Anda di halaman 1dari 1

2.

1  Semboyan Fenomenologi

Ketika berbicara tentang fenomenologi, tentu tidak akan terlepas dari Edmund Husserl yang
merupakan matematikawan dan ahli logika. Semboyan atau motto Fenomenologi Edmund
Husserl adalah sebagai berikut:

Dalam Bahasa Jerman : Wir wollen auf “die Sachen selbst Zurückgeben

Dalam Bahasa Inggris : we would like to go back to “the things themselves”

Dalam Bahasa Indonesia : Kami ingin kembali ke fakta-fakta (fenomena-fenomena)


itu sendiri

Kalimat itu ditulis Husserl untuk pengantar bukunya yang berjudul “Logische
Untersuchungen (Logical Investigations/Penelitian – penelitian logis). Husserl ingin
menyampaikan disini agar kita mengganti kebiasaan zaman dahulu yaitu melihat kejadian
menggunakan teori (asumsi/ penilaian/ dugaan/prasangka), dengan teori pada saat menengok
kejadian orang lain, “kita sebenarnya melihat pengalaman orang lain secara tidak langsung,
karena penekanan yang langsung pada pengalaman”.

         Melalui pertanyaan sederhana tersebut Husserl membangun konsep Fenomenologi,


dimana pengalaman hidup seseorang dipelajari dan dipandang secara subjektif oleh orang
yang langsung merasakannya. Caranya dengan melakukan apa yang disebut epoché dalam
bahasa Yunani, Epoché terdiri dari menghilangkan prasangka-prasangka, asumsi-asumsi, atau
dugaan nya. Peneliti itu akan menghadapi fakta atau fenomena tanpa terusik oleh teori atau
asumsi dan prasangka, sehingga peneliti akan bisa mendeskripsikan fakta apa adanya.
Peneliti dengan visi yang jelas dapat melihat esensi dari pengalaman orang yang
melakukannya. Termuat pada bahasa Yunani, inti memiliki kata lain eidos. Fenomenolog
mencari “eidos” dalam peristiwa yang dialami para partisipannya.

Misalnya saja saat di kampus beredar gosip tidak jelas yang simpang siur. Untuk
mengetahui kebenaran gosip tersebut, kita harus bertanya pada orang yang bersangkut paut
langsung dalam peristiwa itu, dalam artian orang yang digosipkan. Bukan melalui perantara
orang lain yang bahkan tidak ada hubungannya. Jika informasi yang kita dapat belum berasal
dari orang yang bersangkutan mengalami secara langsung, maka hal itu tidak dapat dikatakan
sebagai kebenaran.

Istilah “mendeskripsikan fakta-fakta (fenomena)” itulah tujuan penelitian


fenomenologis deskriptif yang berusaha memahami kejadian hidup partisipannya dengan cara
mencermati dengan jelas (mental/psikologis) yang terdapat dalam pengalaman partisipan
aslinya

Anda mungkin juga menyukai