Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN

ANTIMIKROBA
Rooswidiawati Dewi, M.Kes
Latar Belakang
 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat
 30-80% penggunaan antibiotik di pelayanan kesehatan tidak sesuai indikasi
 Hasil penelitian Antimicrobial Resistant In Indonesia (Amrin Study) 2.494 individu
di masyarakat Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara
lain Ampisilin (34%),kotrimoksazol (29%) dan Kloramfenicol (25%)
 Pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%
Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik,
yaituampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%),
siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%).

KEMENKES 2020
Latar Belakang
Resistensi Antimikroba

01 . 02

Prediksi Distribusi
03 Diprediksi di tahun 2050
mencapai 10 juta orang
04 . Asia sekitar 4,7 juta

per tahun di seluruh


Afrika 4.1 juta
Australia, Eropa,
dunia.
Amerika 1.2 juta

Kemenkes 2021
• Resistensi antimikroba (AMR) adalah ancaman kesehatan
dan pembangunan global.
• WHO telah menyatakan bahwa AMR adalah salah satu dari
10 besar ancaman kesehatan masyarakat global yang
dihadapi umat manusia.
SEJARAH ANTIBIOTIKA
• Antibiotika Penicillin ditemukan pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming (Fleming, 1929).
Sejak ditemukannya antibiotik sebagai agen antimikroba, antibiotik dikenal telah menyelamatkan
banyak nyawa terutama pada penggunaannya selama Perang Dunia II .
• Penemuan penisilin sebagai antibiotik pertama membawa Alexander Fleming meraih Penghargaan
Nobel pada 1945
DASAR HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resisten Antimikroba di Rumah Sakit

FKTL dan FKTP


Komite Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba
 Kebijakan Penggunaan antibiotik
 Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi
PENGERTIAN
Kemenkes 2018 18-24 Nov 2021
WHO 2015

.
Bakteri resisten yaitu kondisi Resistensi Antimikroba
adalah kemampuan mikroba Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia
dimana bakteri menjadi kebal
terhadap antibiotik yang untuk bertahan hidup Tujuan : meningkatkan kesadaran akan
awalnya efektif untuk terhadap efek antimikroba Resistensi Antimikroba/ Antimicrobial
pengobatan infeksi yang sehingga tidak efektif Resistance (AMR) secara global.
disebabkan oleh bakteri dalampenggunaan klinis
tersebut.

Argudin et al 2017
2019
Perkembangan resistensi antibiotik yang cepat tidak
diimbangi dengan penemuan agen antimikroba baru. Jika .
Resistensi antimikroba atau antimicrobial
AMR tidak dikendalikan, diperkirakan bahwa sebagian resistance (AMR) adalah kondisi saat bakteri,
besar antibiotik yang digunakan saat ini untuk mengobati virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan,
infeksi manusia dan hewan akan sia-sia dalam lima sehingga kebal terhadap obat-obatan yang
sampai sepuluh tahun kedepan, sehingga situasi
diberikan. Jika dibiarkan, risiko penyebaran
kesehatan akan kembali seperti ke era sebelum
penyakit dan kematian menjadi semakin tinggi
ditemukannya antibiotik
• Antibiotika merupakan substansi kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme
yang lain. Sedangkan antimikroba memiliki arti yang lebih luas
lagi karena juga mencakup substansi kimia yang dihasilkan
melalui proses sintesis di laboratorium
• Antimikroba adalah agen yang bekerja di berbagai organisme
termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa, dan helminthes.
Antibiotik termasuk dalam sub kategori dari kelompok besar itu
dan termasuk zat yang memiliki kemampuan untuk membunuh
dan menghentikan pertumbuhan bakteri.
ANTIMIKROBA VS ANTIBIOTIK
• Antimikroba bekerja melawan berbagai macam organisme sementara antibiotik
hanya bekerja melawan bakteri.
• Antimikroba meliputi antibakteri, antijamur, antivirus, anti helminthes dan
antiprotozoa.
• Antimikroba merupakan obat untuk memberantas infeksi yang disebabkan oleh
mikroba pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh fungi mau pun secara sintetik yang dapat menghentikan
perkembangan bakteri dan mikrorganisme lainnya (Utami, 2011).
• Tidak seperti kebanyakan antimikroba, resistensi merupakan masalah dengan
antibiotik.
• Efek simpang bervariasi tergantung pada jenis obat.
Sumber : Antibitiotic Resistance (WHO 2020)

TUJUAN
Pengendalian Resistensi Meskipun ada beberapa antibiotik
baru yang sedang dikembangkan,
Antimikroba adalah tidak satupun dari antibiotik tersebut
aktivitas yang ditujukan diharapkan efektif melawan bentuk
bakteri resisten antibiotik yang
untuk mencegah dan/atau paling berbahaya
menurunkan adanya
kejadian mikroba resisten.

MUNCULNYA
PENYAKIT
INFEKSI BARU

Resistensi antibiotik menyebabkan


 Tingginya biaya kesehatan ERA PASCA ANTIBIOTIK
 Lamanya waktu perawatan
 Tingginya angka kematian
Penyebab

A B C D

01 Tidak adanya
indikasi 02 Indikasi yang 03 Pemilihan
Antimikroba 04 Dosis yang
tidak Tepat
Kurangnya
Penerapan PPI
tidak tepat yang tidak tepat
penggunaan
antimikroba

Kemenkes 2021
Penyebab Alami Bakteri Resisten
 Bakteri tidak memiliki organ atau bagian dari organ sel yang merupakan target kerja
antibiotik.

 Spesies bakteri tertentu memiliki dinding sel yang bersifat tidak permeabel untuk
antibiotik tertentu.

 Suatu populasi spesies bakteri secara alami dapat memiliki kepekaan yang beragam
terhadap suatu jenis antibiotik.

 Resistensi dapat bersifata parsial atau komplet.

 Populasi spesies bakteri yang heterogen bila terpapar antibiotik maka sebagian kecil
populasi yang bersifat resisten akan bertahan hidup dan berkembang biak dengan cepat
melebihi populasi bakteri yang peka dan dapat berkembang biak di dalam tubuh pasien
dan dikeluarkan dari tubuh (misalnya melalui tinja) sehingga dapat menyebar di
lingkungan. Keadaan ini yang disebut sebagai “ selective pressure”.

 Sifat resistensi suatu spesies atau strain bakteri dapat pula diperoleh akibat perpindahan
materi genetik pengkode sifat resisten, yang terjadi secara horizontal (dari satu
spesies/strain ke spesies/strain lainnya) atau vertikal (dari sel induk ke anaknya).
JENIS PROSES RESISTENSI

 Resistensi primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami


mikroorganisme. Adanya enzim pengurai antibiotik sehingga secara alami
mikroorganisme dapat menguraikan antibiotik. Adanya terdapatnya struktur
khusus pada bakteri yang melindunginya dari paparan antimikroba, contohnya
bakteri TB dan lepra memiliki kapsul pada dinding sel,
 Resistensi sekunder (dapatan) diperoleh akibat kontak dengan agen
antimikroba dalam waktu yang cukup lama dengan frekunsi yang tinggi,
sehingga memungkinkan terjadinya mutasi pada mikroorganisme. MDR TB

 Resistensi episomal disebabkan oleh faktor genetik di luar kromosom


(episom=plasmid pada plasmidnya yang dapat menular pada bakteri lain yang
memilki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi maupun transduksi.
Contohnya Salmonella, Escherichia, Yersinia, Klebsiela, Serratia, Proteus.
KASUS –KASUS RESISTEN ANTIMIKROBA
• MRSA (methicilin-resistant Staphylococcus aureus)
• Drug resistance in mycobacterium tuberculosis
• Rifampicin-resistant TB (RR-TB)
• Antiretroviral (ARV)
Strategi pengendalian resisten antibiotik/antimikroba

Penerapan
Prinsip
pencegahan
Penerapan
penyebaran
Penggunaan
mikroba
Antibiotika
resisten
secara bijak
melalui
kewaspadaan
standar
Penggunaan Antibiotika secara bijak

Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan


antibiotik secara rasional sesuai dengan penyebab infeksi, dengan
rejimen dosis optimal, lama pemberian optimal, efek samping
minimal dan dengan mempertimbangkan dampak muncul dan
menyebarnya mikroba resisten.
Prinsip penggunaan antimikroba yang bijak.
1. Penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis
yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.

2. Pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini


pertama.

3. Menerapkan panduan penggunaan antibiotikdengan penerapan penggunaan antibiotik


secara terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik
tertentu (reserved antibiotics).

4. Penegakan diagnosis penyakit infeksi, menggunakanwaktu informasi klinis dan hasil


pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya

5. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit
yang dapat sembuh sendiri (self-limited)contoh ISPA atau diare nonspesifik.
Pemilihan jenis antimikroba harus berdasar pada;
1. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola
kepekaan kuman terhadap antibiotik.

2. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab


infeksi.

3. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

4. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi


dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan Obat.

5. Cost effective: Obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan
aman.
 Klasifikasi Antibiotik berdasarkan WHO ( 2017), menjadi tiga
kelompok yaitu Access, Watch dan Reserve

 Fungsinya sebagai alat untuk memantau penggunaan antibiotik dan


mengurangi resistensi antibiotik.

 Tujuan klasifikasi tersebut adalah mengurangi penggunaan


antibiotik kelompok Watch dan Reserve serta meningkatkan
penggunaan antibiotik kelompok Access.
Kelompok Access
 antibiotik pilihan lini pertama atau kedua
 Terapi empiris dengan potensi resistensi minimal.
Contoh ;
Amoxicillin, Ampicil/in, Chloramphenicol, Clindamycin,
Doxycycline, Metronidazole, Sulfamethoxazolenrimethoprim,
Tetracycline dan Thiamphenicol.
Antibiotik Kelompok Wacth
• Kelompok ini di indikasikan secara spesifik dan terbatas
pada kondisi infeksi tertentu, berisiko terjadinya resistensi
dan dianjurkan untuk di monitor.
• Contoh;
antibiotik kelompok ini meliputi: Azithromycin, Cefixime,
Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Clarithromycin, Levofloxacin,
Minocycline, Of/oxacin dan Rifampicin.
Antibiotik Kelompok Reserve
• Antibiotik pilihan terakhir
• Penggunaannya sangat dibatasi sebagai
terapi infeksi yang dicurigai atau terkonfirmasi
karena multi-drug-resistant organisms,
(MDRO)
• Harus di monitor secara ketat.
Contoh;
Antibiotik kelompok ini meliputi: Aztreonam,
ephalosporins fourth generation, Polymyxin,
dan Tigecycline.
KEBIJAKAN PENGGUNAANANTIBIOTIKA DI RS

• Profilaksis bedah pada operasi bersih digunakan dalam


sebelum,selama dan paling lama 24 jam pasca operasi 
mencegah IDO. Operasi terkontaminasi dan kotor pasien
mendapat terapi antibiotik tidak perlu diberikan antibiotik
profilaksis
• Terapi antibiotika empirik diberikan pada kasus infeksi atau
diduga infeksi yang belum diketahui penyebabnya
diberikan sesuai pola kuman di RS, diberikan selama 3-5
hari, sebelum diberikan diambil specimen utk pemeriksaan
mikrobiologi
• Terapi antibiotika definitif telah dikethui jenis bakteri
penyebab berdasarkan hasil pemeriksaan kultur
Pengunaan Antibiotika

1. Antibiotik Terapi Empiris


2. Antibiotika terapi Definitif
Antibiotik Terapi Empiris

A. Pengertian
Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum
diketahui jenis bakteri penyebabnya.
B. Tujuan
Eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri
yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum
diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
C. Indikasi
Digunakan jika ditemukan sindrom klinis yang mengarah
pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering
menjadi penyebab infeksi.
Pemilihan jenis dan dosis antibiotik berdasarkan pertimbangan
1. Data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang ada di komunitas atau fasilitas
pelayanan kesehatan setempat.
2. Kondisi klinis pasien.
3. Ketersediaan antibiotik.
4. Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang terinfeksi.
5. Infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan antibiotik
kombinasi.
6. Rute pemberian: pilihan pertama antibiotik oral
 antibiotik parenteral (infeksi sedang s.d berat)
7. Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48 - 72 jam. Selanjutnya
harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya.
Antibiotik Terapi Definitif
A. Pengertian
penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang
sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola
resistensinya.
B. Tujuan
Eradikasi atau penghambatan pertumbuhan
bakteri yang menjadi penyebab infeksi,
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.
C. Indikasi
Penggunaannya sesuai dengan hasil mikrobiologi
yang menjadi penyebab infeksi.
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik terapi definitif

1. Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinikSensitivitas


2. Biaya
3. Kondisi klinis pasien
4. Utamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit
5. Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium nasional sebagai acuan FKTP dalam menyuSun
formulariumnya
6. Sesuai dengan Panduan Praktik Klinis
7. Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
8. Pedoman penggunaan antibiotik yang berlaku.
9. Rute pernberian ; utamakan pemberian secara oral,pada infeksi sedang dan berat pemebrian secara
parentral bila kondisi pasien memungkinkan pindah ke pemberian secara oral
10. Lama pemberian
Antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang
telah dikonfirmasi. Lalukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data
penunjang lainnya
Antibiotika Profilaksis

• Diberikan pada pasien dengan tindakan/bedah baik bersih dan


bersih terkontaminasi termasuk pula prosedur gigi.
• Diberikan sebelum, selama dan paling lama 24 jam pasca
tindakan pada kasus yang secara klinis tidak menunjukkan tanda
infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya IDO.
Penggunaan Antibiotik Bijak di FKTP

a. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan tenaga kesehatan dalam penggunaan antibiotik secara
bijak.
b. Meningkatkan peranan pernangku kepentingan di bidang penanganan penyakit infeksi dan
penggunaan antibiotik.
c. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan dengan penanganan
penyakit infeksi.
d. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dalam memantau penggunaan antibiotik,
e. Meningkatkan penanganan kasus infeksi secara multidisplin dan terpadu.
f. Melaksanakan surveilans pada penggunaan antibiotik, serta melaporkan secara berkala.
g. Menetapkan Kebijakan Penggunaan Antibiotik: Panduan Penggunaan Antibiotik profilaksis dan
Terapi.
h. Implementasi penggunaan antibiotik secara rasional yang meliputi antibiotik profilaksis dan
antibiotik terapi.
i. Monitoring, evaluasi dan pelaporan penggunaan antibiotik.
Pencegahan Individu
 Gunakan hanya antibiotik jika diresepkan oleh ahli kesehatan
bersertifikat.
 Jangan pernah meminta antibiotik jika petugas kesehatan
mengatakan anda tidak membutuhkannya.
 Selalu ikuti saran petugas kesehatan saat menggunakan antibiotik.
 Jangan pernah berbagi atau menggunakan antibiotik sisa.
 Perilaku Bersih dan sehat.
 Menyiapkan makanan secara higienis, mengikuti Lima Kunci WHO
untuk Makanan Lebih Aman (jaga kebersihan, pisahkan mentah dan
matang, masak hingga matang, jaga makanan pada suhu yang
aman, gunakan air dan bahan baku yang aman) dan pilih makanan
yang telah diproduksi tanpa menggunakan antibiotik untuk promosi
pertumbuhan atau pencegahan penyakit pada hewan yang sehat.
Pemangku Kebijakan

Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran resistensi antibiotik,


pembuat kebijakan dapat:
 Pastikan ada rencana aksi nasional yang kuat untuk mengatasi resistensi
antibiotik.
 Meningkatkan pengawasan infeksi resisten antibiotik.
 Memperkuat kebijakan, program, dan pelaksanaan tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi.
 Mengatur dan mempromosikan penggunaan yang tepat dan
pembuangan obat-obatan berkualitas. Sediakan informasi tentang
dampak resistensi antibiotik.
Petugas Kesehatan

 Menerapkan PPI (Kebersihan tangan, lingkungan dan instrumen)


 Hanya meresepkan dan mengeluarkan antibiotik saat dibutuhkan, sesuai
dengan pedoman saat ini.
 Laporkan infeksi yang resistan terhadap antibiotik kepada tim surveilans.
 Memberikan informasi kepada pasien tentang cara minum antibiotik
yang benar, resistensi antibiotik dan bahaya penyalahgunaannya.
 Memberikan informasi kepada pasien tentang pencegahan infeksi
(misalnya, vaksinasi, mencuci tangan, seks yang lebih aman, dan
menutup hidung dan mulut saat bersin).
Sektor Pertanian dan peternakan
 Berikan antibiotik hanya pada hewan di bawah
Produsen Obat dan Alat kesehatan pengawasan dokter hewan.
Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan  Tidak menggunakan antibiotik untuk
antibiotik baru, vaksin, diagnostik, dan alat meningkatkan pertumbuhan atau untuk mencegah
lainnya. penyakit pada hewan yang sehat.
 Vaksinasi hewan untuk mengurangi kebutuhan
akan antibiotik dan gunakan alternatif antibiotik
bila tersedia.
 Mempromosikan dan menerapkan praktik yang
baik di semua langkah produksi dan pemrosesan
makanan dari sumber hewani dan tumbuhan.
 Meningkatkan biosekuriti di peternakan dan
mencegah infeksi melalui peningkatan kebersihan
dan kesejahteraan hewan.
Contoh Kasus Resistensi Antibiotik

• Bakteri Staphylococcus aureus adalah bagian dari flora kulit kita dan juga
merupakan penyebab umum infeksi baik di masyarakat maupun di
fasilitas perawatan kesehatan.
• MRSA (methicilin-resistant Staphylococcus aureus) adalah bakteri jenis
stafilokokus yang sudah kebal terhadap banyak jenis antibiotik, seperti
amoxicillin dan penisilin.
• Orang dengan infeksi Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan
terhadap methicillin adalah 64% lebih mungkin meninggal daripada
orang dengan infeksi yang sensitif terhadap obat.
MRSA (methicilin-resistant Staphylococcus aureus)

• HA-MRSA adalah infeksi MRSA yang • Community acquired (CA-MRSA) CA-


terjadi saat rawat inap di rumah sakit MRSA terjadi pada individu sehat yang
atau karena prosedur dan tindakan kontak langsung dengan penderita
yang diterima di rumah sakit. infeksi MRSA atau pada seseorang
Biasanya, infeksi MRSA jenis ini terjadi yang kurang menjaga kebersihan.
akibat kontak langsung dengan luka Penularannya dapat terjadi di tempat
yang terinfeksi, peralatan medis atau penitipan anak, lingkungan yang
alat bedah yang tidak steril, atau padat, rumah sakit, atau fasilitas
tangan yang terkontaminasi. medis lain.
• HA-MRSA dapat menyebabkan kondisi • CA-MRSA umumnya menyebabkan
berbahaya, seperti sepsis (infeksi infeksi kulit, seperti bisul, folikulitis,
aliran darah) dan pneumonia. dan selulitis.
Pada HA-MRSA, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi antara lain:
 Menjalani cuci darah secara berkala
 Menggunakan perangkat medis yang masuk ke tubuh, seperti infus atau
kateter
 Menjalani rawat inap di rumah sakit, terutama bila lebih dari 3 bulan
 Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
 Bertempat tinggal di panti jompo
CA-MRSA adalah:
Bekerja di lingkungan yang padat oleh orang, misalnya barak
militer, tempat penitipan anak, atau penjara
Bertempat tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh
Berbagi pakai barang pribadi, seperti peralatan olahraga, handuk,
atau pisau cukur
Aktif dalam kegiatan atau olahraga yang membutuhkan kontak
langsung
Melakukan seks yang tidak aman
Menggunakan obat-obatan terlarang
DAFTAR PUSTAKA
 Utami, E. R., 2012. Sntibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Jurnal Saintis,
Volume I, Nomor 1, 125-135.
 Hadi , U. 2009, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi V, Jilid III,
Interna Publishing, Jakarta
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resisten Antimikroba di Rumah Sakit
 Pedoman PPI di FKTP Kemenkes Tahun 2020
 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai