Anda di halaman 1dari 12

Keperawatan Gerontik

Vertigo (Brant-Daroff Habituation Exercise)

Disusun oleh :
 Wahyu puspitasari

 Widyandika yudha

 Widiyanto

 Yanuar phutut

 Yuyun purwanti

 Putri puja
Latar belakang vertigo

Usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia menjadi
tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala
kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban,
gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan
pinggul. Menurunnya fungsi organ menyebabkan lansia lebih rentan terkena berbagai
macam penyakit termasuk penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, osteoporosis, mudah jatuh maupun menurunnya fungsi
neurologis salah satunya adalah vertigo.
Definisi
• Vertigo adalah gangguan vestibular akibat adanya gerakan kepala atau perubahan

posisi, kelainan didalam telinga, hipertensi, migrain, neuritis vestibular, penyakit


meniere dan gangguan kecemasan (Kaski, Agarwal, & Murdin, 2019).

• Menurut (Sudira, 2015) berdasarkan gejala klinis vertigo dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu: Vertigo paroksimal, Vertigo kronis , Vertigo serangan akut .


Lanjutan
• Lansia adalah kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari

proses kehidupanya.

• Depkes RI (2009) membagi tiga kelompok lanjut usia meliputi

a. Lansia awal yaitu usia lanjut 46-55 tahun

b. Lansia akhir yaitu usia lanjut 56-65 tahun,

c. Manula yaitu usia lanjut >65 tahun.


Lanjutan
• Brandt Daroff exercise adalah sebuah latihan yang bertujuan untuk adaptasi lansia

terhadap meningkatnya respon gravitasi yang menimbulkan pusing saat terjadi


perubahan posisi kepala. Bila dilakukan dengan benar sesuai anjuran maka dapat
menghilangkan gejala vertigo dalam jangka panjang. Latihan Brandt Daroff juga
dapat melancarkan aliran darah ke otak yang mana dapat memperbaiki tiga sistem
sensori yaitu sistem penglihatan, sistem keseimbangan telinga bagian dalam, dan
sistem sensori umum yang merupakan sistem sensor gerak, tekanan dan posisi
(Farida, 2017).
Peralatan dan bahan

• Tempat tidur/ bed

• Stopwatch/ jam
Prosedur ketrampilan

Tahap Pra Interaksi

• Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.

• Mengidentifikasi pasien dengan tepat

• Mencuci tangan

• Menempatkan alat/tempat tidur didekat pasien dengan benar.


Tahap Orientasi

• Mengucapkan salam ,menyapa pasien dan memperkenalkan diri.

• Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.

• Menjelaskan tujuan dan prosedure tindakan pada pasien

• Menanyakan keiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan


Tahap kerja
• Menjaga privasi pasien

• Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa

• Mulailah dengan duduk tegak di sisi tempat tidur anda

• Berbaringlah ke samping. Jangan lebih dari 1 atau 2 detik untuk mencapai posisi ini

• Tetap pada posisi ini selama 30 detik atau sampai dizziness anda reda

• Kembali ke posisi tegak dan tunggu selama 30 detik

• Sekarang, baringkan tubuh ke samping – berlawanan arah dari sebelumnya. Jangan lebih dari 1
atau 2 detik untuk mencapai posisi ini
• Tetap pada posisi ini selama 30 detik atau sampai dizziness anda reda

• Kembali ke posisi tegak dan tunggu sampai 30 detik.


Tahap evaluasi
• Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.

• Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL

• Merapikan pasien dan lingkungan.

• Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.

• Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.

• Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.

• Mencuci tangan.

• Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.


VIDEO BRANDT DAROFF
• Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai