Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

GUILLAIN-BARRE SYNDROME

Rizka Putri
41211396100088

Kepaniteraan Klinik Neurologi RSUP Sitanala


– PSPD FK UIN Jakarta
Periode 15 Mei – 09 Juni 2023
Definisi

Guillaine-Barre Syndrome merupakan suatu sindroma klinis yang


ditandai adanya paralisis flaksid, terjadi secara akut berhubungan
dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks,
dan nervus kranialis.
Epidemiologi

● Insiden diseluruh dunia berkisar 0,6-4,0/100.000 orang


● kejadian tersebut lebih rendah pada anak-anak di 0,34-1,34 / 100.000
berbanding dengan kejadian GBS yang meningkat setelah usia 50 tahun dari
1,7 / 100.000 menjadi 3,3 / 100.000
● kejadian GBS sebelumnya menunjukkan bahwa penderita pria lebih banyak
1,5 kali dibanding wanita.
● Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan
pada akhir tahun 2010 – 2011 tercatat 48 kasus dengan jumlah kasus
bervariasi per bulan. Tahun 2012, kasus GBS di RSCM meningkat 10%.
Faktor Risiko dan Etiologi
● Usia
● Jenis Kelamin
● HIV/AIDS
● Penyakit Hodgkin
● Terdapat riwyat infeksi beberapa minggu yang mendahului
sebelumnya.
● Infeksi pada saluran pernapasan dan pencernaan
● Organisme terutama adalah Campylobacter Jejuni,
Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus
Klasifikasi
Jenis Gejala Klinis Patofisiologi
AIDP (Acute Inflammatory Demielinisasi saraf motorik akibat Terjadi karena makrofag menginvasi selubung
Demyeliniting inflamasi, kerusakan akson mielin sehingga menyebabkan akson tidak
Polyradiculoneuropathy) terselubungi.
AMAN (Acute Motor Axonal Adanya gejala pada sistem respirasi Makrofag menginvasi nodus Ranvier, masuk di
Neuropathy) akibat terganggunya saraf motorik antara akson dan aksolemma sel Schwann
pernapasan, degenerasi aksonal primer sehingga membuat selubung mielin menjadi intak

AMSAN (Acute Motor and Adanya gejala disfungsi pernapasan Hampir sama dengan AMAN dengan keterlibatan
Sensory Axonal Neuropathy) karena saraf motorik dan sensorik jaras ventral dan dorsal
mengalami gangguan, adanya degenerasi
aksonal primer dengan prognosis buruk
MFS (Miller Fisher Oftalmoplegia, ataksia, arefleksia Sistem konduksi yang abnormal akan tetapi
Syndrome) penyebabnya masih belum jelas

APN(Acute Dapat disertai ensefalopati (jarang) Kegagalan sistem saraf simpatis dan parasimpatis
Pandysautonomic
Neuropathy)
Klasifikasi
Manifestasi Klinis

● Dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara
cepat oleh paralisa ke empat ekstremitas yang bersifat asendens.
● Parestesia ini bersifat bilateral.
● Refleks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang
● Kelemahan bilateral progresif cepat pada tungkai dan/atau lengan
● Mengenai SSP -> facial diplegia
Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang terdapat pada GBS antara lain :


a. Paralisis motorik akut dan cepat.
b. Ascending paralysis (lemah dari kaki naik ke atas)
c. Glove stocking (sensasi kesemutan pada ekstrimitas)
d. Reflex fisiologis menurun atau menghilang (arefleksia)
e. Setelah terjadi gangguan motoris, keluhan nyeri berkurang/menghilang.
f. Bila mengenai saraf autonom (fluktuasi tekanan darah yang tinggi, hipotensi
postural, dan distrimia jantung).
g. Pada 15% kasus terdapat gangguan otot pernafasan sehingga terjadi
hipoventilasi (gagal nafas yang merupakan kegawatan penyakit GBS)
Diagnosis
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Ananmesis : ● Refleks fisiologis menurun hingga menghilang
● Gangguan muncul pada kedua sisi tubuh. ● Kelumpuhan tipe flasid mengenai otot proksimal
● Kelemahan otot terjadi dalam beberapa hari dandistal
atau minggu, bahkan berbulan-bulan. ● Gangguan rasa raba, rasa getar, dan rasa posisi lebih
● Kelemahan pada awalnya muncul di tungkai terkena dibandingkan rasa nyeri dan rasa suhu
yang kemudian menjalar ke atas hingga dapat ● Gangguan saraf pusat terutama n.VII perifer , gangguan
mengenai otot pernafasan dan otot-otot lengan. menelan ( n. IX, X ) serta kadang disertai gangguan otot
● Ditemukan riwayat infeksi saluran nafas atau ekstra ocular
pencernaan sebelum awitan.
Pemeriksaan Penunjang
● MRI
● Pemeriksaan CSF (peningkatan protein)
● Nerve Conduction Velocity
● Electromyography
Diagnosis dan
Tatalaksana
Tatalaksana

Terapi suportif
● Penanganan terapi awal bersifat suportif yang berfokus pada ventilasi, tekanan darah dan fungsi
jantung
Terapi Imunoterapi
● Dosis yang diberikan0,4-0,5 gram/kg/kali selama4-5 hariberturut-turutdengantotal dosis2 gr/kg
Terapi plasmafaresis
● Plasmafaresis dini telah ditemukan untuk menurunkan keparahan gejala. Plasmafaresis dilakukan
3-5 kali dalam kurun waktu 5-10 hari, dengan dosis 40-55 ml/kg/kali
Diagnosis Banding
Komplikasi
Prognosis

Prognosis penyakit ini tergantung dari jenis dan keparahannya. Penderita akan sulit tertolong bila
mengalami komplikasi pernapasan yang progresif. Selain itu prognosis buruk juga terjadi pada
penderita yang mengalami aritmia akibat disfungsi saraf otonom. Penderita yang mampu bertahan
biasanya memiliki gejala sisa berupa nyeri atau kelemahan. Sekitar 20% penderita GBS tidak dapat
berjalan tanpa bantuan selama 6 bulan setelah onset. Perbaikan klinis biasanya terjadi di tahun pertama,
baru pada tahun ketiga atau tahun – tahun berikutnya menjadi semakin baik. Untuk semakin
meningkatkan outcome dari GBS, tatalaksana yang efektif sangatlah dibutuhkan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai