dengan baik
Karakteristik perkara yang
dapat dimediasi
Pasal 4 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan yaitu semua sengketa perdata yang diajukan ke
Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan
verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun
pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui Mediasi.
Namun tidak semua sengketa wajib dilakukan penyelesaian melalui
mediasi, adapun sengketa yang dikecualikan dari mediasi meliputi
1. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;
2. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan
Industrial;
3. keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
4. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;
5. permohonan pembatalan putusan arbitrase;
6. keberatan atas putusan Komisi Informasi;
7. penyelesaian perselisihan partai politik;
8. sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan
9. sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan
tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
8. sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa
hadirnya penggugat atau tergugat yang telah
dipanggil secara patut;
11.gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak
ketiga dalam suatu perkara (intervensi);
12.sengketa mengenai pencegahan, penolakan,
pembatalan dan pengesahan perkawinan;
13.sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah
diupayakan penyelesaian di luar Pengadilan
melalui Mediasi dengan bantuan Mediator
bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan
setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil
berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh
Mediasi Penal
Dalam hal perkara pidana, apabila merujuk pada hukum positif di
Indonesia perkara pidana tidak dapat diselesaikan di luar proses
pengadilan namun sejak keluarnya Surat Kapolri
No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14 Desember 2009 tentang
Penanganan Kasus Melalui Alternative Dispute Resolution (ADR),
penyelesaian kasus pidana dapat dilaksanakan melalui ADR atau juga
dikenal dengan istilah mediasi penal. Kemudian Edaran Kapolri
Nomor SE/8/VII/2018 tentang penerapan restorative justice dalam
penyelesaian perkara pidana.
Perkara pidana yang dapat
1.dimediasi
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori delik aduan.
2. Pelanggaran hukum pidana tersebut memiliki pidana denda sebagai ancaman pidana dan
pelanggar telah membayar denda tersebut (Pasal 80 KUHP).
3. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori “pelanggaran” yang hanya
diancam dengan pidana denda, bukan “kejahatan”.
4. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk tindak pidana di bidang hukum administrasi
yang menempatkan sanksi pidana sebagai ultimum remedium.
5. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ringan/serba ringan dan aparat
penegak hukum menggunakan wewenangnya untuk melakukan diskresi.
6. Pelanggaran hukum pidana biasa yang dihentikan atau tidak diproses ke pengadilan
(Deponir) oleh Jaksa Agung sesuai dengan wewenang hukum yang dimilikinya.
7. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori pelanggaran hukum pidana adat
yang diselesaikan melalui lembaga adat.
Dasar Hukum
Pasal 6: Usaha penyelesaian
sengketa atau beda pendapat
melalui mediator sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5) dengan
memegang teguh kerahasiaan,
Permberdayaan
dalam waktu paling lama 30 ( tiga mediasi sebagai
puluh ) hari harus tercapai
kesepakatan dalam bentuk tertulis
penerapan Pasal 130
PROSEDUR MEDIASI DI
yang ditandatangani oleh semua HIR/154 Rbg PENGADILAN
pihak yang terkait.
Tugas negara,
Sakit Tempat tinggal tugas profesi atau
berdasarkan Di bawah atau tuntutan
surat keterangan pengampuan berkedudukan di pekerjaan yang
dokter luar negeri tidak bisa
ditinggalkan.
14
Mediasi Wajib
Mediasi Sukarela
Mediasi di Luar Pada Tahap
Pengadilan Pemeriksaan
Perkara
Mediasi Sukarela
Pada Tahap
Upaya Hukum
Jangka Waktu Proses Mediasi Pada Mediasi Wajib
Mediasi
Berhasil
Mediasi Tidak
Berhasil
26
THANK YOU
Terima kasih