Oleh:
Seva Ajisma
2002612020
Penguji:
dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp. OT (K)
Oleh:
Seva Ajisma
2002612020
Penguji:
dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp. OT (K)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya maka Journal Reading dengan topik “Pathological Fracture CV Th8, CV
L4 Ec Susp Mbd Lymphoma Malignant” ini dapat selesai pada waktunya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Departemen/KSM Orthopedi dan Traumatologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K) selaku Ketua Departemen/KSM Orthopedi
dan Traumatologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.
2. dr. I Wayan Subawa, Sp.OT (K) selaku koordinator pendidikan profesi dokter di
Departemen/KSM Orthopedi dan Traumatologi FK UNUD/ RSUP Sanglah
Denpasar.
3. dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K) selaku pembimbing dan penguji atas waktu
dan kesediaannya menguji sekaligus memberikan saran dan masukan.
4. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan case report ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan journal reading ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iII
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
BAB II TINJUAN PUSTAKA..................................................................................................3
2.1 Fraktur Patologis..................................................................................................................3
2.1.1 Definisi..................................................................................................................3
2.1.2 Etiologi..................................................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................................................4
2.1.4 Gejala....................................................................................................................5
2.1.5 Diagnosis...............................................................................................................5
2.1.6 Terapi....................................................................................................................6
2.1.7 Prognosis...............................................................................................................7
2.1.8 Komplikasi............................................................................................................8
BAB III LAPORAN KASUS....................................................................................................9
3.1 Identitas Pasien....................................................................................................................9
3.2 Anamnesis ...........................................................................................................................9
3.3 Pemeriksaan Fisik..............................................................................................................10
3.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................14
3.5 Diagnosis Kerja..................................................................................................................27
3.6 Tatalaksana........................................................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................28
BAB V SIMPULAN...............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang adalah organ dan lokasi yang paling sering mengalami metastasis
kanker dan menyebabkan morbiditas yang besar. Pada penelitian di bidang kanker,
dapat dilihat bahwa kejadian kanker pada tulang terjadi rata-rata setiap 3 sampai 6
bulan. Selain itu, metastasis kanker ke tulang membatasi fungsi skeletal, sehingga
menyebabkan penurunan kualitas hidup dan bahkan kematiannya yang hampir
seluruhnya diakibatkan oleh komplikasinya. Prognosis penyakit MBD tergantung
pada lokasi kanker primernya.1
Antara sepertiga hingga setengah dari semua metastasis kanker adalah ke
tulang. Sekitar 30-50% dari kasus metastatic bone disease (MBD) menyebabkan
kelemahan pada struktur tulang dan dapat menjadi fraktur patologi dalam kehidupan
sehari-hari yang cukup berat untuk mendapatkan suatu terapi. Tulang belakang adalah
lokasi ketiga paling sering untuk sel kanker metastasis setelah paru-paru dan hati, dan
30-70% pasien dengan tumor memiliki metastasis pada tulang belakang saat autopsy.
Tumor primer pada payudara, prostat, tiroid, paru, saaluran gastrointestinal, dan
ginjal adalah yang paling sering metastasis ke tulang belakang. Diantara semua
column vertebra, metastasis lebih umum ditemukan pada ruas vertebra thoracic,
diikuti lumbar, sedangkan cervical merupakan lokasi yang paling jarang ditemukan
metastasis. Metastasi pada tulang belakang dihitung lebih dari 70% dari seluruh
metastasis tulang dan sedikit lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Dewasa
antara usia 40 dan 65 terkena lebih banyak dibandingkan kelompok usia lain.2
Morbiditas dari MBD dapat bermanifestasi sebagai nyeri, fraktur patologis,
penurunan fungsi pada aktivitas sehari-hari, dan secara keseluruhan menurunkan
kualitas hidup. Peningkatan risiko fraktur mungkin dapat muncul sebagai impending
fraktur patologi, semakin melemahnya tulang yang belum menjadi fraktur dan fraktur
patologi, paska fraktur melalui melemahnya area tulang. Morbiditas dari MBD sering
disebut dengan istilah skeletal-related event (SRE) dan dikategorikan menjadi subtipe
1
yang spesifik, yaitu fraktur patologi, spinal cord compression (SCC), hipekalsemia
dan
1
2
2.1.2 Etiologi
1. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini
menyebabkan tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang
menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau
mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Beberapa gejalanya antara lain
sakit punggung, biasanya karena tulang belakang yang keropos atau retak, postur
membungkuk, penurunan tinggi badan secara bertahap, mudah mengalami patah
tulang di pinggul, tulang belakang, atau pergelangan tangan. 5
2. Kanker
Kanker adalah penyakit yang melibatkan pertumbuhan sel yang tidak biasa.
Dimana kanker dapat menyebabkan metastatic bone disease (MBD) Metastasis
tulang adalah suatu kondisi di mana sel kanker telah berpindah dari daerah asal dan
menetap pada tulang manapun di tubuh sehingga terbentuk tumor baru. Kanker
payudara, ginjal, tiroid, paru-paru dan prostat merupakan kanker yang paling banyak
menyebabkan metastasis. Tulang yang paling umum mengalami MBD yaitu tulang
3
belakang, femur proksimal dan panggul. Gejalanya yaitu adanya tekanan pada
sumsum tulang belakang,
4
4
rentan terjadi patah tulang, nyeri (yang berkisar dari nyeri ringan hingga menyiksa)
dan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Gejala ini terjadi baik karena kerusakan
maupun hancurnya sel osteolitik, yaitu salah satu sel yang ditemukan pada tulang. Ini
berarti mineral tulang telah larut. Kemungkinan hasil akhir lainnya adalah
pembentukan tulang baru. Karena tulang telah terbentuk akibat berkembangnya sel
kanker, tulang dapat tumbuh dengan tidak normal dan maka itu dapat menjadi cacat.
Kondisi ini juga dapat digambarkan dengan masa tulang yang lebih padat.6
3. Osteomalasia
Osteomalasia adalah kondisi di mana tulang tidak dapat mengeras, sehingga
rentan untuk bengkok atau bahkan patah. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan
vitamin D, kalsium, atau fosfor, yang dibutuhkan untuk proses pengerasan tulang.
Gejala osteomalasia meliputi nyeri pada beberapa bagian tubuh, terutama punggung
bawah, panggul, pangkal paha, kaki, dan tulang rusuk. Bila kondisi semakin berat,
penderita dapat mengalami patah tulang.7
4. Osteomielitis
Osteomielitis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada tulang dan
struktur sekundernya. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri
penyebab osteomielitis ini bisa masuk ke dalam tulang lewat berbagai cara, mulai dari
lewat aliran darah setelah patah tulang, rusaknya kulit, bisul, pneumonia, infeksi
telinga bagian tengan, atau karena infeksi lainnya. Penyebab yang paling umum dari
osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus aureus, yang biasanya ditularkan secara
hematogenus. Penyebab lain dapat disebabkan oleh Streptococcus pyogenes,
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Kingella kingae, dan
Pseudomonas aeruginosa. Gejala osteomielitis meliputi demam, panas dingin, nyeri,
bengkak, atau kemerahan di tempat infeksi, kekakuan di area yang terinfeksi.
Osteomyelitis juga dapat menyebabkan terjadinya fraktur patologis.8
2.1.3 Patofisiologi
Lesi osteolitik yang terdapat pada tulang terjadi akibat adanya aktivasi
osteoklas yang diinduksi tumor oleh upregulasi ligan RANK. Sedangkan adanya lesi
5
osteoblas pada tulang terjadi karena adanya endotelin 1 yang disekresikan oleh tumor
itu sendiri. Fraktur patologis terjadi melalui lesi ini dan akan menyebabkan perubahan
biomekanik pada tulang. Misalnya pada lesi yang litik atau defek akan menghasilkan
tekanan yang tidak dapat menahan aktivitas normal ataupun ringan.4
2.1.4 Gejala
Fraktur patologis tidak selalu memiliki gejala yang khas. Fraktur patologis
memiliki gejala yang sama dengan fraktur yang berhubungan dengan cedera seperti
nyeri ringan hingga parah di dekat tulang yang patah, memar, nyeri tekan, bengkak,
mati rasa, kesemutan, penurunan berat badan yang tidak disengaja, demam, atau
kelemahan di dekat tulang yang fraktur. Fraktur patologis dapat didahului oleh lesi
yang menimbulkan nyeri yang prodromal atau kronis sampai akhirnya terjadi fraktur.
Pasien juga dapat mengeluhkan gejala khusus pada kasus karsinoma primer tertentu,
seperti kelainan saluran kemih pada kanker ginjal serta sesak napas dan batuk pada
kanker paru. Pada pasien dengan keganasan juga bisa didapatkan gejala
hiperkalsemia.4
2.1.5 Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terfokus pada penilaian ekstremitas
atau pemeriksaan tulang belakang jika diperlukan. Analisis laboratorium harus
dilakukan pada pasien yang mengalami fraktur patologis diantaranya complete blood
count, comprehensive metabolic panel (dengan perhatian khusus pada serum kalsium
dan alkali fosfatase), protrombin / INR, tromboplastin parsial yang teraktivasi, laju
sedimentasi eritrosit, urinalisis, elektroforesis protein urin, dan elektroforesis protein
serum. Penanda penyakit tertentu, termasuk prostate-specific antigen (PSA) dan
carcinoembryonic antigen (CEA juga dapat dipertimbangkan. Kelainan dari hasil
laboratorium mungkin menandakan adanya keganasan serta dapat menjelaskan
sumber keganasan. Misalnya, urinalisis dapat memberikan hasil mengenai adanya
patologi primer. Jika ada hematuria, sel pada ginjal atau karsinoma uroepitel harus
dipertimbangkan. Jika terdapat protein Bence-Jones, kemungkinan diagnosisnya
adalah multiple myeloma.4
6
2.1.6 Terapi
Algoritma terapi untuk fraktur yang akan datang dan fraktur patologis
umumnya melibatkan operasi fiksasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi dan
radioterapi.
1. Fraktur Patologis yang Akan Datang
Fraktur yang akan datang adalah area tulang yang secara biomekanik
melemah yang memiliki kecenderungan untuk patah dengan kekuatan yang jauh lebih
kecil dari pada yang dibutuhkan untuk tulang normal menjadi fraktur karena
patofisiologi lesi yang mendasarinya. Fraktur yang akan datang mungkin memerlukan
fiksasi profilaksis, yang berarti intervensi bedah dalam bentuk fiksasi internal
sebelum terjadi fraktur. Manfaat dari fiksasi profilaksis fraktur yang akan datang
yaitu untuk menghilangkan rasa sakit serta morbiditas pasien fraktur patologis.4
2. Fraktur Patologis
Pengobatan fraktur patologis ditentukan oleh patofisiologi lesi penyebab dan
harapan kelangsungan hidup. Penyembuhan patah tulang pada berbagai keganasan
yang berbeda didasari dari pentingnya penegakan diagnosis yang tepat dari lesi
7
primer untuk perencanaan pra operasi yang sukses. Misalkan adanya lesi sekunder
myeloma pada patah tulang memiliki potensi penyembuhan yang jauh lebih besar dari
pada patah tulang yang disertai lesi sekunder akibat karsinoma paru. Oleh karena itu,
konstruksi yang melibatkan pelat dan sekrup mungkin cukup untuk fraktur yang
diinduksi oleh myeloma, sedangkan penggantian tulang yang lebih luas akan
diperlukan untuk fraktur yang disebabkan oleh kanker paru-paru. Pada karsinoma sel
ginjal, metastasis harus dieksisi secara luas jika memungkinkan. Pasien yang
menggunakan kursi roda atau yang berada di tempat tidur memerlukan fiksasi yang
berbeda dari pasien yang masih bisa berjalan. Untuk pasien yang mengalami MBD
pada tulang belakang maka hal yang harus diutamakan yakni tingkat nyeri, stabilitas,
dan defisit neurologis. Demikian pula, tujuan intervensi bedah tulang belakang
termasuk dekompresi elemen saraf, dan stabilisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.4
3. Onkologi Radiasi
Radioterapi umumnya dilakukan sebagai adjuvan atau pasca operasi untuk
mencegah perkembangan tumor lokal. Tumor yang bersifat radiosensitif diantaranya
mieloma, limfoma, prostat, payudara, ovarium, dan neuroendokrin sedangkan tumor
yang bersifat radioresisten yaitu sarkoma, ginjal, tiroid, hepatoseluler, usus besar,
paru-paru, dan melanoma. Radioterapi dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif
sebagai pengganti intervensi bedah pada pasien dengan penyakit penyerta yang parah
atau prognosis yang sangat buruk. Sebuah studi yang mengevaluasi radioterapi pada
myeloma menemukan bahwa terapi radiasi berkontribusi pada pereda nyeri.4
2.1.7 Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup untuk MBD ditentukan oleh keganasan primer.
Misalnya, tingkat kelangsungan hidup dalam 6 bulan pada keganasan dengan
metastasis tulang adalah sebagai berikut: kanker paru-paru 50%, kanker ginjal 51%,
kanker payudara 89%, dan kanker prostat 98%. Fraktur patologis akibat MBD terjadi
dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lesi primer dan fungsi relatif
pasien.4
8
2.1.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat fraktur patologis dan manajemen
pembedahannya. Dari sudut pandang pembedahan, kegagalan fiksasi atau
rekonstruksi dapat terjadi akibat potensi penyembuhan yang buruk atau
perkembangan penyakit. Perangkat keras dapat terinfeksi, yang membutuhkan
antibiotik jangka panjang atau pelepasan perangkat keras serta revisi tergantung pada
prognosis pasien. Selain itu, komplikasi seperti tromboemboli vena dapat timbul
akibat mobilitas yang buruk selama masa pemulihan.4
9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Kelemahan pada kedua tungkai bawah.
Mechanism Of Injury :
Pasien mengatakan memiliki riwayat jatuh terpeleset dari tangga di
rumahnya dengan punggung terbentur ke lantai sekitar 2 bulan SMRS
(februari 2021). Pasien juga mengatakan muncul keluhan nyeri pada
punggung bagian bawah sejak 1 bulan SMRS (maret 2021).
9
10
Riwayat Pengobatan :
Pasien memiliki riwayat meminum obat yaitu Diazepam, Valisanbe,
Amlodipine dan Captopril.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi makanan maupun obat obatan disangkal.
Primary Survey
AIRWAY
Jalan napas : bebas
Trakea : di tengah
Resusitasi : (-)
BREATHING
Dada simetris : (+)
Sesak napas : (-)
RR : 20x/menit
Suara napas : kanan dan kiri ada dan jelas, rhonki (-), wheezing (-)
Saturasi O2 : 99%
Assesment : spontan
Resusitasi : (-)
CIRCULATION
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 78x/menit, kuat dan regular
11
DISABILLITY
Alert, E4V5M6
VAS : 5/10
Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : sakit sedang
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 60 kg
BMI : 20,28 kg/m2
Gizi : cukup
Kesadaran : kompos mentis
GCS : E4V5M6
St. Present
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
CRT : < 2 detik
Saturasi oksigen : 99% udara ruangan
Kepala : Normochepali
Leher : Tenderness (-), memar (-), deviasi trakea (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Reflek pupil +/+ 3/3mm
isokor, Edema palpebra -/-
THT : Rhinorrhea -/-, otorrhea -/-
Maksilofasial : memar (-), swelling (-)
Thorax : Simetris
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
12
L4
L4
1. Laboratorium
18/04/2021
Darah Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
Lengkap Rujukan
WBC 15.82 103/µL 4.1 - 11.0 Tinggi
NE% 80.30 % 47 - 80
LY% 9.20 % 13 - 40 Rendah
MO% 10.30 % 2.0 - 11.0
EO% 0.10 % 0.0 - 5.0
BA% 0.10 % 0.0 - 2.0
NE# 12.71 103/µL 2.50 - Tinggi
7.50
LY# 1.45 103/µL 1.00 -
4.00
MO# 1.63 103/µL 0.10 - Tinggi
1.20
EO# 0.01 103/µL 0.00 -
0.50
BA# 0.02 103/µL 0.0 - 0.1
RBC 4.16 106/µL 4.5 - 5.9 Rendah
HGB 12.30 g/dL 13.5 - Rendah
17.5
HCT 37.20 % 41.0 - Rendah
53.0
MCV 89.40 fL 80.0 -
100.0
MCH 29.60 pg 26.0 -
34.0
MCHC 33.10 g/dL 31 - 36
RDW 12.90 % 11.6 -
14.8
PLT 331.00 103/µL 150 - 440
MPV 10.90 fL 6.80 - Tinggi
10.0
NLR 8.73 <= 3.13 Tinggi
SGOT AST/SGOT 31.1 U/L 5 - 34
SGPT ALT/SGPT 18.60 U/L 11.00 -
50.00
Glukosa Glukosa Darah 91 mg/dL 70 - 140
sewaktu (Sewaktu)
BUN/Ureum BUN 36.40 mg/dL 8.00 - Tinggi
23.00
Creatinin Kreatinin 1.60 mg/dL 0.72 - Tinggi
15
19/04/2021
Nama Nilai
Parameter Hasil Satuan Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
LED Laju Endap 86.0 mm/jam < 20 Tinggi
Darah
(LED/BBS)
PPT/INR INR 1.00 0.9 - 1.1
PPT 14.3 detik 10.8 - 14.4
APTT APTT 24.4 detik 24 - 36
Procalcitonin Procalcitonin 0.57 ng/mL < 0.15 Tinggi
CEA(s) CEA 11.10 ng/mL 0.00 - 5.00 Tinggi
PSA PSA Total 1.87 ng/mL 0 - 4.0
CRP CRP 195.50 mg/dL <5 Tinggi
(kuantitatif) Kuantitatif
LDH LDH 809 U/L 240 - 480 Tinggi
Kalsium (Ca) 16.4 mg/dL 8.40 - 9.70 VH -
Kalsium (Ca) Critical
Value
Analisis Gas pH 7.47 7.35 - 7.45 Tinggi
Darah (AGD) +
Elektrolit
pCO2 46.0 mmHg 35.00 - Tinggi
45.00
pO2 89.00 mmHg 80.00 -
100.00
BEecf 9.8 mmol/L -2 - 2 Tinggi
HCO3- 33.50 mmol/L 22.00 - Tinggi
26.00
SO2c 97.0 % 95 % - 100
%
TCO2 34.90 mmol/L 24.00 - Tinggi
30.00
Natrium (Na) 138 mmol/L 136 - 145
Kalium (K) 3.10 mmol/L 3.50 - 5.10 Rendah
CA19.9 CA 19-9 25.32 U/mL 0.00-37.00
20/04/2021
Nama Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan
16
Pemeriksaan Rujukan
Urine Berat Jenis 1.009 1.003 -
Lengkap 1.035
(UL)
Kekeruhan Jernih
pH 6.50 4.5 - 8
Leukosit Negatif leuco/uL Negatif
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Protein Negatif mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Darah (2+) ery/uL Negatif
Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Warna Kuning p.yellow -
Bening yellow
Leukosit 47.7
Leukosit 8.5 /LPB 2 Tinggi
Sedimen
Eritrosit 37.20 /µL 13.6 Tinggi
Eritrosit 6.6 /LPB 2 Tinggi
Sedimen
Sel Epitel 3.90 /µL 5.7
Sel Epitel 1 /LPB 1
Sedimen
Gepeng 0.1 /LPB
Silinder 0.28 /µL 2.25
Bakteri 7.056 /LPB 5 Tinggi
Bakteri 39.20 /µL 26.4 Tinggi
Yeast Cell 0.9 /LPB
Mucus 0.140 /µL 7.140
(lendir)
2. Radiologi
17
Gambarfoto
Hasil pemeriksaan 8. Foto polos
polos : Femur kanan-kiri AP 20/04/2021
19
Ginjal kanan: Ukuran normal, densitas parenkim normal, sistem pelviocalyceal tidak
melebar, tampak sebuah kista pada pole bawah, septa (-), kalsifikasi (-), berukuran +/-
2,2 x 1,7 x 1,6 cm
Ginjal kiri : Ukuran normal, densitas parenkim normal, sistem pelviocalyceal tampak
melebar ringan pada pole atas, tidak tampak batu/massa/kista.
Buli : Ukuran normal, dinding tidak tampak menebal, tidak tampak massa/batu.
Usus-usus : tidak tampak kelainan
Prostat : Ukuran membesar (volume +/- 41 ce), densitas parenkim heterogen dan pada
pemeberian contrast tampak heterogen contrast enhancement, tak tampak kalsifikasi
Tidak tampak densitas cairan di cavum abdomen dan cavum pelvis
Tulang-tulang : tampak fraktur kompresi pada CV Th 8 dan L4 disertai destruksi pada
column posterior Th8 dan penyempitan aspek posterior spatium intervertebralis L4-5,
tampak lesi osteolitik multipel pada CV Th8, L4, dan SI, tampak schmorl node pada
lower end plate CV L4, dan multiple osteophyte pada vertebra lumbalis
Pada paru yang terscaning: tampak penebalan pleura kanan kiri
Kesan :
Lesi solid heterogen dengan komponen necrotic didalamnya batas sebagian tegas
mulilobulated disetingsi paravertebrae lumbal 2-5, dominan sisi kiri.
Tampak batas massa menempel dengan anterior psoas muscle kiri, serta tampak
massa mengencase.
Aorta abdominalis, iiaca communis kiri dan a. renalis kiri serta menyempitkan ureter
kiri disetinggi VL3, mengesankan massa kelenjar Lymphadenopathy multiple.
Fraktur kompresi CV Th 8 dan L4 disertai destruksi pada column pesterior Ths dan
lesi osteolitik multipel pada CV Th8, L4, dan SI, suspek MBD.
Simple cyst pole bawah ginjal kanan (Bosniak I).
Hidronefrosis ringan kiri.
Pembesaran prostat dengan obs. densitas parenkim inhomogen.
Spondylosis lumbalis.
26
No. Rekam
Nama : PUTU TRESNA BUDIANTARA : 21015264
medik
Umur : 50 tahun 6 bulan 21 hari Kelas Rawat : Kelas I
Jenis Kelamin : L Tanggal Terima : 30-04-2021 14:43:00
Tanggal Lahir : 1970-11-11 Tanggal Selesai : 07-05-2021 00:00:00
Cara Bayar : BPJS - KIS
Dokter Pengirim : dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K)
No. Rekam
Nama : PUTU TRESNA BUDIANTARA : 21015264
medik
Umur : 50 tahun 6 bulan 21 hari Kelas Rawat : Kelas I
Jenis Kelamin : L Tanggal Terima : 30-04-2021 14:50:28
Tanggal Lahir : 1970-11-11 Tanggal Selesai : 07-05-2021 00:00:00
Cara Bayar : BPJS - KIS
dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K)
Dokter Pengirim :
3.6 Tatalaksana
- Paracetamol 4x500 mg
- Vitamin B kompleks 3x1 tab
- Immobilization with LSO
- P/ Decompression – stabilization - fusion - biopsy + culture
- TS Neurologist
- TS Nephrologist
- TS Internist
28
BAB IV
PEMBAHASAN
28
29
tulang belakang tepatnya pada lumbar ke-4. Metastasis pada tulang dapat bersifat
asimtomatik atau bisa bermanifestasi klinis seperti :
1. Nyeri tulang
Pasien meiliki riwayat adanya keluhan keluhan nyeri pada punggung bagian
bawah sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Hal ini berhubungan
dengan adanya metastasis pada tulang dan biasanya akan timbul secara
bertahap serta digambarkan sebagai nyeri tumpul yang memburuk di malam
hari.
2. Kompresi pada sumsum tulang belakang
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien didapatkan keluhan seperti nyeri
pada punggung bagian bawah, kelemahan pada tungkai bawah disertai dengan
kebas hal ini sesuai dengan teori terkait manifestasi klinis dari adanya
kompresi pada sumsum tulang belakang, dimana pasien mungkin datang
awalnya dengan nyeri punggung atau nyeri radikuler, kelemahan pada
tungkai, gejala sensorik seperti parestesia dan mati rasa pada area bawah
tingkat kompresi medula spinalis. Disfungsi otonom seperti inkontinensia
usus dan kandung kemih serta impotensi, biasanya juga dapat terjadi namun
muncul lebih lambat.
3. Hiperkalsemia
Dalam metastasis osteolitik, resorpsi tulang osteoklas yang meningkat dapat
terjadi karena adanya pelepasan faktor humoral oleh sel-sel tumor yang akan
merangsang osteoklas dan pada akhirnya akan menyebabkan resorpsi tulang
dan hiperkalsemia yang tidak terkendali. Gejala hiperkalsemia meliputi mual,
anoreksia, sakit perut, sembelit, dan perubahan status mental. Pasien pada
kasus ini juga mengalami hiperkalsemia, hal ini merujuk pada hasil
pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan nilai kalisium pada tubuh
pasien melebihi dari batas normal. Selain itu pasien juga mengeluhkan sulit
untuk buang air besar atau sembelit.
4. Fraktur patologis
30
Dari hasil pemeriksaan radiologi seperti X-ray, MRI dan CT Scan pasien
didapatkan mengalami fraktur patologis tepatnya pada lumbar ke-4 hal ini
disebabkan karena metastasis tulang juga dapat menyebabkan kerusakan pada
tulang, seperti fraktur lengkap atau fraktur yang akan datang pada lokasi
patologi baik secara spontan atau dengan trauma minimal. Fraktur pada tulang
belakang lumbar dan torakal muncul dengan nyeri yang khas yaitu saat duduk
atau berdiri. Fraktur patologis menyebabkan morbiditas yang signifikan akibat
nyeri, radikulopati, kelainan bentuk, dan imobilitas.
5. Myelophthisis
Gejala Anemia dapat ditemukan akibat infiltrasi sumsum tulang dengan sel
tumor metastatik. Pansitopenia juga bisa muncul pada stadium lanjut.
Untuk mengidentifikasi metastasis tulang secara dini, baik untuk penentuan
stadium dan prognosis serta penerapan strategi profilaksis dan pengobatan makan
pemeriksaan secara menyeluruh harus dilakukan. Pada pasien ini pertama kali tentu
saja dilakukan anamnesis terlebih dahulu dengan tetap menerapkan basic four dan
sacred seven. Setelah itu dilakukannya pemeriksaan fisik seperti primary survey,
secondary survey serta status lokalis, pada status lokalis dari pasien ini didapatkan
hasil midline tenderness pada L2-L4 serta rasa kebas pada area L4, hasil pemeriksaan
neurologi patologis dan fisiologis didapatkan hasil yang masih normal. Selain itu dari
hasil pemeriksaan motorik menggunakan muscle grading pada otot hip flexor, knee
extensor, ankle dorsoflexor didapatkan hasil grade 4 dan sisanya grade 5. Pada
bulbocavernosus reflex (BCR) dan (TSA) didapatkan hasil yang positif. Dari semua
hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien didapatkan bahwa tanda-
tanda tersebut dapat merujuk adanya masalah pada sistem saraf pusat yaitu susum
tulang belakang.
Namun untuk lebih membantu menegakkan diagnosis pada pasien ini maka
pemeriksaan penunjang radiologi seperti X-ray, MRI dan CT Scan dapat dilakukan.
X-ray merupakan salah satu radiografi pilihan pertama untuk menilai serapan
radionuklida yang abnormal untuk mendeteksi adanya fraktur patologis selain itu X-
ray dapat membantu bone survey yang bertujuan untuk menilai tulang-tulang lain
31
yang kemungkinan dapat mengalami metastasis. Pada pasien ini didapatkan hasil
bone survey sebagai berikut : pada regio thoracolumbal tampak blurring pada pedicle
kanan CV th 8, selain itu tampak adanya osteofit pada CV thoracolumbal dan
Spondylosis thoracolumbalis. Pada MRI pasien ini didapatkan hasil adanya
spondylosis lumbalis dengan Paralumbal muscle spasm dan Fraktur kompresi CV L4,
pemipihan CVL4, disc herniation L3 – L5 ke posteromedial menekan anterior
medulla spinals menyebabkan stenosis, lesi pada L4 susp lesi metastase. CT Scan
berguna dalam mengevaluasi tulang kortikal dan trabekuler serta dalam penilaian lesi
osteolitik dan sklerotik. CT scan bermanfaat karena dapat menentukan stadium dan
respons pengobatan organ lain selain tulang. Untuk hasil CT Scan pada pasien ini
didapatkan hasil adanya fraktur kompresi CV Th 8 dan L4 disertai destruksi pada
column pesterior Ths dan lesi osteolitik multipel pada CV Th8, L4, dan SI, suspek
MBD.
Tes darah dapat membantu dalam mendukung diagnosis metastasis tulang.
Hitung darah lengkap dan panel metabolik komprehensif harus dilakukan secara
rutin. CBC dapat menunjukkan anemia, trombositopenia, atau pansitopenia pada
tahap akhir. Kalsium serum dan alkali fosfatase dapat meningkat karena osteolisis
yang sedang berlangsung.
Pemeriksaan penunjang terakhir yang dapat dilakukan ialah biopsi. Biopsi
adalah prosedur pengambilan sebagian kecil jaringan dari tubuh pasien untuk
diperiksa menggunakan mikroskop. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan biopsy
dengan teknik percutaneous core biopsy dan didapatkan kesimpulan bahwa pasien ini
mengalami keganasan pada limfoma atau lymphoma malignant.
Pendekatan terapeutik untuk metastasis tulang harus menjadi target utama
untuk menjaga kualitas hidup pasien, termasuk pengendalian nyeri, meminimalkan
SRE (skeletal-related events), dan mencapai pengendalian tumor lokal. Aspek utama
pengobatan metastasis tulang adalah analgesia atau pengendalian nyeri dengan
NSAID. Demikian pula, tujuan intervensi bedah tulang belakang termasuk fraktur
yang akan datang atau total, paliasi, dekompresi elemen saraf, dan stabilisasi. Radiasi
lokal untuk metastasis tulang yang bergejala dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
32
yang hebat. Kemoterapi sistemik bila memungkinkan, ditujukan pada tumor primer
juga dapat memberikan analgesia dengan mengurangi ukuran tumor dan mengontrol
penyebaran tumor.
BAB V
SIMPULAN
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya
kelainan penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang. Salah satu penyebab
dari terjadinya fraktur patologis yaitu kanker, dimana kanker dapat menyebabkan
metastatic bone disease (MBD). Metastasis tulang adalah suatu kondisi di mana sel
kanker telah berpindah dari daerah asal dan menetap pada tulang manapun di tubuh
sehingga terbentuk tumor baru. Pada pasien kasus ini metastasis tulang berasal
berasal dari limfoma maligna. Untuk memastikan diagnosis pada pasien ini
diperlukan pemeriksaan fisik yang lebih terfokus pada evaluasi tulang belakang
dengan salah satunya pemeriksaan neurologi untuk mengetahui area yang mengalami
masalah. Pemeriksaan penunjang seperti X-ray, MRI, CT Scan, laboratorium dapat
dikerjakan pada pasien ini untuk membantu dalam penegakan diagnosis. Pendekatan
terapeutik untuk metastasis tulang harus menjadi terget utama untuk menjaga kualitas
hidup pasien, termasuk pengendalian nyeri, meminimalkan SRE (skeletal-related
events), dan mencapai pengendalian tumor lokal.
32
DFTAR PUSTAKA
33