Materi Bahasa-Indonesia Baru
Materi Bahasa-Indonesia Baru
Dosen Pengampu:
Yohanes Parmin, S.Pd.,M.M.
Dikutip dari:
Tri Wahyono, M.Pd
UNIV MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Pertemuan 1
Pengantar
Tata Tertib
dan
Seputar Bahasa Indonesia
TUJUAN UMUM DAN
KHUSUS
KULIAH BAHASA
INDONESIA
TUJUAN UMUM
Agar para mahasiswa memiliki sikap bahasa yang positif
terhadap bahasa Indonesia.
TUJUAN KHUSUS
Agar para mahasiswa terampil menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan terutama
secara tertulis.
Materi:
1. PENGANTAR
2. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
DAN PETUNJUK PERKEMBANGAN.
3. TANDA BACA.
4. HURUF, HURUF KAPITAL, DAN HURUF
MIRING
5. Imbuhan
6. Kata dan Kalimat
7. Kata Baku dan Tidak Baku
8. UTS
Lanjutan:
9. Karya Tulis Ilmiah
10.Pemilihan Topik/ Masalah
11.Tata cara Mengutip
12.Abstrak dan Daftar Pustaka
13.Struktur Karya Tulis Ilmiah
14.Format Penulisan Karya Ilmiah
15.Karya Ilmiah Populer
16.UAS
Bahan dan Ukuran Kertas ( tentatif).
REFERENSI BUKU
1.Ringkasan materi Bahasa Indonesia yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia 2013
2. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
4. Referensi lain yang berhubungan dengan Bahasa
Indonesia.
5. Materi Bahasa Indonesia, Univ Muhammadiyah,
Yogyakarta.
Pertemuan 2
1. Bahasa Nasional
Tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928
2. LISAN (Retorika)
* Menghendaki orang lain sebagai lawan bicara
* Membutuhkan mimik, gerak, pandangan,
dan intonasi
3. BAKU
* Ditulis untuk kepentingan komunikasi tulis.
* Diakui sebagai bahasa resmi (KBBI)
CABANG ILMU BAHASA
FONOLOGI
Berkaitan dengan bunyi bahasa
MORFOLOGI
Berkaitan dengan pembentukan kata
SINTAKSIS
Berkaitan dengan penyusunan kalimat
SEMANTIK
Berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan makna
Pertemuan Ke-3: TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. mengakhiri kalimat
2. dipakai di belakang angka/ huruf dalam satu bagian,
contoh: (A.), (1.)
3. memisahkan angka jam, menit, dan detik
contoh: 13.15.25
4. menulis daftar pustaka
contoh: Hirata, Andrea. 2006. Laskar Pelangi. Yogyakarta:
Bentang.
5. menulis bilangan ribuan dan kelipatannya
contoh: 3.000.000
6. menulis gelar akademik/nonakademik
contoh: (S.E.), (S.H.), (S.Pd.), (Dr.), (Prof.), (Hj.)
7. menulis singkatan
contoh: (No.), (Yth.), (Jend.), (s.d.)
B. Tanda Koma (,)
1. menulis rincian atau pembilangan
Cth: - Kami membutuhkan air, makanan, pakaian, dan tempat
singgah.
- Merah, biru, kuning, ataupun putih merupakan warna dasar.
2. menulis data
cth: hari, tanggal: Senin, 21 Maret 2011
tempat : Lab. Bahasa
2. membuat perincian
cth: Faktor pendidikan menyangkut masalah (a)
sarana, (b) pendidik, dan (c) peserta didik
3. mengapit keterangan atau penjelasan
cth: Keterangan itu (lihat Tabel 13) menunjukkan
faktor prestasi anak di pengaruhi oleh motivasi
I. Tanda Petik (“…”)
1. mengapit petikan langsung
cth: “Kami sudah menunggu,” kata Rini, “Ya, tunggu
sebentar!”
2. mengapit judul
cth: Kami sudah menonton “Sang Pemimpi”.
Kalian sudah membaca buku
“Pedoman Umum EYD”?
4. mengapit julukan
cth: Ia disebut sebagai pendekar “Si Pitung” dari Betawi.
J. Tanda Garis Miring (/)
A. Huruf
1. Huruf Vokal : a, i, u, e, o
2. Huruf Konsonan: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x,
y, z
3. Huruf Diftong:
a. ai, au, oi (diftong huruf vokal)
di awal : aula, ain
di tengah : syaitan, saudara, boikot
di akhir : pandai, harimau, amboi
b. kh, ng, ny, sy (diftong huruf konsonan)
di awal : khusus, ngilu, nyata, syarat
di tengah : akhir, bangun, hanyut, isyarat
di akhir : tarikh, senang
B. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan pada kata dasar
a. jika ada vokal berurutan
cth: au-la, sau-dara,
b. jika ada huruf vokal dan konsonan di tengah
cth: ba-pak, de-ngan, mu-ta-khir
3. Jika satu kata terdiri dari satu unsur atau lebih (foto-
grafi: fo-to-gra-fi, introspeksi: in-tro-spek-si)
C. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. dipakai pada huruf pertama awal kalimat
cth: Kami tertidur.
Imbuhan peN:
pen: penulis, penolong
pem: pembajak, pemukul, pembasmi
peng: penghasil, pengawal, penghalus
peny: penyapu, penyabar, penyesalan
penge: pengebor, pengecat, pengebom
Pengembangan Imbuhan
Gabungan imbuhan di-i
di + tempat (dipisah) di + ungkapan/idiom (digabung)
di meja dimejahijaukan
di rumah dirumahkan
di Indonesia diindonesiakan
di dalam didalami
di belakang dibelakangi
Bahasa Arab
1. at: muslimat 4. in: muslimin
2. if: sportif 5. al: musikal
3. ik: heroik
Imbuhan Daerah
1. tuna: tunawisma, tunawicara, tunakarya
2. pasca: pascapanen, pascabencana,
pascabanjir
3. nara: narasumber, narapidana
4. swa: swamitra, swalayan, swadaya
5. sapta: saptamarga
6. catur: caturwulan,
7. dasa: dasawarsa,
Pertemuan 6: Kata dan Kalimat
A. KATA:
Kata sebagai unsur pembentuk kata memiliki berbagai jenis
fungsi dan makna untuk membentuk kalimat.
Jenis kata:
1. Kata benda
2. Kata sifat
3. Kata kerja
4. Kata nominal
5. Kata keterangan
6. Kata ulang
7. Kata depan
8. Kata majemuk
Gabungan Kata: Frasa
Frasa: gabungan kata yang menduduki satu fungsi atau unsur dalam
kalimat
Jenis Frasa:
1. Frasa Eksosentrik: frasa yang terdiri dari gabungan kata dasar dan
kata depan (preposisi)
cth: di kebun, ke pasar, dari kampus, pada malam
2. Frasa Endosenstrik: frasa yang terdiri dari unsur yang tidak dapat
disubtisusikan oleh unsur lain
Jenis Klausa:
1. Klausa atasan/inti: induk kalimat
2. Klausa bawahan/: anak kalimat
B. Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang memiliki satu inti kalimat
(klausa)
contoh:
Kami selalu menunggu hujan emas
setiap hari.
Kami berlibur ke Paris.
lanjutan
2. Kalimat Majemuk
kalimat yang memiliki unsur klausa atau
inti kalimat lebih dari satu.
Cth: Ia tidak sekolah karena ia sakit
Kami tetap berangkat walaupun hari ini hujan
lebat.
Mereka tetap akan mendaki gunung meskipun di
antara mereka ada yang tidak dapat ikut.
lanjutan
Konjungsi Korelasi
Bukan … melainkan.
Contoh:
Bukan hanya mahasiswa yang
menginginkan presiden mundur
melainkan masyarakat DIY juga
menginginkan hal yang sama.
lanjutan
Baik … maupun
Baik siswa maupun guru semua harap
menuju ke aula untuk menyaksikan
pementasan drama dari siswa kelas IX.
lanjutan
Antara … dengan/dan
Antara persepakbolaan Indonesia dengan
Amerika latin memiliki tipe dan gaya
permainan yang sama karena sebagian
pemain asing di Indonesia berasal dari
Amerika latin.
lanjutan
1. Hubungan Transisi
- hubungan tambahan: selanjutnya, lebih lagi, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu
juga, lagi pula
- hubungan pertentangan: akan tetapi, namun,
bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya.
lanjutan
- Hubungan perbandingan: sama dengan itu,
dalam hal yang demikian, sehubungan dengan hal
itu
- Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya,
oleh karena itu, maka, oleh sebab itu
- Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu
- Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya,
akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan
- Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah
itu, beberapa saat kemudian,
- Hubungan tempat: berdekatan dengan itu
lanjutan
tetapkan
TENTUKAN JUDUL
Judul menarik dan terbatas
Sesuaikan
OUTLINE
Bentuk & jenis krgn dgn metode penulisan
laksanakan
KUMPUL DATA Studi pustaka, wawancara, observasi
Klasifikasikan
ORGANISASIR Data lalu susun jadi wacana
Suntinglah
EDITING Kaidah bhs, ejaan, diksi, alinea
PENULISAN AKHIR
Pertemuan 9:
PEMILIHAN TOPIK/ MASALAH
Bab I. Pendahuluan
- Latar Belakang (alasan penulisan)
- Identifikasi Masalah (spesifikasi masalah)
- Rumusan Masalah (masalah yang akan
dikaji)
- Pembatasan Masalah (batasan masalah)
- Tujuan Penulisan (maksud penulisan)
- Hipotesis penelitian (dugaan sementara)
Lanjutan (format
Bab II. Landasan Teori Skripsi)
(Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang
berhubungan dengan topik yang dibahas)
Bab IV Pembahasan
- Deskripsi data hasil penelitian
- Pengolahan data (teknik analisis data)
- Pembahasan
- Implikasi penelitian (implementasi hasil
kajian)
- Pengujian hipotesis (pembuktian hipotesis)
Lanjutan (format
Skripsi)
6. Sela ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris
pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar
pustaka.
Lanjutan : Pengetikan
7. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:
a. Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah halaman
judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrakkata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran. Spasi yang digunakan adalah:
1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
2) Pengantar ditulis dengan spasi satu setengah
3) Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis dengan
menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun
dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
5) Lainnya, lihat Lampiran.
b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun
dengan menggunakan spasi satu setengah
c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar
referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar
referensi dengan satu setengah), dan Lampiran yang ditulis dengan
spasi satu setengah atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran
Lanjutan : Pengetikan
6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:
a. Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf
besar/kapital, dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang
berlaku umum seperti PT., CV.), posisinya di tengah
halaman, dan tanpa diakhiri tanda titik. Perkecualiannya
adalah judul pada halaman Persetujuan Seminar dan
Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).
e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1), 2), 3) dst.
(tanpa titik), dan judul sub sub-sub-sub-sub bab dimulai dengan
huruf a), b), c) dst. (tanpa titik). Huruf pertama setiap kata dimulai
dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub
subsub- sub-sub-bab dicetak dengan huruf miring (italic).
Lanjutan : Pengetikan
f. Penulisan headings hierarchy (sub-judul)
Lanjutan : Pengetikan
Lanjutan : Pengetikan
g. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang perbedaan keduanya (headings hierarchy
dan points/items hierarchy) dalam sebuah
teks/tulisan, lihat contohnya pada Lampiran.
h. Sepanjang memungkinkan, hindari penggunaan
hirarkhi sub-judul (headings hierarchy) yang
terlalu banyak tingkatannya (sub sub-subsub- bab
dan seterusnya). Hal ini bisa dilakukan dengan
memanfaatkan penggunaan rincian poin-poin atau
item-item (points/items hierarchy).
Lanjutan : Pengetikan
7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan
yang terletak pada awal kalimat yang harus dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh:
Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa
tanda titik (kg, cm, dan lain-lain)
Lanjutan : Pengetikan
7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang
terletak pada awal kalimat yang harus dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh:
Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik
(kg, cm, dan lain-lain)
d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka,
sedangkan pecahan yang bergabung dengan bilangan bulat
harus ditulis dengan huruf/dieja. Contoh: tiga dua pertiga.
Lanjutan : Pengetikan
C. Penomoran Halaman
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halaman awal,
halaman judul bab, halaman teks utama, dan lain sebagainya, adalah
sbb :
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran) diberi nomor
halaman dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan
ditempatkan di tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi
nomor, tetapi tetap dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar
Pustaka diberi nomor halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan
seterusnya). Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas,
kecuali bab baru yang diisi nomor halaman di tengah bawah.
3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran yang
disajikan menurut kelompoknya tanpa diberi nomor halaman.
Contoh:
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Peta Desa Mahak Baru
Lanjutan : Pengetikan
D. Tabel dan Gambar
Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar mengikuti
ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Tabel
a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi ringkasan data-
data penelitian yang penting. Data lengkapnya dapat
disajikan pada Lampiran.
b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan batas tepi
kiri dan kanan pengetikan.
c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga mudah dibaca.
d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi.
e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi kertas.
f. Kolom tabel diletakkan sejajar dengan panjang kertas.
g. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-
baris teks. Dalam hal ini jarak tabel dan kalimat di
bawahnya adalah dua spasi.
Lanjutan : Pengetikan
h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan judul
tabel, dengan ketentuan:
1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau lebih, maka
spasi yang digunakan adalah satu spasi. Baris terakhir
judul terletak dua spasi di atas garis batas atas tabel.
2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah baris terakhir
teks.
Nomor tabel terdiri dari dua bagian, bagian pertama
menunjukkan nomor bab tempat tabel itu dimuat, dan
bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab
itu.
Contoh: Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tabel itu ada di
BAB II dan tabel urutan kelima pada bab itu.
Lanjutan : Pengetikan
i. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih
besar dari halaman naskah dapat diizinkan,
tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat
satu kali sudah mencapai ukuran halaman
naskah yang dimasukkan dalam teks.
j. Dalam setiap tabel tentang data, di bawah
tabel tersebut harus dicantumkan sumbernya
dengan ukuran huruf (font) 10 dengan spasi
tunggal (lihat Lampiran).
Lanjutan : Pengetikan
2. Gambar
a. Yang dimaksud dengan gambar adalah bagan,
grafik, peta, diagram, atau foto.
b. Garis batas gambar diletakkan sedemikian rupa
sehingga garis batas tersebut tidak melampaui
batas tepi kertas.
c. Untuk gambar besar, ukurannya diatur agar
sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan
pengetikan; sedangkan untuk gambar kecil yang
tampilannya menjadi kurang bagus kalau
diperbesar, atur ukuran dan posisinya agar
simetris dengan batas tepi halaman (tidak sejajar,
tapi jarak ke tepi kiri dan kanan sama).
Lanjutan : Pengetikan
d. Di atas gambar disajikan nomor dan judul gambar, dengan
ketentuan:
1) Jika judul gambar terdiri dari dua baris atau lebih, spasi
yang digunakan adalah spasi tunggal. Baris terakhir judul
terletak dua spasi di atas gambar.
2) Nomor gambar terletak dua spasi di bawah baris terakhir
teks. Nomor gambar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
menunjukkan nomor bab tempat gambar itu dimuat,
sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel
pada bab itu.
Contoh: Gambar 2.1 menunjukkan bahwa gambar tersebut
adalah gambar urutan pertama pada Bab II.
e. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih besar dari
halaman naskah disajikan sebagai lampiran.
f. Jika ada keterangan gambar, keterangan tersebut ditulis
pada tempat kosong di bawah gambar (tidak diletakkan di
halaman lain).