Anda di halaman 1dari 29

Metode identifikasi

jenis kelamin dari


tulang
orokraniofasial
AYU RAHMADHANI (2206103333)

(OKF)
KLASIFIKASI METODE YANG
DIGUNAKAN UNTUK PENENTUAN
JENIS KELAMIN

METODE VISUAL/ METODE MIKROSKOPIS METODE LANJUTAN


METODE KLINIS Dengan metode PCR pada DNA
Dengan menggunakan barr body
Dengan melihat langsung dari
gigi dan bentuk serta ukuran
kerangka.

T 1
Sex determination of
the skull
02
RADHIOGRAPHIC

01 03
DRY SKULL SOFT TISSUE
MEASUREMENTS Cheiloscopy
Palatal rugae

T 3
Metode identifikasi jenis
kelamin dari tulang
orokraniofasial :

0 Morfometrik radiologi 0
1 2
0 histologi Biokimia 0
3 (biomolecular)
4
T 0
0 Morfometrik

1
T 2
Metode identifikasi jenis kelamin
morfometrik
Salah satu metode pengukuran, perhitungan atau
pemberian skor dimana karakter morfologi yang diukur
dapat dideskripsikan. Metode karakteristik morfologi
maupun morfometrik merupakan metode penentuan
jenis kelamin yang paling sederhana, namun umumnya
lebih bersifat subjektif dan membutuhkan
data berbasis populasi untuk dapat diterapkan dalam
identifikasi individual.

T 0
Metode identifikasi jenis kelamin
Morfometrik dari tulang
Orokranifasial (okf)

T 1
cranial
Sagital : 4
spreading calliper (3 titik)
[Lambda-Nasion (La-Na), Lambda-Rhinion (La-Rhi) and Lambda-
Nasospinale (La-Ns)] 

sliding calliper (1 titik)


Rhinion-Nasospinale (Rhi-Ns)

Horizontal : 7
spreading calliper (4 titik)
[Zygomaxillare- Zygomaxillare (ZgM-ZgM), Lambda-Incisive Foramen
(La-IF), Lambda-Right Zygomaxillare (La-RZgM) and Lambda-Left
Zygomaxillare (La-LZgM)]

sliding calliper (3 titik)


[Basion-Incisive Foramen (Ba-IF), Basion-Right
Zygomaxillare (Ba-RZgM) and Basion-Left Zygomaxillare (Ba-LZgM)]

SASSI, Carlos, et al. Sex determination in a Brazilian Sample

T 1
from cranial morphometric parameters-a preliminary study. The
Journal of Forensic Odonto-stomatology, 2020, 38.1: 8.
Foramen magnum
Pengukuran :
Length of Foramen Magnum (Antero-posterior diameter)
(FML): dari mid- point anterior brim of the foramen
magnum (basion) to mid- point on the posterior brim of
the foramen magnum (opisthion).
BRAND NAME
Width of Foramen Magnum (Transverse diameter) (FMW):
diantara 2 titik yang ditempatkan pada sudut paling lateral
dari foramen magnum

Foramen Magnum Index :

Foramen magnum width X 100 / Foramen magnum length


 
T 1
Singh Bharati A, Karadkhelkar V, Zainuddin SInternational
Journal of Health and Clinical Research (2021) 4(5) 294-297
palatum
Mengikuti pengukurn linear tulang palatal :

-incisive foramen - right greater palatine foramen


(IF-RGPF); 
- incisive foramen - left greater palatine foramen (IF-
LGPF);  BRAND NAME
- right greater palatine foramen – left greater
palatine foramen (RGPF-LGPF); 
- basion - incisive foramen (Ba-IF); 

-incisive foramen - point located at the center of an


imaginary line joining the right and the left greater
palatine foramens (IF-RGPF/LGPF).

T 1
Singh Bharati A, Karadkhelkar V, Zainuddin SInternational
Journal of Health and Clinical Research (2021) 4(5) 294-297
mandibula

PEREIRA, Julia Gabriela Dietrichkeit; LIMA, Karinna Fróes; DA SILVA,


Ricardo Henrique Alves. Mandibular measurements for sex and age
estimation in Brazilian sampling. Acta stomatologica Croatica, 2020, 54.3:
294. T 1
Prossesus mastoideus
Three craniometric points were identified in dry skulls :
1. Porion (Po), which is the superior-most point of the
external acoustic meatus

2. Mastoidale (Ma), which is the inferior-most point of the


mastoid process, 

3. Asterion (As), which is the meeting point of the three


posterior skull sutures, i.e., lambdoid, occipitomastoid, and
parietomastoid.

SUKRE, S. B.; CHAVAN, P. R.; SHEWALE, S. N. Morphometric analysis of

T 1
mastoid process for sex determination among Marathwada
population. MedPulse–International Journal of Anatomy, 2017, 1.2: 27-3.
orbital
The orbit height and width (maximum) were
measured from the left and right orbital fossa

GHOSH, Ritwik, et al. Sexual dimorphism in right and left orbital


fossa measurements from adult human skulls from an eastern
Indian population. Journal of Forensic Science and Medicine, 2019,
5.4: 173.
T 1
radiologi
0
2
T 2
Metode radiologi

01 03 05
Orthophantogram Cone Beam Computed Magnetic
(OPG) Tomography (CBCT) Resonance
scanner Imaging (MRI)

02 04
Lateral Computed
chepalogram Tomography (CT)

BESCHIU, Laura Maria, et al. Cranial and Odontological Methods for Sex
Estimation—A Scoping Review. Medicina, 2022, 58.9: 1273.
T 1
Cone Beam Computed
Tomography (CBCT) scanner

PUTRI, Diptha Renggani; IMANTO, Mukhlis; IRIANTO, M. Galih. Identifikasi jenis


kelamin menggunakan sinus maksilaris berdasarkan cone beam computed tomography
(CBCT). Jurnal Majority, 2018
Lateral Chepalogram

KHAZAEI, Maryam, et al. Sex determination from lateral cephalometric radiographs


using an automated deep learning convolutional neural network. Imaging science in
dentistry, 2022
Orthophantogram (OPG)

DABAGHI, Arash; BAGHERI, Abbas. Mandibular ramus sexual dimorphism using panoramic
radiography. Avicenna Journal of Dental Research, 2020
0
3
histologi

T 3
Metode identifikasi jenis kelamin
Histologi

Gigi dan tulang adalah bagian tubuh yang


menggambarkan karakteristik jenis kelamin seseorang
dan merupakan bagian tubuh yang keras serta tahan
lama, khususnya pada gigi juga tahan terhadap suhu
yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
untuk menegakkan identifikasi individu.

T 0
Secara mikroskopis atau histologis jenis kelamin dapat dideteksi
dengan melihat keberadaan kromatin seks yaitu; kromatin-X
dan kromatin-Y. 

Y-body
→ Kromatin Y

Barr-body
→ Kromatin X
Barr body merupakan suatu gambaran badan kecil yang
dapat menimbulkan bintik berwarna dengan pewarnaan inti
sel.

T 1
Metode identifikasi jenis
kelamin Histologi

Pada manusia, kondensasi kromatin ini juga


dapat ditemukan di tulang, sel retina, sel
mukosa rongga mulut, biopsi sel kulit, Barr body dapat ditemukan pada sekitar 40%
darah, tulang rawan, akar batang rambut sel wanita sedangkan pada sel pria tidak
dan pulpa gigi. memiliki Barr body Kromatin Y dapat diteliti di dalam sel selama masa
 sehingga disebut kromatin negatif.  interfase dengan memberikan pewarnaan
Quinacrine mustard, dimana dengan pewarnaan
tersebut keberadaan kromatin Y akan
berfluoresensi lebih terang dan dengan
kehadirannya dapat secara konklusif
mengindikasikan kromosom Y dan jenis
kelamin positif sebagai pria.

T 4
0
4
Biokimia
(biomolecular)

T 4
Metode identifikasi jenis kelamin
biokimia

Analisis biokimia untuk penentuan jenis kelamin


didasarkan pada DNA dan barr body yang berasal dari
pulpa gigi atau dari jaringan keras gigi.

T 0
Analisis DNa
02 04
Pelacakan Kepentingan
hubungan antropologi serta
genetik pemetaan genetik

01 03
Identifikasi Pelacakan
personal sumber biologis

T 1
 Molekul DNA merupakan polimer stabil yang tersusun oleh subunit
yang disebut nukleotida, dan pada manusia membentuk 22 pasang
kromosom autosomal dansatu pasang kromosom seks, yaitu
kromosom X dan kromosom Y.

 Molekul DNA merupakan pilihan untuk analisis forensik


sebab bersifat stabil dan sensitif. Salah satu teknik biologi
molekuler yang digunakan adalah penentuan jenis kelamin
dengan polymerase chain rections (PCR). PCR dapat
membantu menggandakan penanda identifikasi bahkan
dengan sampel yang sangat sedikit.

Penentuan jenis kelamin dengan metode ini


memiliki tingkat akurasi yang lebih baik,namun
memerlukan biaya yang lebih mahal dan
prosedur yang lebih rumit.

T 1
Beberapa penanda tipe jenis kelamin yang
digunakan pada identifikasi berbasis DNA
diantaranya yaitu :

Amelogenin Sex-determining Kromosom-Y marker (Y-


• Amelogenin merupakan protein utama region (SRY) STRs)
• Y-STRs adalah short tandem
pada pembentukan enamel pada gigi • Sex-determining region (SRY)
repeat yang ditemukan pada
manusia yang dikode oleh gen yang merupakan gen yang berperan dalam
kromosom-Y spesifik merupakan
berlokasi pada kromosom seks perkembangan karakteristik pria.
gen koding yang ditemukan pada
AMELX (Xp22.1-Xp22.3) dan lengan pendek kromosom Y, yang
AMELY (Yp11.2) • Deteksi rangkaian SRY akan
penting terhadap determinasi jenis
membedakan sampel DNA pria dari
kelamin pria, spermatogenesis,
• Amelogenesis dapat berkaitan dengan sampel DNA wanita.
dan fungsi lain terkait dengan pria.
ukuran gigi, kromosom Y
mempengaruhi pembentukan enamel
dan dentin sedangkan kromosom X
mempengaruhi pembentukan mahkota
terbatas pada enamel T 3
Daftar pustaka
Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Metode pengukuran manusia. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. h. 55-9.
Das N, Gorea RK, Gargi J, Singh JR. Sex determination from pulpal tissue. JIAM 2004; 26(2): 50-53.
Suazo G, Roa HI, Cantin LM. Sex Chromatin in dental pulp. Performance of diagnosis test and gold standard generation. Int J Morphol
2010; 28(4): 1093-96
Suazo G, Flores A, Roa HI. Sex determination of observation of barr body in teeth subjected to high temperatures. Int J Morphol 2011; 29(1):
199-203.
Renjith G, Donald PM, Kumbargere S. The impact ofchimerism in DNA-based forensic sex determinationanalysis. Malays J Med Sci 2013;
20(1): 75-9.
George R, Donald PM, Nagraj SM, Idiculla JJ, IsmailRH. The impact of chimerism in DNA-based forensicsex determination analysis. Malays
J Med Sci 2013;20(1): 75-9.
Butler JM. Advanced topics in forensic DNA typing:methodology. Maryland, USA: Elsevier Inc; 2012. p.69-90
BESCHIU, Laura Maria, et al. Cranial and Odontological Methods for Sex Estimation—A Scoping Review. Medicina, 2022, 58.9: 1273.
NAGARE, Sagar P., et al. Sex determination in forensic identification, a review. Journal of forensic dental sciences, 2018

T 0
Thanks!

T 0

Anda mungkin juga menyukai