Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA REGULASI PEMILU & PIDANA

PEMILU
Oleh : Khairul Fahmi

Disampai dalam Kuliah Akademi Pemilu dan Demokrasi


Tanggal 14 Mei 2023
Konsep
• Regulasi (regulation)  “Peraturan” atau “Pengaturan” atau undang-undang.
• Regulasi mencakup : (1) Peraturan per-UU-an, yaitu : (a) jenis peraturan
dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 12/2011; (b) jenis peraturan dalam Pasal 8
ayat (1) UU No. 12/2011; (2) peraturan kebijaksanaan (beleidregel, policy
rule) yang dibentuk berdasarkan asas kebebasan bertindak (beleidvrijheid
atau freies ermessen).
• Peraturan per-UU-an  peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Per-UU-an.
• Peraturan Kebijakan  produk dari perbuatan tata usaha negara yang
bertujuan (menampakkan keluar suatu kebijakan) namun tanpa disertai
kewenangan pembuatan peraturan. Peraturan kebijakan disebut juga
dengan pseudo-wetgeving (Philipus M. Hadjon)
Lanjutan..
• Regulasi pemilu  semua aturan, baik berupa wet atau
“pseudo-wet” yang menjadi rule of the game bagi
penyelenggaraan pemilu  Regulasi atau kerangka hukum
pemilu meliputi ketentuan konstitusi, undang-undang pemilu,
peraturan pelaksana, peraturan kebijakan, dan putusan
pengadilan.
• Regulasi pemilu bisa juga disebut sebagai electoral laws, di
mana ia harus dibedakan dengan electoral process. Electoral
laws dan electoral process merupakan dua bagian utama dari
apa yang disebut dengan electoral systems (Douglas Rae).
TUJUAN HUKUM/REGULASI PEMILU

Melindungi dan menjaga kesetaraan hak pilih


warga negara

Menjaga fairness Penyelenggaraan Pemilihan


Umum

Menjaga profesionalitas penyelenggaraan


pemilihan umum.

Memberikan kepastian dan jaminan legitimasi


proses dan hasil pemilihan umum
MASALAH HUKUM PEMILU

Buku Keempat Buku Kelima

Pelanggaran Pemilu Tindak Pidana Pemilu


• Pelanggaran Kode Etik
• Pelanggaran Administrasi Ketentuan Pidana

Sengketa Proses Pemilu

Perselisihan Hasil
REGULASI TERKAIT PIDANA PEMILU

• Hukum materil & formil


• Struktur penegak hukum pidana pemilu
• Subjek-subjek yang dijangkau hukum pidana pemilu.
Hukum Materil
• UU Nomor 7 Tahun 2017  Ketentuan Pidana : Terdiri dari 67
Pasal dengan 78 rumusan ketentuan pidana.

• Dari 78 rumusan delik, 16 diantaranya dirumuskan sebagai delik


materil.
Catatan Terkait Hukum Pidana Materil Pemilu

Terdapat rumusan delik materil yang “tidak dapat” diukur dan dibuktikan,
sehingga terdapat perbedaan penafsiran hakim terkait sifat rumusan delik yang
dimuat dalam UU Pemilu  Eks : Pasal 490

Disharmoni antar norma primer dan ketentuan pidana  Eks : Pasal 280 dan
521.

Norma primer multitafsir, sehingga diterapkan secara berbeda  Pasal 270 ayat
(1) terkait kata “ditunjuk”.

Rumusan delik yang dimaknai secara berbeda oleh penegak hukum  Pasal 492
mengenai kata “ditetapkan”.
Hukum Formil

• Hukum Acara pidana


pemilu tunduk pada
KUHAP (Pasal 477).

• Adanya ketentuan khusus


dalam penanganan tindak
pidana pemilu, yaitu : (1)
keterbatasan waktu dan
(2) upaya hukum.
STRUKTUR PENEGAK
HUKUM PEMILU
Bawaslu  menyatakan suatu peristiwa
sebagai dugaan tindak pidana ( Pasal 476).

Kepolisian  melakukan penyelidikan,


penyidikan (Pasal 477)

Kejaksaan  melakukan prapenuntutan


dan penuntutan (Pasal 480)

Pengadilan  melakukan pemeriksaan dan


memutus perkara di tingkat PN dan PT
(Pasal 482)

Setra Gakkumdu  menerima laporan


dugaan tindak pidana, wadah koordinasi
Bawaslu, kepolisian dan kejaksaan (Pasal
486)
Peran Spesifik
Bawaslu menjadi pintu awal untuk proses
penegakan hukum pidana (Pasal 470)

Adanya mekanisme Gakkumdu yang tidak saja


sebagai sarana menyamakan pemahaman dan
pola pelanggaran tindak pidana pemilu,
melainkan juga menjadi forum pengambilan
keputusan untuk setiap proses penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan.
SUBJEK PELAKU TINDAK PIDANA
1. Setiap orang;

2. peserta pemilu;

3. pelaksana kampanye atau tim kampanye;

4. kepala desa;

5. ASN/TNI-Polri;

6. Majikan;

7. Anggota KPU, KPU Propinsi, KPU Kab/kota, PPK, PPS, dan KPPS;

8. Anggota Bawaslu, Bawaslu Propinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwascam, PPL,


Pengawas TPS.
Catatan Terkait Ketentuan Subjek Hukum

Subjek berupa “orang” dengan rumusan “setiap


orang” semestinya juga digunakan untuk
perbuatan seperti merusak alat peraga
kampanye peserta pemilu.

ASN, anggota TNI/Polri seharusnya tidak saja


dikriminalisasi ketika menjadi tim kampanye
atau pelaksana kampanye (Pasal 494),
melainkan juga ketika ikut mengkampanyekan.

Anda mungkin juga menyukai