TUJUAN PENDIDIKAN BAB III Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan 1. Esensialisme
• Sekolah-sekolah di jaman kuno pada umumnya menerapkan
prinsip-prinsip dari aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme ini. • Aliran ini lebih menekankan nilai-nilai dasar seperti: tradisi, disiplin, kerja keras, keseragaman, dan harmoni/stabilitas. • Bersifat konservatif, yang berpegang pada prinsip dasar bahwa buku adalah sumber ilmu dan guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru, karena telah lebih dahulu menguasai ilmu. • Pola pembelajaran yang diacu dalam aliran ini adalah pola searah, yaitu guru berperan dominan dalam mentransfer ilmu. • Peserta didik harus taat pada guru. Mereka harus mencatat dan menghafalkan hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. 2.Progresivisme • Aliran ini menekankan progress, yaitu ”kemajuan” atau ”perkembangan” yg merupakan reaksi terhadap aliran Esensialisme yang statis. • Peran muridlah yang dominan. Otonomi murid sebagai subjek yang bebas dihargai. • Mengusahakan “kemajuan” atau ”perkembangan” pada diri murid (minat dan bakatnya) dan selanjutnya meraih kemajuan masyarakat. • Murid diberi kebebasan untuk mengembangkan semua potensi (minat dan bakat) yang mereka miliki. Maka, minat dan bakat para murid harus dikenali, diberi perhatian, dan kesempatan untuk dikembangkan/disalurkan. • Guru berperan sebagai fasilitator (pendamping/pelancar) proses belajar murid. • Untuk merangsang proses pengembangan diri murid, mereka perlu dihadapkan pada masalah atau tantangan konkret. • Maka, aliran ini lebih bersifat pragmatis, realistis, dan kontekstual. Proses pembelajaran lebih menekankan pentingnya praktikum, pengalaman, dan pemecahan masalah (problem solving). • Dalam mencapai kemajuan, aliran ini juga menekankan kerjasama, baik antara guru dan murid maupun antara murid dan murid dalam iklim demokrasi yang egaliter (sesuai asas kesetaraan) dan bukan persaingan. 3. Perenialisme • Kata Inggris perennial berarti sesuatu yang bersifat “tetap- abadi”. • Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang ”abadi, universal dan absolut” yang ditemukan dan diciptakan para pemikir unggul sepanjang masa. • Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subject atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA dan IPS. • Menekankan pada pengembangan intelektual anak dan cenderung mengesampingkan aspek lain. • Lebih menekankan persiapan studi di perguruan tinggi. 4. Rekonstruksionisme atau Konstruktivisme a. Hakekat pengetahuan • Pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. • Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu proses konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Proses konstruksi terus berlangsung dan tidak sekali jadi. • Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran yang belum mempunyai pengetahuan. • Bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada setiap murid, pemindahan itu harus dikonstruksikan dan diinterpretasikan si murid lewat pengalamannya. b. Realitas dan Kebenaran • Konstruktivisme menyatakan bahwa kita tidak pernah mengerti realitas yang sesungguhnya. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek. • Bagi kaum konstruktivis, kebenaran diletakkan pada viabilitas (keberlanjutan), yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam beroperasi. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) • Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” • Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” • Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” • Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Batasan Pendidikan • Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.