Anda di halaman 1dari 30

Fatigue (Kelelahan)

Kelelahan (Definisi)

 Mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh


terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
terjadi pemulihan setelah istirahat.
 Menunjukkan suatu kondisi tubuh secara
fisik dan mental yang mengalami gangguan,
di mana berakibat pada menurunnya
kemampuan kerja dan berkurangnya ketahanan
tubuh dalam bekerja
 Kehilangan efisiensi dan suatu penolakan
untuk melakukan segala sesuatu kegiatan
Jenis Kelelahan

 Kelelahan umum
Ditandai oleh hilangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh terganggunya persarafan
pusat dan kondisi fisik-psikologis
 Kelelahan otot
Ditandai dengan tremor/rasa nyeri pada otot-otot
dan persendian
Jenis Kelelahan Umum

 Kelelahan visual, disebabkan karena mata yang


lelah
 Kelelahan tubuh secara umum, karena beban
fisik yang berlebih
 Kelelahan mental, karena pekerjaan yang
bersifat mental/otak
 Kelelahan pada sistem saraf, karena tekanan
berlebih pada sistem psikomotorik
Jenis Kelelahan Umum

 Kelelahan monoton karena lingkungan atau tidak


adanya variasi pekerjaan
 Kelelahan kronis, karena efek berkepanjangan
dari kelelahan yang dirasakan
 Kelelahan ritme circadian, karena kualitas
istirahat/tidur yang kurang atau aktivitas yang
tidak mengikuti ritme circadian sehingga
menyebabkan kelelahan
Mekanisme Terjadinya Kelelahan
Otot
 Ketidakseimbangan pembentukan C02
dengan pengeluarannya dari tubuh, sehingga
terjadi penimbunan dalam jaringan otot yang
mengganggu kegiatan otot selanjutnya
 Berkurangnya cadangan glikogen dalam hati,
di mana kelelahan timbul apabila konsentrasi
glikogen dalam hati tinggal 0,7%
Mekanisme Terjadinya Kelelahan
Otot
 Ketidakseimbangan antara proses pengubahan

asam laktat dengan pembentukan asam laktat


itu sendiri, sehingga asam laktat terakumulasi
dalam otot dan peredaran darah.
 Oksigen dibutuhkan untuk mengurangi asam laktat
dengan mengubahnya menjadi air dan C02, agar
segera dikeluarkan dari tubuh
 Dalam keadaan normal, jumlah 02 yang masuk
dalam pernapasan kira-kira 4 l/min, sedangkan
dalam keadaan kerja keras dibutuhkan kira-kira 15
l/min.
Akar Penyebab Kelelahan

 Intensitas kerja yang terlalu besar dan durasi


kerja yang terlalu lama
 Lingkungan kerja yang tidak mendukung:
 lingkungan fisik (iklim, pencahayaan kurang,
getaran, dan kebisingan)
 lingkungan biologis,
 lingkungan kimia,
 lingkungan psikologis, dan
 lingkungan sosial budaya.
Akar Penyebab Kelelahan

 Rasa sakit dan nyeri yang dirasakan saat


bekerja
 Keadaan gizi/nutrisi yang kurang/buruk dapat
menganggu kerja dan menurunkan efisiensi
kerja, serta mengakibatkan kelelahan.
 Pekerjaan yang bersifat monotoni
Akar Penyebab Kelelahan
 Fisiologis tubuh yang berkaitan dengan ritme
circadian
 Ritme circadian merupakan variasi ritme dari fungsi
organ-organ (fisiologis) tubuh yang berfluktuasi dalam
24 jam. Disebut juga sebagai jam biologis (body
clock).
 Efek dari ritme circadian adalah selama pagi/siang
hari, fisiologis organ tubuh berada pada fase bekerja
(fase ergotropic), sedangkan pada malam hari hampir
menurun kerjanya dan berada pada fase penyegaran
atau pemulihan energi (fase trophotropic).
Upaya Mengatasi Kelelahan

 Menyediakan/konsumsi makanan yang


mengandung kalori secukupnya
 Bekerja dengan menggunakan metode kerja
yang ergonomis & memperhatikan durasi kerja
 Bekerja dengan memperhatikan kemampuan
tubuh  mengeluarkan tenaga (kalori) tidak
melebihi nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi
Upaya Mengatasi Kelelahan

 Mengatur lingkungan kerja yang baik dan


kondusif untuk kerja, meliputi lingkungan fisik,
kimia, biologis, psikologis, dan sosial budaya
 Melakukan frekuensi istirahat pendek yang
sering, karena hal ini lebih baik daripada
istirahat panjang yang sedikit.
Upaya Mengatasi Kelelahan

 Mengurangi monotoni kerja dengan menambah


variasi pekerjaan (redesign pekerjaan),
perubahan dekorasi ruangan kerja, perubahan
warna dinding ruangan, pemberian musik,
menyediakan waktu untuk exercise/olah raga,
dan lain-lain.
Peregangan singkat 7 menit yang dilakukan bersama-
sama
Istirahat 15M/30D yang dilakukan secara
individu
BEFORE
Perubahan Kondisi
Dinding Ruangan
Kerja

AFTER

Partisipasi pekerja
Upaya Mengatasi Kelelahan
 Menghindari pekerjaan yang menggunakan
kontraksi otot statis dalam jangka waktu yang
lama dan mengusahakan variasi pekerjaan lain
(tambahan) yang menggunakan kontraksi otot
dinamis
 Menjaga agar pekerjaan dilakukan dengan tidak
mengerahkan tenaga otot yang besar
Pengukuran Kelelahan

 Metode pengukuran kelelahan kerja seseorang


secara langsung, yang pasti dan yang
sebanding dengan konsumsi energinya belum
ditemukan sampai saat ini.
 Pengukuran kelelahan kerja yang bisa dilakukan
sampai sejauh ini hanyalah pengukuran
terhadap manifestasi/indikator dari kelelahan
Metode Pengukuran Kelelahan
 Kualitas dan kuantitas hasil kerja
 Kualitas output (jumlah produk cacat, jumlah material
cacat, jumlah kesalahan, dan lain-lain) atau frekuensi
kecelakaan
 Kuantitas (jumlah produk per satuan waktu)
 Pengukuran perasaan subjektif kelelahan kerja:
 Kuesioner kelelahan secara umum (mis: Subjective
Self Rating Test yang disusun oleh Industrial Fatigue
Research Committee (IFRC) Jepang, mencakup
pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan
kelelahan fisik)
 Kuesioner kelelahan mata
 Kuesioner Nordic Body Map
Metode Pengukuran Kelelahan
 Pengujian dengan flicker-fusion test
 Salah satu keadaan yang menunjukkan kelelahan
kerja adalah melambatnya kemampuan mata untuk
membedakan cahaya berkedip dengan cahaya
kontinu dari flicker fusion frequency.
 Awalnya, subjek melihat objek yang berkedip. Ketika
objek berhenti berkedip, subjek akan secepatnya
menekan tombol, dan lama waktu respon dicatat
 Semakin lama waktu respon yang dibutuhkan,
semakin menunjukkan kelelahan (dilihat dari sudut
pandang kelelahan mata)
Metode Pengukuran Kelelahan
 Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan
Elektro-ensefalogram (EEG)
 Merupakan pengukuran khusus yang digunakan untuk
penelitian standar di laboratorium, dimana alat ini
dapat mengintepretasikan kondisi kecemasan,
hilangnya konsentrasi, mengantuk, dan kondisi-
kondisi lain yang merupakan indikator kelelahan
 Uji psiko-motorik (Psychomotor test)
 Pengujian ini melibatkan fungsi persepsi,
interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara
yang dapat digunakan adalah dengan
pengukuran waktu reaksi. Mis: ruler drop test
Ruler Drop Test
 Pengukur memegang penggaris yang diletakkan di
antara jari jempol dan telunjuk, dengan ketinggian
penggaris sekitar 2 – 3 cm dari kedua jari tersebut.
Pastikan angka nol centimeter diletakkan pada
bagian bawah.
 Setelah penggaris dilepaskan oleh pengukur, subjek
di minta menangkap penggaris tersebut secepatnya
dengan kedua jari tersebut. Dalam hal ini subjek
tidak diberitahu kapan penggaris akan dilepaskan
oleh pengukur.
Ruler Drop Test
 Pengukur mencatat angka pada penggaris
dimana posisi jempol tersebut berada.
 Lakukan pengukuran ini sebanyak 2-3 kali dan
kemudian hitung rata-ratanya
Ruler Drop Test

t= waktu reaksi
d = jarak sesuai yang tertera pada
penggaris
g = percepatan grafitasi (9,8 m/dt2)
Excellent Above average Average Below average Poor
< 7,5 cm 7,5 – 15,9 cm 15,9 – 20,4 cm 20,4 – 28 cm >28 cm
Istirahat Kerja

 Setiap fungsi dari tubuh manusia dapat dilihat


sebagai suatu keseimbangan antara konsumsi
energi dan penggantian energi atau antara kerja
dan istirahat.
 Istirahat diperlukan sebagai kebutuhan fisiologis
agar kinerja dan efisiensi kerja dapat
dipertahankan
Macam Istirahat Kerja

 Istirahat spontan: istirahat atas inisiatif dari


pekerja itu sendiri setelah bekerja berat.
 Istirahat samaran/curian: istirahat ketika pekerja
mengalihkan diri dari pekerjaan utama. Misalnya
membersihkan mesin, mengatur ulang posisi
duduk, meninggalkan tempat, dsb.
Macam Istirahat Kerja

 Istirahat karena kondisi kerja, yaitu istirahat


yang muncul karena menunggu proses tertentu.
Misalnya menunggu mesin yang sedang
bekerja, menunggu pemanasan dari mesin,
menunggu perbaikan mesin, dan sebagainya
 Istirahat resmi, yaitu istirahat yang ditetapkan
oleh manajemen perusahaan.
Hub. Antar Jenis Istirahat

 Semua jenis istirahat ini saling berkaitan satu


dengan yang lain, di mana berkisar antara 15 –
30% dari waktu kerjanya, tergantung dari jenis
pekerjaannya
 Pemberian tambahan istirahat pendek yang
resmi, disebut juga short break atau micro break
akan mengurangi istirahat spontan, istirahat
samaran/curian, sehingga membuat pekerja
lebih produktif.
Microbreaks delay
fatigue
Tes

petra.id/fatigue

Anda mungkin juga menyukai