kadar dalam urin dan darah rendah.
 Tidak diberikan secara monoterapi pada sepsis karena mortalitas tinggi
 Penggunaan definitive pada infeksi karena MRSA pada organ, infeksi ESBL, dan
alternative pilihan pada Acinetobacter baumanii

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Amikacin
 Golongan aminoglikosida.
 Indikasi : infeksi akibat gram negative termasuk pseudomonas, sebagian infeksi gram
positif kecuali MRSA.
 Dapat digunakan sebagai kombinasi bersama karbapenem, piperacillin-tazobactam, dan
antipseudomonal cephalosporin.
 Dapat digunakan pada febril neutropenia dan infeksi saluran kemih.
 Penggunaan definitive pada infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Fosfomisin : terapi alternative pada infeksi Acinetobacter, dengan spektrum gram


positif dan negative

Polymixin B
 Indikasi : terapi definitive MDR/PDR pseudomonas aeruginosa dan Acinetobacter
baumanii dalam kombinasi dengan karbapenem, piperacillin-tazobactam, fosfomisin,
aminoglikosida

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Pilihan Antibiotik berdasarkan Golongan

Vancomisin
 Golongan glycopeptide.
 Indikasi pada kecurigaan yang disebabkan oleh MRSA, necrotizing fasciitis, gangrene
diabetikum, septic flebitis yang progresif, necrotizing pneumonia, HAP/VAP yang tidak
responsive dengan terapi antibiotik empiric spektrum luas.
 Dosis vancomisin 2x1 gr IV intermittent infusion

Linezolid
 Termasuk golongan oxalidinone dengan indikasi pada kecurigaan infeksi MRSA.
 Dosis : 2x600 mg IV

Chen L, Nelwan E, Susilo A, Sinto R, Bratanata J, Kamelia T, et al. Pedoman penggunaan antibiotik RSCM. Jakarta;
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
penggunaan antibiotik
 Resistensi antibiotic
 Farmakokinetik dan farmakodinamik obat
 Interaksi dan efek samping
 Biaya
Resistensi Antibiotik

Wright G. Q&A: Antibiotic resistance: where does it come from and what can we do about it? BMC Biol. 2010;8.
Resistensi Antibiotik

 Staphylococcus aureus (MRSA)


 Extended spectrum beta lactamase(ESBL)
 Multidrug resistant gram negatif
 Carbapenemase-producing Enterobactericeae (CRE)

Tong SY, Chen LF, Fowler VG Jr. Colonization, pathogenicity, host susceptibility, and therapeutics for Staphylococcus
aureus: what is the clinical relevance? Semin Immunopathol. 2012 Mar;34(2):185-200
Farmakokinetik dan Farmakodinamik

 Farmakokinetik : perjalanan obat di dalam tubuh kita


 Absorbsi : berhubungan dengan bioavaibilitas obat (persentase obat yang mencaoai sirkulasi
sistemik)
 Distribusi : proses difusi obat dari IV ke extravascular
 Metabolisme
 Eliminasi

 Farmakodinamik : efek obat ke dalam tubuh kita

Onufrak NJ et al. Pharmacokinetic and pharmacodynamic principles of anti-infective dosing. Clin Ther. 2016
Farmakokinetik dan Farmakodinamik

 Time dependent killing : waktu dimana konsentrasi antibiotic tetap berada di atas MIC
selama interval dosis (t > MIC).
 Antibiotik yang tergolong dalam jenis ini akan memiliki daya bunuh yang efektif jika kadarnya
berada di atas MIC dan lama di dalam darah.
 Contoh antibiotic: beta lactam (penisilin, sefalosporin, karbapenem), clindamisin, makrolid
(eritromisin, claritromisin), linezolid
 Concentration dependent : konsentrasi tertentu yang dibutuhkan untuk dapat
mengeradikasi bakteri (rasio peak/MIC).
 Contoh antibiotic: aminoglikosida dan quinolone.
 Diperlukan minimal rasio peak/MIC ≥10 agar antibiotic efektif.

Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta; 2011
Farmakodinamik

Quintiliani R. Pharmacodynamics of Antimicrobial Agents: Time-Dependent vs. Concentration-Dependent Killing [Internet]. [cited 2020 Aug 24]. Available from:
 Faktor interaksi dan efek samping obat
 Pemberian antibiotic bersamaan dengan antibiotic lain, obat lain, atau makanan dapat
menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek yang terjadi dapat berupa penurunan
absorbsi obat atau meningkatkan toksisitas obat. Contohnya pemberian ciprofloxacin
bersamaan dengan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dan berisiko terjadinya henti
jantung atau kerusakan otak secara permanen.
 Faktor biaya
 Peresepan antibiotic yang mahal dengan harga yang berada di luar batas kemampuan
pasien dapat menyebabkan kegagalan terapi akibat pasien yang tidak sanggup membeli
antibiotic.
Terapi intervena  terapi per oral

1. Terapi intravena sudah berjalan 48-72 jam


2. Kondisi pasien membaik
3. Hemodinamik pasien stabil
4. Temperatur tubuh dan kadar leukosit berangsur membaik
5. Tersedia antibiotik oral yang sesuai dan dapat ditolerir pasien
6. Saluran cerna dalam kondisi baik dan tidak ada malabsorbsi
7. Terapi abses hati, abses yang sudah didrainase, empyema,
osteomyelitis dan arthritis septik yang sudah berlangsung
setidaknya dua minggu.
Menilai ketepatan
Alur Gyssen penggunaan antibiotik di RS

Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta; 2011.
Alur Gyssen

Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta; 2011.
Alur Gyssen

Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta; 2011.

Anda mungkin juga menyukai