Anda di halaman 1dari 20

Edmund Husserl (1859 – 1938)

OLEH :
AGUS WAHYUDI
226010002
History Edmund Husserl
• Lahir di Prosnitz- Moravia Wilayah Cekoslovakia
• Pendidikan di Universitas Leipzig, Berlin dan Wina
• Bidang yang di pelajari Matematika, Fisika, Astronomi dan Filsafat
• Dalam bidang Matematika sebagai asisten Matematika Weierstrass (ahli
matematika di Berlin)
• Dalam bidang Filsafat diilhami dari hasil kuliah Franz Brentano (Filsuf di
Universitas Wina)
• Meraih gelar Doktor filsafat dengan disertasi tentang filsafat Matematika yang
berjudul “Beitrage Zur Variationsrechnung” atau “ Variasi Kontribusi dalam
Kalkulus”(1883)
• Membuat Habilitationschrift dengan judul “Ueber den begrif der zahl” atau Konsep
Bilangan (1887)
• Menjadi Dosen di Universitas Halle (1887 – 1901)
• Diangkat sebagai profesor di Universitas Gottingen (1901-1916)
• Mengajar di Universitas Freiburg (1916)
Hasil Karya (1)
• Penelitian tentang filsafat matematika
• Filsafat berhitung, Psikologi dan logika (1891)
• Logische Untersichungen (2 Jilid, 1900-1901)
 Permulaan fenomenologi
 Jilid 1, kritik dan tolak psikologisme dalam
filsafat
logika
• Filsafat sebagai ilmu rigorus (1911)
Hasil Karya (2)
• Gagasan mengenai fenomenologi Murni dan Filsafat
Fenomenologis (1913)
• Kuliah mengenai fenomenologi tentang kesadaran
waktu (1928)
• Logika Formal dan Transendental (1929)
• Meditasi-meditasi gaya Descartes (1931)
• Pengalaman dan Putusan, diterbitkan oleh Langrebe
(1939)
Fenomenologi Husserl
• Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani,
phainestai artinya menunjukkan dan menampakkan
diri sendiri
• Fenomenologi juga berarti ilmu pengetahuan (logos)
tentang apa yang tampak (phainomenon).
• Jadi, fenomenologi itu mempelajari apa yang tampak
atau apa yang menampakkan diri atau fenomen.
Fenomenologi Husserl
• Tugas utama fenomenologi menjalin keterkaitan manusia
dengan realitas.
• Realitas bukan sesuatu yang berbeda pada dirinya lepas
dari manusia yang mengamati.
• Realitas itu mewujudkan diri atau menurut ungkapan
Martin Heideger juga seorang fenomenolog: “sifat
realitas itu membutuhkan keberadaan manusia”.
• Noumena membutuhkan tempat tinggal (unter kunft)
ruang yang berbeda, ruang itu adalah manusia.
Fenomenologi Husserl
• Husserl  menggunakan istilah fenomelogi untuk
menunjukkan apa yang Nampak dalam kesadaran kita
dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya tanpa
memasukkan kategori pikiran kita padanya atau menurut
ungkapan Husserl: “zuruck zu den sachen selbt”
(kembalilah kepada realitas itu sendiri)
• Fenomena adalah realitas itu sendiri yang nampak setelah
kesadaran kita cair dengan realitas.
• Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang
esesensial atau eidos (esensi) dari apa yang disebut
fenomena.
• Metode yang digunakan untuk mencari yang esensial
adalah dengan membiarkan fenomena itu berbicara
sendiri tanpa dibarengi dengan prasangka
(presoppositionlessness).
Konsep Fenomenologi Husserl

Epoche

Intension Fenomenologi
Reduksi
Husserl
alitas

Lebenswelt
EPOCHE

• Kata epoche berasal dari bahsa Yunani, yang berarti: “menunda


putusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu
• Epoche bisa juga berarti tanda kurung(breaketing)  terhadap
setiap keterangan yang diperoleh dari sesuatu fenomena yang
tampil, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih dahulu
• Epoche merupakan thesis of natural standpoints (tesis tentang
pendirian yang natural), dalam arti bahwa fenomena yang tampil
dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh
presupposisi pengamat.
• Epoche merupakan Langkah pertama untuk mencapai esensi
fenomena dengan menunda putusan lebih dahulu.
REDUKSI

• Reduksi atau Eiditic Vision yaitu menyaring fenomena


untuk sampai ke eideosnya, sampai ke intisarinya atau
yang sejatinya (wesen)
• Hasil dari proses reduksi ini disebut wesenchau, artinya
sampai pada hakikatnya
• Dari penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa
fenomenologi berusaha mengungkap fenomena
sebagaimana adanya (to show itself).
Menurut G. van der Leeuw, fenomenologi mencari atau
mengamati fenomena sebagaimana yang tampak. Dalam hal ini
ada tiga prinsip yang tercakup di dalamnya:
(1) sesuatu itu berujud
(2) sesuatu itu tampak
(3) karena sesuatu tampak dengan tepat maka ia merupakan
fenomena
J.B. Connant berpendapat cara berpikir ilmiah menuntut
kebiasaan menghadapi kenyataan dengan tidak berprasangka
oleh konsepsi-konsepsi mana pun sebelumnya. Pengamatan
yang cermat dan ketergantungan pada eksperimen adalah asas
penuntun
Dalam penilaian dan interpretasi terhadap objek realitas
yang diamati seringkali terjadi reduksi-reduksi. Menurut
Husserl reduksi-reduksi tersebut merupakan langkah
metodis yang dibaginya menjadi tiga macam :
• Reduksi fenomenologis
• Reduksi Eiditis
• Reduksi transendental
• Reduksi fenomenologis:
Sikap menyisihkan (filterisasi) pengalaman pada
pengamatan pertama. Maksudnya adalah bahwa
setiap pengalaman pribadi yang bersifat inderawi dan
subjektif perlu disisihkan dan disaring terlebih dahulu
sehingga pengertian terhadap suatu objek tidak
terdistorsi oleh prasangka, praanggapan, prateori, dan
prakonsepsi, baik yang berdasarkan keyakinan
tradisional maupun berdasarkan keyakinan agama.
• Reduksi eidetis:
sikap untuk menemukan eidos (esensi) yang
tersembunyi. Jadi, hasil reduksi ini merupakan
pemilihan hakikat yang sebenarnya, bukan
sesuatu yang sifatnya asesoris dan imajinatif
semata.
• Reduksi transendental:
Reduksi transendental merupakan subjek yang
dihayati oleh kesadaran itu sendiri. Subjek
empiris diletakkan di dalam kurung untuk
mencapai subjek yang sejati.
INTENSIONALITAS

• Ketika berpikir tentang makanan, anda membentuk


gambaran tentang makanan di dalam pikiran anda.
Ketika melihat sebuah mobil, anda membentuk
gambaran tentang mobil di dalam pikiran anda. Inilah
yang disebut Husserl sebagai intensionalitas
(intentionality), yakni bahwa kesadaran selalu
merupakan kesadaran akan sesuatu
LEBENSWELT

• Arti : Kehidupan yang dialami secara keseharian dan masih


murni tanpa adanya asumsi - asumsi di dalamnya.
• Lebenswelt diharapkan yang mengamati akan menilai
kehidupan sebagai seorang pemula dimana sesuatu itu tampak
seperti hal yang baru.
• Lebenswelt merupakan hal pertama sebelum suatu ilmu
pengetahuan itu ada.
• Lebenswelt menemukan endapan makna yang merekonstruksi
kenyataan sehari-hari.
• Meskipun pemahaman terhadap makna dilihat dari sudut
instensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’
kebenarannya sangat ditentukan (atau mungkin, dijamin) oleh
aspek intersubjektif.
• Dapat diartikan, sejauh mana ‘endapan makna’ yang
ditemukan itu benar-benar direkonstruksi dari dunia kehidupan
sosial, di mana banyak subjek sama-sama melibati dan
menghayati.
• Dunia kehidupan sosial merupakan sumbangan berharga dari
fenomenologi, yang menempatkan fenomena sosial sebagai
sistem simbol, yang harus dipahami dalam kerangka konteks
sosio-kultur yang membangunnya.
• Unsur subjek dilihat sebagai bagian tak terpisahkan dari proses
terciptanya suatu ilmu pengetahuan sekaligus mendapatkan
dukungan metodologisnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai