Anda di halaman 1dari 4

Manifestasi Klinis

Gejala defisit neurologi biasanya miuncul dalam 2-28 hari pertama dari perjlan penyakit.
Relaps sering terjadi setelah infeksi atau vakninasi, bahkan bertahun-tahun setelah episode
pertama. Gejalanya dapat berupa :
1. Kelemahan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan simetris
secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya akan lebih dulu terkena sebelum
tungkai atas. Otot-otot proksimal mungkin terlibat lebih awal dari pada yang lebih distal.
Tubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh. Kelemahan otot pernapasan
dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang secara akut dan berlangsung
selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan
sampai tetraplegia dengan kegagalan ventilasi.1
2. Keterlibatan saraf cranial
Keterlibatan tampak pada 45-75% pasien dengan Sindrom Guillain Barre. Saraf
kranial III-VIII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin
termasuk sebagai berikut ; Diplopia, Dysarthria, kelemahan wajah dan orofangeal
biasanya muncul setelah tubuh dan tungkai yang terkena. Varian Miller Fisher dari SGB
adalah yang paling unik karena subtype ini dimulai dengan defisit saraf kranial.1
3. Gejala sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus, kehilangan sensori
cenderung minimal dan variable. Kebanyak pasien mengeluh paresthesia, mati rasa atau
perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului kelemahan. Paresthesia
umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses menuju ke atas tetapi
umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan atau pergelangan kaki. Kehilangan
getaran, proprioseptis, sentuhanm dan nyeri distal dapat hadir.1
4. Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan Sindrom Guillain Barre,
89% pasien melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama
perjalanannya. Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung, pantat,
dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini sering
digambarkan sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysesthetic diamati ada dalam sekitar
50% dari pasien selama perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias sering digambarkan
sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi shocklike dan sering lebih umum di
ekstremitas bawah daripada di ekstremitas atas. Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas
waktu pada 5-10% pasien. Sindrom nyeri lainnya yang biasa dialami oleh sebagian
pasien dengan SGB adalah sebagai berikut; Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit yang
terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus dekubitus).1
5. Gejala Otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis dan
parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom dapat mencakup
sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing, Hipertensi paroksimal,
Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung
dan dismotilitas usus dapat ditemukan.1
6. Pernapasan
Empat puluh persen pasien SGB cenderung memiliki kelemahan pernafasan atau
orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah sebagai berikut; dispnea
saat aktivitas, sesak napas, kesulitan menelan, bicara cadel. Kegagalan ventilasi yang
memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi pada hingga sepertiga dari pasien di
beberapa waktu selama perjalanan penyakit mereka.1

Diagnosis
1. Temuan Anamnesis yang mendukung diagnosis :
Pada GBS akan menunjukkan adanya riwayat infeksi saluran napas atau
gastrointestinal pada waktu 2‒4 minggu sebelum munculnya gejala kelemahan otot.
Keluhan utama pasien adalah kelemahan otot yang dirasakan dari ujung jari kaki,
kemudian menjalar secara progresif ke otot tangan sampai otot wajah. Pasien mungkin
mengeluhkan kesulitan berdiri dan berjalan, terutama apabila sudah terjadi oftalmoparesis
atau gangguan propriosepsi. Kelemahan otot muncul secara akut dan berkembang dalam
hitungan hari atau minggu. Gejala yang pertama muncul biasanya berupa kelemahan dan
tingling sensation di kaki, kemudian menjalar hingga ke tangan dan wajah. Pada beberapa
orang, gejala yang muncul dapat berupa kelumpuhan pada otot kaki, tangan, wajah,
hingga tetraplegia komplit dengan kegagalan napas. Pasien GBS juga dapat mengeluhkan
gangguan sensoris dalam bentuk parestesia atau numbness yang dimulai dari ujung-ujung
jari kemudian menjalar secara ascending, tetapi melewati pergelangan tangan atau kaki.
Selain itu, pasien juga bisa mengeluhkan nyeri yang biasanya paling berat pada pundak,
punggung, bokong, dan paha akibat pergerakan. Nyeri biasanya digambarkan sebagai
nyeri menusuk atau berdenyut. Apabila terjadi keterlibatan nervus kranialis, gejala yang
timbul seperti wajah terkulai, diplopia, oftalmoplegia, disfagia, dan bicara pelo.2,3,4

2. Temuan pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis dapat ditegakkan menggunakan


kriteria diagnosis Expanded National Institutes of Neurological and Communicative
Disorders and Stroke (NINDS) :
2a. Gejala Motorik
Pemeriksaan sistem motorik dilakukan untuk mengevaluasi kelumpuhan yang
progresif, simetris, dan bilateral dari otot-otot ekstremitas, dengan/tanpa kelemahan otot
wajah dan otot pernapasan. Keluhan pada daerah wajah yang sering muncul adalah gejala
saraf kranial + 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral seperti facial Drop
(menyerupai Bell’s palsy), diplopia, disatria, disfagia, ophthalmoplegia, gangguan refleks
pupil, pada reflek fisiologis dapat ditemukan hasil yang arefleksia/hiporefleksia. Untuk
progresifitas gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu,
50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
Pemulihan dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai
2,3,4.
beberapa bulan.
2b. Gejala Sensorik
Pemeriksaan sistem sensorik untuk mengevaluasi tanda parestesia maupun
hipestesia. Parestesia umumnya mulai dirasakan pada ujung jari dan menjalar ke bagian
tubuh atas, tetapi biasanya tidak melebihi pergelangan tangan atau kaki. Keluhan nyeri
dapat dirasakan di daerah bahu, punggung, bokong, dan paha akibat gerakan yang ringan.
2,3,4
Terkadang dapat terjadi penurunan fungsi sensorik yang berat disertai nyeri
2c. Gejala Otonom
Gangguan fungsi otonom dapat ditemukan pada penderita GBS, antara lain takikardia,
bradikardia, facial flushing, hipertensi paroksismal, hipotensi ortostatik, anhidrosis
dan/atau diaphoresis, retensi urin, konstipasi, gangguan fungsi sphincter, di mana
gangguan sphincter saluran kemih jarang terjadi yang jika terjadi dapat bersifat transien
2,3,4
3. Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis
3a. Gambaran Cairan Serebrospinal :
Gambaran cairan serebrospinal yang sangat mendukung adalah peningkatan
protein pada minggu pertama, dan didapatkan mononuklear leukosit ≤ 10 sel/mm 3.
Sedangkan gambaran varian adalah tidak ada peningkatan protein pada minggu pertama
hingga ke-10 (jarang), dan hitung leukosit didapatkan 10‒50 sel/mm3. 2,3

3b. Fitur Elektrodiagnosis:


Fitur elektrodiagnosis dengan pemeriksaan EMG sangat mendukung GBS, di
mana sekitar 80% pasien akan memiliki perlambatan atau blok konduksi saraf selama
perjalanan penyakit. Kecepatan konduksi biasanya kurang hingga 60% dari normal, tetapi
prosesnya tidak menyeluruh dan tidak semua saraf terpengaruh. Latensi distal mungkin
meningkat hingga 3 kali lipat dari normal. 2,3

Dafpus :
1. Fitriany J, Heriyani N. Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Sindrome Guillain Barre.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. 2018;1(1):54-62.
2. Willison HJ, Jacobs BC, van Doorn PA. Guillain-Barré syndrome. Lancet. 2016 Aug
13;388(10045):717-27. doi: 10.1016/S0140-6736(16)00339-1. Epub 2016 Mar 2. PMID:
26948435.
3. Andary MT. Guillain–Barré syndrome. Medscape. January 2017.
http://emedicine.medscape.com/article/315632-overview
4. 10. Leonhard SE, Mandarakas MR, Gondim FAA, et al. Diagnosis and management of
Guillain-Barré syndrome in ten steps. Nat Rev Neurol. 2019; 15: 671-83.

Anda mungkin juga menyukai