Anda di halaman 1dari 24

UJI FUNGSI HATI DAN PANKREAS

Serviana Bupu Papang


4C/2022
Uji Fungsi Hati

Tujuan uji fungsi hati: Jenis uji fungsi hati: Keterbatasan:

deteksi adanya kelainan atau Penilaian fungsi hati Tidak spesifik; hasilnya
penyakit hati, (fungsi sintesis hati, dipengaruhi oleh gangguan di
membantu menengakkan diagnosis, sekresi, ekskresi), luar hati
memperkirakan beratnya penyakit, Tidak sensitif; daya cadang
membantu mencari etiologi suatu mengukur aktivitas enzim; fungsi hati besar
penyakit, kebocoran enzim
menilai hasil pengobatan, (ALT/SGPT, AST/SGOT,
membantu mengarahkan upaya SDH); enzim kolestatik
diagnostik selanjutnya (ALP, GGT)
menilai prognosis penyakit dan
disfungsi hati
Penilaian Fungsi Hati
Fungsi sintesis hatii
a. Albumin
 Berfungsi untuk mengatur tekanan onkotik, mengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah dari tubuh
 Apabila terdapat gangguan fungsi sintesis sel hati maka kadar albumin serum akan menurun (hipoalbumin) terutama apabila
terjadi lesi sel hati yang luas dan kronik
 Hipoalbuminemia akan nampak pada saat kerusakan hati >70%
 Disfungsi hati: degenerasi, nekrosis, cirrhosis
 Akibat albuminemia: penurunan TPP, penurunan konsentrasi urea (karena penurunan metabolisme protein), penurunan
konsentrasi kalsium (karena kalsium berikatan dengan protein)
 Albumin dan globulin disintesa dalam hati  bila terjadi disfungsi hati gangguan sintesa  perubahan rasio
albumin/globulin  penanda disfungsi hati

b. Urea
Alasan pemeriksaan BUN:
 Urea (hasil sampingan penguraian protein)  terjadi di hati
 Penurunan sintesa urea  gangguan penguraian protein  indikator gangguan fungsi hati
Penilaian Fungsi Hati
Fungsi sintesis hatii
c. Bilirubin
 Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh tiga mekanisme dasar yakni:
• Penyebab prehepatik: peningkatan produksi bilirubin
• Penyebab hepatik: kerusakan hepatosit
• Penyebab posthepatik: obstruksi intra atau ekstrahepatik biliari maupun ruptur empedu
 Akumulasi bilirubin berlebihan di kulit, sklera, dan membran mukosa menyebabkan warna kuning yang disebut icterus
 Ikterus mengindikasikan gangguan metabolisme bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit bilier, atau gabungan ketiganya
 gangguan fungsi eksresi bilirubin:kadar bilirubin serum total meningkatikterik

Tes Van den Bergh


 Bilirubin tak terkonjugasi bereaksi dengan asam sulfanilat, HCl, dan sodium nitrit (reagen diazo)  warna biru kemerahan
muncul setelah ditambah alkohol  disebut reaksi indirect (tidak langsung)
 Conjugated bilirubin  bereaksi langsung tanpa penambahan alcohol  disebut reaksi direct (reaksi langsung)
 Pada jaundice hemolitik  serum bereaksi tak langsung atau indirect
 Jaundice hepatic atau post hepatic (obstruksi) serum bereaksi langsung/direct
Penilaian Fungsi Hati
Fungsi sintesis hatii
d. Amonia
 Hati berperan dalam detoksifikasi ammonia menjadi urea yang akan dikeluarkan oleh ginjal
 Alasan pemeriksaan amonia:
• Amonia (hasil sampingan penguraian protein)  transformasi menjadi urea (terjadi di hati)
• Gangguan fungsi hati  gangguan proses transformasi menjadi urea  hiperammonemia  disfungsi saraf, koma,
kematian
• Contoh kasus: nekrosis, cirrhosis, lipidosis
Penilaian Fungsi Hati
Aktivitas Enzim Hati
a. Glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (AST)
 Enzim ini spesifik untuk deteksi penyakit hati pada anjing dan kucing, tetapi tidak mempunyai nilai spesifik untuk kuda dan
sapi
 secara normal terdapat dalam sitoplasma set hati, akan tetapi enzim akan keluar ke sairan ekstraseluler bila ada gangguan
permeabilitas membran. Kebocoran membran terjadi karena adanya gradien konsentrasi yang tinggi antara lingkungan
intraseluler dan ekstraseluier
b. Alanine aminotransferase
 Uji biokimia darahberupa ALT dapat dijadikan indicator kerusakan fungsi hati.
 Enzim spesifik hati pada anjing
 Peningkatan aktivitas ALT dapat menunjukan adanya kerusakan hepatoseluler
Penilaian Fungsi Hati
Aktivitas Enzim Hati
c. Sorbitol dehydrogenasc (SDH)
 Fungsi: katalisator proses konversi sorbitol ke glukosa pada hepar
 Enzim ini spesifik untuk deteksi penyakit hati (liver spesifik) pada hewan piaraan pada umumnya, akan tetapi biasanya
dipakai untuk deteksi penyakit hati pada kuda dan sapi.
 SDH akan keluar jika ada peningkatan permeabilitas sel membran, seperti halnya pada SGPT.

d. Alkaline phosfatase (ALP) dan gamma glutamyltransferase (GGT)


 Aktivitas enzim ALP digunakan untuk menilai fungsi kolestasis
 ALP di sel hati terdapat di sinusoid dan memberan salauran empedu yang penglepasannya difasilitasi garam empedu
 Enzim gamma GT terdapat di sel hati, ginjal, dan pancreas
 Pada sel hati gamma GT terdapat di retikulum endoplasmic
 Peningkatan aktivitas GGT dapat dijumpai pada icterus obstruktif, kolangitis, dan kolestasis. Kolestasis adalah kegagalan
aliran empedu mencapai duodenum
 Aktivitas GGT serum hati pada sapi, domba, babi dan kuda > anjing dan kucing
Penilaian Fungsi Hati
Metode uji AST dan ALT

 Pengambilan sampel darah melalui vena cephalica dan dimasukkan ke tabung EDTA
 Pemisahan plasma dari darah dengan sentifugasi
 Plasma diambil menggunakan pipet dan dimasukkan ke tabung bersih yang lain
 1 ml monoreagen diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan sampel plasma
sebanyak 1 ml, homogenkan
 Absorban sampel dibaca dengann alat photometer
CASE REPORT

Seekor anjing gembala Jerman jantan berusia 11 bulan dibawa ke Klinik HART, Pokhara dengan riwayat
pembengkakan abdomen, distres pernapasan, lesu, anoreksia, dan kelemahan. Pemeriksaan fisik didapatkan
sesak napas, membran mukosa pucat, dan gerakan bergelombang (sensasi) cairan pada ketukanan abdomen.
Sampel tinja dikumpulkan untuk menilai tingkat keparahan endoparasit yang ditemukan negatif. Studi
hematologi menunjukkan peningkatan jumlah neutrofil, sementara penurunan eritrosit dan konsentrasi
hemoglobin. Analisis biokimia menghasilkan peningkatan SGOT, SGPT tetapi penurunan tingkat protein total.
Cairan asites yang dikumpulkan dari parasentesis abdomen pada pemeriksaan mengungkapkan transudate
cairan dengan serum-albumin ascetic gradient (SAAG) >1,1 gm/dl menunjukkan asites karena hipertensi portal
(akurasi 96%) disebabkan oleh sirosis hati. Anjing tersebut didiagnosis asites yang berasal dari hati yang
mengakibatkan hipertensi portal dan hipoproteinemia. Abdominosentesis dilakukan untuk mengalirkan cairan
asketis diikuti oleh albumin dan saline normal administrasi. Anjing tersebut selanjutnya dirawat dengan antibiotik,
diuretik, asam amino dan tonik hati yang kaya akan protein dan diet bebas garam. Anjing menunjukkan
peningkatan yang luar biasa dengan pengurangan bertahap pada distensi abdominal dan normalisasi nafsu
makan setelah 7 hari pengobatan.
CASE REPORT
Sinyalemen Anamnesa
Anjing gembala Jerman jantan, usia 11 Berdasarkan anamnesa diperoleh
bulan, berat badan 18 kg, berwarna informasi bahwa anjing menunjukkan
abu-abu putih gejala perut bengkak, tidak nyaman,
sesak napas, tidak mau makan sejak 5
hari.
CASE REPORT

Pembesaran abdomen berbentuk seperti buah pir, membrane mukosa berwarna pucat,
takikardia, ketika dipalpasi bagian abdomen ada gerakan bergelombang dari cairan, temperature
rektal 39,1°C

Sampel feses dikumpulkan per rektum dan diperiksa untuk mengetahui tingkat keparahan
infestasi endoparasit. Darah diambil dari vena radial untuk hematologi dan analisis sero-biologis.
Parasentesis abdominal dilakukan untuk mendapatkan cairan untuk biokimia dan analisis sitologi

Pemeriksaan feses menunjukkan hasil negatif. Neutrofilia, hipohemoglobinemia, hipoglikemia


dan peningkatan kadar enzim hati ditemukan pada pemeriksaan hematobiokimia. Demikian pula,
analisis cairan asites mengungkapkan bahwa cairan itu sedikit kemerahan, teksturnya encer,
transudat dengan PMN=42sel/mm3 <250 sel/mm3 dan SAAG = 31,6 = 1,4> 1,1gm/dl.
CASE REPORT
Pemeriksaan biokimia

Pemeriksaan darah
CASE REPORT

Berdasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah serta analisis biokimia
serum maka diagnosis semetara adalah Sirosis hati (SAAG = 3-1,6 = 1,4 >1,1 gm/dl)
Uji Fungsi Pankreas
Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase
Aktivitas amylase serum meningkat
pada kondisi :
 Nekrosis Pankreas (Susah untuk
dideteksi)
a. Serum amylase
 Pankreatitis akut (Amilase
 Kadar amilase di dalam serum meningkat
meningkat 4-5x dari batas normal)
pada radang pankreas akut
 Obstruksi (Peningkatan nyata)
 Metode Analisis yang digunakan untuk
 Gagal ginjal (Serum amylase
mengukur serum amylase yaitu metode
meningkat, BUN/ nitrogen urea
Saccharogenic
darah meningkat, amylase
 Tujuan Pengujian ini untuk mengukur kadar
dikeluarkan melalui urin dengan
amilase dalam tubuh
kadar yang tinggi sekali sekitar 2-
3x dari batas normal, uremia
prerenal berkaitan dengan shock
dan aliran darah ke ginjal, berat
jenis urin menciri > 1.027
(n=1.010).
Uji Fungsi Pankreas

Enzim amilase dapat menjadi penanda biokimia yang paling umum digunakan untuk diagnosis
pankreatitis akut, tetapi sensitivitas berkurang dengan terjadinya hipertrigliseridemia, dan
alkoholisme kronis. Pankreatitis akut biasanya ditandai dengan nyeri hebat pada perut bagian
atas yang menyebar ke punggung dan disertai dengan mual dan muntah
Uji Fungsi Pankreas
b. Serum Lipase
 enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang
berfungsi mencerna lemak. Interpretasi:
 Lipase akan meningkat di dalam darah  Pankreas akut menyebabkan
apabila ada kerusakan pada pancreas peningkatan lipase
 Serum lipase spesifik untuk deteksi penyakit  Nekrosis pancreas terjadi
pancreas dibandingkan dengan amylase. peningkatan lipase
 obat-obatan seperti furosemid dapat  Gangguan ginjal menyebabkan
meningkatkan aktivitas serum lipase tidak dieksresikan oleh
ginjal sehingga terjadi peningkatan
Metode untuk uji gangguan pankreas yaitu  Obstruksi usus
menggunakan substrat tributirin kemudian
serum diinkubasikan dengan substrat. Asam
lemak yang dihasilkan dititrasi dengan reagen
alkalis.

Peningkatan serum lipase dapat bertahan lebih


lama dari amilase sehingga lipase mungkin
membantu dalam penyelidikan dugaan akut
pankreatitis beberapa hari setelah onset awal
gejala.
Uji Fungsi Pankreas
Uji Diabetes Melitus
Kekurangan insulin biasanya karena kerusakan sel beta pancreas pada pulau langerhans, adanya antagonis
terhadap insulin yaitu antobodi, antiinsulin.

Teknik yang digunakan untuk uji penyakit Diabetes mellitus adalah dengan pengukuran konsentrasi glukosa
darah
CASE REPORT
Seekor anjing betina ras Pug berumur empat tahun dengan bobot badan 4,5 kg menunjukkan tanda klinis berupa
poliuria, polidipsia, polipagia, dan penurunan bobot badan yang sangat signifikan dalam waktu tiga bulan setelah
melahirkan. Pemeriksaan biokimia darah menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah hingga 669
mg/dL dan pengujian. Dipstick urin menunjukkan adanya glukosa di dalam urin dengan hasil ≥ 2000 mg/dL. Anjing
didiagnosis mengalami diabetes mellitus. Hewan kasus diberikan terapi berupa penggantian pakan menggunakan
pakan khusus diabetik (Royal Canin Diabetic food ®) dan injeksi insulin glargine dengan dosis 0, 44 IU/kg BB dua
kali sehari sebelum makan. Setelah dua minggu terapi, anjing kasus menunjukkan perkembangan yang baik yang
ditunjukkan dengan menurunnya kadar glukosa darah menjadi 163 mg/dL dan menurunnya gejala klinis berupa
poliuria, polidipsia, dan polipagia, walaupun bobot badan belum berhasil dipulihkan sepenuhnya
CASE REPORT
sinyalemen

anjing ras pug berama Glory, berjenis kelamin betina, berumur


4 tahun, berwarna cokelat hitam. Anjing diperiksa pada tanggal
16 Januari 2020.
CASE REPORT
anamnesa

Pemilik mengeluhkan anjing mengalami kekurusan dengan berat badan 4,5 kg. Penurunan bobot
badan Anjing terjadi setelah partus ketiga pada tanggal 7 Oktober 2019. Anjing dilaporkan sempat
mengalami diare dengan konsistensi lembek dengan frekuensi lima kali sehari selama kurang lebih
satu bulan. Dalam sehari anjing tersebut defekasi hingga lima kali dengan feses berwarna pucat,
lembek, dan bertekstur kasar serta disertai dengan meningkatnya frekuensi dan volume urinasi.
Setelah satu bulan, anjing tidak mengalami diare namun masih mengalami urinasi dengan frekuensi
dan volume yang tinggi disertai dengan meningkatnya frekuensi serta volume air yang diminum. Pada
saat pemeriksaan, anjing nampak terburu-buru pada saat makan seperti sangat kelaparan, namun
kondisi anjing semakin hari semakin kurus. Setelah tiga bulan baru disadari bahwa pada kedua mata
anjing seperti berkabut
CASE REPORT
Pada pemeriksaan status preasens secara umum memperlihatkan hasil yang normal namun
pada pemeriksaan frekuensi degup jantung anjing mengalami bradikardia dengan frekuensi 71
kali permenit. Pada pemeriksaan klinis, ditemukan bahwa anjing kasus mengalami poliuria,
polipagia, polidipsia, serta kekurusan. Pemeriksaan klinis pada sistema kulit dan kuku
menunjukkan adanya alopesia bilateral dan hiperpigmentasi pada bagian tuber coxae dan kaki
belakang. Pada pemeriksaan klinis sistema muskuloskeletal terlihat adanya atropi otot. Pada
pemeriksaan sistema sirkulasi pada saat auskultasi didengar ritme detak jantung yang ireguler
dan frekuensi degup jantung yang di bawah nilai normal (bradikardia). Pada pemeriksaan klinis
juga terlihat mata anjing kasus mengalami katarak dengan mata terlihat seperti berkabut.
Pemeriksaan darah CASE REPORT

Pemeriksaan dipstick

Pemeriksaan
biokimia darah
CASE REPORT
Pada pemeriksan hematologi rutin menunjukan hasil anjing mengalami anemia normositik
hiperkromik dengan nilai hematokrit 35,7%, Mean Corpuscular Volume (MCV) 66,8 fL, dan
Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) 57,1 g/dL. Pada pemeriksaan
biokimia darah menunjukkan kadar trigliserida, total kolesterol, albumin, Aspartate
aminotransferase (AST), Blood Urea Nitrogen (BUN), dan serum creatinine dalam rentang
normal. Namun pada pemeriksaan biokimia darah menunjukkan adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah dengan nilai 669 mg/dL serta adanya peningkatan Alanine
aminotransferase (ALT) dengan nilai 81 U/L. Pada pemeriksaan dipstick urine menunjukkan
adanya glukosa di dalam urin dengan nilai ≥ 2000 mg/dL.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium anjing


didiagnosis mengalami diabetes mellitus dengan prognosis infausta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai