Anda di halaman 1dari 12

Beato Janos Brenner

Orang Kudus dari Hungaria


Beato Janos Brenner lahir di Szombathely, hungaria pada
tanggal 27 Desember 1931, anak kedua dari tiga
bersaudara.

Janos memulai Studinya di Sekolah Dasar Episkopal di


Szombathely pada musim gugur tahun 1941.
Keluarganya pindah ke Pecs dimana dia melanjutkan
studinya di Sekolah Praktek dan kemudian di Cistercian
High School dari tahun 1946 dia adalah seorang siswa di
sekolah menengah Premontrei.

Di Szombathely dia menyelesaikan studi sekolah


menengahnya sebagai seorang Oblat kemudian pada
tahun 1950 dia melamar sebagai Novis ke ordo Cistercian.
Pada tahun 1950-an sebuah pemerintahan komunis
Soviet menduduki Hongaria. Ia hanya dapat mengalami
kehidupan damai yang dipersembahkan kepada Tuhan
selama beberapa minggu karena serangan terhadap ordo
monastik.

Dia mengambil kaul pertamanya pada tahun 1951 setelah


kepemimpinan ordo melihat bahwa kediktatoran Komunis
tidak akan segera berakhir, mereka mencoba untuk
mengamankan masa depan siswa dengan meminta
mereka untuk diterima di seminari keuskupan.
Keuskupan pada tahun berikutnya yaitu 1951
membubarkan sebagian besar seminaris.

Janos Brenner ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 19


Juni 1955 di Katedral Szombathely. Pastor Janos siap
berkorban apapun untuk umat yang dia sayangi terutama
anak-anak dan remaja. Dia menghormati dan mencintai
siapapun tanpa pandang bulu. Mereka pun sangat
mencintai Pastor Janos, dan mereka mengikuti pastor
kemanapun pastor berada hanya untuk mendengarkan
pastor berhomili.
Ada sesuatu tentang Pastor Janos yang menarik orang
orang. Dia dicintai ooleh kaum Muda maupun yang tua.
Dia menenangkan banyak orang beriman, banyak yang
mengingatnya karena senyumnya yang penuh kasih, yang
tidak pernah pudar, banyak yang menantikan Sakramen
pengakuan dosa dengannya, karena dia mampu
memberikan nasehat yang baik dan pedoman yang jelas.

Selama tahun 1950-an pemerintah komunis Soviet


menduduki Hungaria dan Soviet tetap teguh pada
pendiriannya terhadap Gereja Katolik. Pemerintah
mempromosikan agenda ateistiknya dan menganiaya
umat Katolik terutama para Uskup dan Imam.
Pelayanan pemuda Pastor Janos menarik kemarahan
pemerintah Komunis yang tidak ingin dia mempengaruhi
kaum muda dan membawa mereka menjauh dari
Ateisme.
Berita ini sampai ke telinga Pastor Janos, dan dia hanya
berkata " Saya tidak takut. Saya senang tinggal"

Orang mungkin bertanya-tanya mengapa?


Mengapa Pastor ini memutuskan untuk tetap kembali dan
tinggal disitu??

Jawabannya dapat ditemukan dalam buku harian


rohaninya :
"Tuhan Engkau tahu bahwa saya tidak mencari
kebahagiaan dalam hidup ini sejak saya telah
menyerahkan semuanya kepadaMu ya Tuhan, bahkan jika
jalannya kasar dan berbatu, saya melihat wajahMu yang
penuh rasa sakit. Mengikuti-Mu saya hanya meminta satu
hal kepadaMu, semoga saya selalu dengan setia
memenuhi panggilan saya yang telah Engkau berikan."

Pada suatu malam di musim gugur ketika dia berada di


dalam perjalanan pulang dengan sepeda motornya, orang
tak dikenal melemparkan balok kayu di depannya, tetapi
dia bisa menghidarinya, ketika dia tiba di pastoran dia
tertawa terbahak-bahak dan berkata : "Mereka tidak
beruntung."
Namun saat dia dapat menghindari percobaan
pembunuhan terhadap dirinya yang pertama dalam
hidupnya, dia tidak melarikan diri.

Percobaan pembunuhan terhadap dirinya yang kedua,


suatu hari Pastor Janos pergi ke Farkasfa untuk pelayanan
pengakuan dosa. Dia menghabiskan malam bersama
keluarga yang di kunjungi karena dia akan mengadakan
Misa keesokan paginya.

Sekitar tengah malam seorang pemuda berusia 17 tahun


mengetuk paroki dengan permintaan agar Pastor
memberikan Sakramen perminyakan kepada paman
pemuda ini, karena sudah sakit parah.
Dia meninggalkan pastoran dengan membawa minyak
urapan dan Ekaristi. Tetapi dalam perjalanannya dia
disergap dihutan dan ditikam 32 kali, tetapi dia berhasil
melarikan diri, tetapi akhirnya tetap tertangkap.
Didekat paroki rumah pasien yang dicurigai ini
membuktikan bahwa Pastor Janos Brenner menjalankan
perutusannya dengan serius, meskipun terluka parah
dengan setiap kekuatan yang tersisa di tubuhnya, dia
tetap melakukan yang terbaik untuk membawa Ekaristi ke
rumah pasien yang dicurigai
Lehernya di injak injak yang menyebabkan beberapa
tulang patah.
Jasadnya ditemukan keesokan harinya masih memegang
Ekaristi di tangannya, yang membuat beliau mendapatkan
gelar "Tarcisius Hungaria".

Sekarang sementara Komunis berharap kematian Janos


Brenner akan mengintimidasi umat beriman didaerah itu,
merea tidak dapat menghentikan devosi kepada
kenangan Pastor Jonas.

Noda darah pada pakaian yang dikenakan Pastor Janos


Brenner ketika beliau dibunuh telah diawetkan sebagai
peninggalan sejarah.
"Gembala yang Baik memberikan nyawanya untuk
domba-dombanya"

Pastor Janos Brenner benar benar melakukan ini. Beliau


memberikan hidupnya untuk panggilannya.
Untuk Kristus,dia mampu melakukan pengorbanan
apapun...

Dia tidak takut mati ataupun dianiaya.

Maukah kita menyerahkan hidup kita untuk Kristus??

Beato Janos Brenner, doakanlah kami.


"MengikutiMu
saya hanya
meminta satu hal
kepadaMu..."

Anda mungkin juga menyukai