Anda di halaman 1dari 28

PENYUNTIKAN YANG AMAN

GUNA MENCEGAH TERJADINYA PENYEBARAN INFEKSI

Disampaikan pada acara In House Training


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM MENCEGAH TERJADINYA


PENULARAN INFEKSI

1. Mencegah terjadinya Infeksi


Luka Tusukan Jarum.
2. Peserta memahami tentang
Penyuntikan yang aman
TUJUAN 3. Peserta mampu menerapkan
KHUSUS berbagai cara Penyuntikan yang
AMAN
4. Peserta melaksanakan tehnik
Penyuntikan yang aman
POKOK BAHASAN

PENDAHULUAN

PENGERTIAN

LATAR BELAKANG

SEJARAH PENYUNTIKAN
PENYEBAB TERTUSUK
JARUM
PRINSIP PENYUNTIKAN
AMAN
PATHOGENESIS
TEHNIK PENYUNTIKAN
LANGKAH PENYUNTIKAN YG
AMAN
PERAWATAN &
PEMELIHARAAN
MONITORING DAN
EVALUASI
KESIMPULAN
PENGERTIAN
Suatu tindakan penyuntikan
(Insersi) yang :
1. Tidak membahayakan bagi
PRAKTEK Penerima/ Pasien
PENYUNTIKAN 2. Tidak memberikan Resiko
YANG AMAN Tertusuk jarum bagi
PetugaS
3. Tidak menghasilkan Limbah
Medis yang berbahaya bagi
Masyarakat
WHO, 2010
LATAR BELAKANG
1. Upaya Pencegahan Cidera atau Tertusuk Jarum Suntik
terhadap tertularnya penyakit Menular seperti
penyakit HEPATITIS dan HIV.
2. Pusat pengendalian penyakit menular di Amerika
memperkirakan 385.000 orang tertusuk jarum suntik
dan benda tajam lainya yang berkaitan dengan
pekerjaanya di rumah sakit, dan hampir rata-rata 1000
orang mengalami cedera seperti itu perharinya.
3. 50 % Jarum yang menusuk Perawat, Terkontaminasi
virus HEPATITIS dan HIV
4. Petugas tidak menerapkan Prinsip – prinsip Dasar
Tehnik Aseptik ( +3% menggunakan Jarum / Spuit yang
sama utk pasien yang berbeda)
SEJARAH PENYUNTIKAN
 ABAD - 19
Spuit terbuat dari gelas mulai di gunakan, dan di Amerika
digunakan dalam memberikan suntikan penicilin.

 ABAD - 20
Telah dibuktikan bahwa menggunakan spuit dan jarum suntik yang
tidak steril dapat menimbulkan perpindahan infeksi patogen dari
penderia penyakit kuning kependerita lain, terutama di negara
negara yang sedang berkembang.

 Pemberian suntikan yang tidak aman terbukti dapat memindahkan


penyakit Hepatitis B, Hepatitis C, Human immunodeficiency virus
(HIV) dan penyakit pembuluh darah lainya.
Penyebab Tertusuk Jarum

PERILAKU
YANG TIDAK AMAN
PENYEBAB
TERTUSUK
JARUM
KEADAAN
YANG TIDAK AMAN
UPAYA PENYUNTIKAN
YANG AMAN
1. Dilakukan oleh Petugas Kesehatan yang
terlatih
2. Kebersihan Tangan
3. Penggunaan APD
4. Tindakan Aseptik
5. Pengelolaan sampah medis
6. Pemenuhan Sarana Prasarana
PRINSIP PENYUNTIKAN
YANG AMAN
Pathogenesis

Potensial sources for contamination of


intravascular devices
TEHNIK PENYUNTIKAN
Kapan Dilakukan Penyuntikan?

1. Pengambilan darah pasien


2. Pemberian therapi ( IM,IV,IC)
3. Test /vaksin
4. Pemasangan infus
5. dll
PERSIAPAN SEBELUM KANULISASI I.V

1. Periksa status pasien


2. Identifikasi pasien
3. Persiapan pasien
4. Siapkan alat-alat
5. Periksa tgl. kadaluarsa dan
tanda-tanda kontaminasi.
6. Jaga sterilitas alat-alat
7. Kebersihan tangan
KANULISASI I.V

• Pegang I.V kateter


• Traksi kulit
• Perhatikan sudut insersi
• Tehnik insersi
• Visualisasi aliran darah
KANULISASI I.V
 Buka tourniquet
 Sisipkan kasa 2x2” di bawah
hub.
 Tarik jarum keluar
 Tekanan jari
 Jarum tidak boleh dimasukan
kembali bila sudah ditarik !
LANGKAH PENYUNTIKAN
YANG AMAN
1. Lakukan HH
2. Gunakan tehnik aseptik untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan suntikan yang steriil
3. Jangan menempatkan obat di dalam spuit dengan pasien lebih
dari satu, walaupun hanya jarum atau spuit yang diganti
4. Syring/spuit, jarum, canula digunakan sekali pakai tidak untuk
re use
5. Gunakan infus set dan cairan infus hanya untuk satu pasien
jika sdh terbuka setelah digunakan karena resiko sudah
terkontaminasi
6. Gunakan vial single dose pada obat parental jika memungkinkan
7. Jangan gunakan obat multidosis pada obat ampul atau vial
8. Jika vial multi dosis harus digunakan, MAKA
gunakan spuit atau jarum steril set
9. Simpan obat multi dosis sesuai petunjuk pabrik
dan pastikan tetap terjaga kesetrilannya
10. Jangan gunakan cairan infus yang sama untuk
perawatan pasien berbeda
PERAWATAN DAN
PEMELIHARAAN
a. Antisepsis daerah insersi:
 Bersihkan kulit dengan menggunakan antiseptic (alkohol
70 % ) sebelum melakukan insersi.
 Jika menggunakan iodine pada kulit sebelum insersi
maka bersihkan kembali dengan alkohol 70 %.
 Jangan lakukan palpasi kembali pada daerah insersi
setelah dilakukan tindakan aseptik.
b. Dressing kateter
 Gunakan kasa atau transparan dresiing untuk menutupi
daerah insersi
 Segera ganti verban / transfaran derssing jika
lepas,rusak, basah atau kotor dan ganti verban lebih
sering pada pasien diaphoretic
 Hindarkan terjadinya kontaminasi pada daerah insersi
pada saat melakukan dresing care.
PERILAKU YANG HARUS DIRUBAH
PPI IADP
MONITORING DAN EVALUASI

1. Inspeksi setiap pergantian ship


atau jika perlu
2. Gantidressing/penutup setiap 24
jam
3. Ganti kanula & infus set setiap
48-72 jam
4. Periksa sambungan, hindari
“Biofilm”
5. Mengganti infus set 48-72 jam
pada anak & Vena sentral dengan
prinsip aseptik
PERHATIAN
1. Petugas kesehatan jangan menjadi penyebab transmisi
penyakit yang disebabkan bloodborne virus
2. Lakukan pencegahan :
 Standar Precaution/tehnik aseptik
 Tehnik aspetik dalam memberikan therapi melui suntikan
atau pengambilan sample darah
 Gunakan tehnik aseptik untuk mencegah kontaminaisi pada
peralatan injeksi steril
3. Gunakan single dose pada obat vila/ampul jika memungkinkan
4. Gunakan spuit /jarum yang baru saat memberikan suntikan
5. Lakukan kebersihan tangan
6. Disinfeksi permukaan kulit dengan larutan antiseptik
KESIMPULAN
1. Penyuntikan harus dilakukan oleh Petugas yang telah
terlatih dengan menerapkan rekomendasi dari CDC
tentang Penyuntikan yang Aman
2. Ada Kebijakan / Posedur sebagai Panduan dalam bekerja.
3. Diperlukan adanya sarana / fasilitas yang memadai
4. Limbah bekas Penyuntikan HARUS ditangani secara
tepat dan benar.
5. Kesadaran / Kepedulian Petugas terhadap Penyuntikan
yang aman sangat penting guna mencegah / menurunkan
kejadian Infeksi Nosokomial baik pada Pasien maupun
Petugas
REFERENSI

http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/injectionsafety.html

Anda mungkin juga menyukai