Anda di halaman 1dari 31

Perkembangan Ekonomi

Pada Masa Demokrasi


Liberal & Perkembangan
Politik Pada Masa
demokrasi Terpimpin
Kelompok 4
04. Alim Muhammad Thohir Ilham
Sedayu
25. Nayla Dzilkamala
35. Zahira Fairuzka Lunaya Putri
36. Zahlisa Afriana Rahmawati
01
Perkembangan
Ekonomi Pada Masa
Demokrasi Liberal
Kondisi Ekonomi Indonesia
Demokrasi Liberal berlangsung di Kendala lainnya yakni Indonesia harus
Indonesia dari tahun 1949 hingga menghadapi pemberontakan di daerah-
daerah. Kebutuhan keamanan tentu harus
1959. Saat itu Indonesia baru menambah biaya. Belum lagi kabinet yang
merdeka. Perekonomian belum kerap berganti, menyebabkan program
tertata dan tersendat-sendat. Apalagi ekonomi tak berjalan optimal. Kebijakan
setelah merdeka, Belanda masih yang dikeluarkan pemerintah pun tak bisa
berusaha menguasai Indonesia. menyelamatkan perekonomian. Adapun
Pertumbuhan penduduk melejit. usaha yang digunakan untuk memperbaiki
Namun tak ada tenaga ahli untuk perekonomian :
membangkitkan industri.
Gunting Syafruddin
Kebijakan ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya
dengan memotong uang yang bernilai Rp 2,50 ke atas
hingga nilainya menjadi setengah. Kebijakan ini
dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950 oleh Menteri
Keuangan saat itu, Syafruddin Prawiranegara. Kebijakan
ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas
menjadi dua bagian, bagian kanan dan bagian kiri.
Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat
pembayaran yang sah dengan nilai separuh dari nilai
nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas
bagian kanan ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah
yang dapat dicairkan beberapa tahun kemudian. Kebijakan
ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang
beredar di masyarakat dan menambah kas negara.
Gerakan Benteng
Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan
untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang
dituangkan dalam program kerja Kabinet Natsir. Pada
dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan untuk melindungi
para pengusaha dalam negeri dengan cara memberikan
bantuan berupa kredit dan bimbingan konkret. Sekitar 700
pengusaha dalam negeri telah mendapat bantuan kredit dari
pemerintah. Namun, program ini tidak berjalan dengan baik
karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh pengusaha
dalam negeri. Banyak yang menggunakan dana kredit
tersebut untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq
Tjokrohadisurjo menteri ekonomi pada masa Kabinet Ali
Sastroamijoyo I. Kabinet ini fokus pada kebijakan
Indonesia dan mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali”
mewakili pengusaha pribumi dan “Baba” mewakili
pengusaha Tionghoa. Program ini berisi pemberian kredit
dan lisensi pemerintah untuk pengusaha swasta nasional
pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi.
Namun, program ini gagal karena pengusaha pribumi masih
miskin dibandingkan pengusaha nonpribumi.
Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan • hasil KMB dibubarkan.
Kabinet Burhanudin Harahap dikirim • Hubungan Finek Indonesia-Belanda
seorang delegasi ke Jenewa, Swiss didasarkan atas hubungan bilateral
untuk merundingkan masalah • Hubungan Finek didasarkan pada Undang-
finansial-ekonomi antara pihak undang Nasional
Indonesia dengan Belanda. Misi ini Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau
dipimpin oleh Anak Agung Gde menandatangani sehingga Indonesia
mengambil langkah secara sepihak. Pada
Agunng tanggal 7 Januari 1956,
adapun kesepakatan yang pada Finek tanggal 13 Februari 1956, Kabinet
adalah: Burhanudin Harahap melakukan pembubaran
Uni-Indonesia dan akhirnya tanggal 3 Mei
1956 Presiden Soekarno menandatangani
pembatalan KMB.
Gerakan Asaat
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga Indonesia
asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada Oktober 1956,
pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha pribumi.
Rencana Pembangunan Lima Tahun
Ketidakstabilan politik dan ekonomi RPLT tidak dapat berjalan dengan baik karena:
menyebabkan merosotnya ekonomi,
inflasi, dan lambatnya pelaksanaan • Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga
pembangunan. Pada awalnya kabinet banyak daerah yang melaksanakan kebijakan
menekankan pada program ekonominya sendiri
pembangunan ekonomi jangka pendek • Perjuangan membebaskan Irian Barat dengan
kemudian dibentuk Badan Perancang melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di
Pembangunan Nasional yang disebut Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi
Biro Perancang Negara. Pada bulan • Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan
Mei 1956 biro ini menyusun RPLT. Eropa Barat pada akhir tahun 1957 sehingga pada
awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan
pendapatan negara merosot
Musyawarah Nasional Pembangunan
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut
untuk sementara waktu dapat teratasi dengan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk
mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk
jangka panjang. Rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:

• adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.


• Terjadi ketegangan politik.
• Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.
Nasionalisasi Perusahaan Asing
Selain kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pada warga
negara Indonesia, perkembangan kehidupan ekonomi Bangsa
Indonesia di masa demokrasi liberal juga tidak lepas dari
kehadiran perusahaan-perusahaan asing yang dijadikan
menjadi milik pemerintah Indonesia atau lebih dikenal dengan
nasionalisasi. Tahap ini dimulai sejak Desember 1958
dengan dikeluarkannya undang-undang tentang nasionalisasi
perusahaan-perusahaan milik Belanda.
Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh
pemerintah Indonesia di antaranya adalah Bank Nederlandsche
Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank
De Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara), N.V
Nederlandsche Handels Maatschappij (Bank Exim),
Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart
Maatschappij/KNILM (Garuda Indonesia), dll.
Nasionalisasi De Javasche Bank
Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet
Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de
Javasche Bank yang berdasarkan pada keputusan
Pemerintah RI No. 122 dan 123. Pemerintah
memberhentikan Dr. Houwing sebagai Presiden de
Javasche Bank dan mengangkat Mr. Syafruddin
Prawiranegara sebagai Presiden de Javasche Bank
yang baru. Pada tanggal 15 1951
Desember
diumumkan Undang-Undang No. 24 tahun 1951
tentang Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi
Bank Sentral kemudian pada tanggal 1 Juli 1953,
de Javasche Bank berganti menjadi Bank Indonesia.
Perkembangan
02 Politik Pada Masa
demokrasi
Terpimpin
Kondisi Politik Indonesia
Kehidupan politik pada masa demokrasi terpimpin dilatarbelakangi pula oleh belum pernah tercapainya
kestabilan secara nasional di masa sebelumnya (Demokrasi Parlementer). Saat itu, persaingan partai-partai
politik yang menyebabkan pergantian kabinet terus terjadi sehingga tidak mampu bekerja secara efisien.
Selain itu, Dewan Konstituante hasil pemilu tahun 1955 ternyata tidak berhasil melaksanakan tugasnya
menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk melaksanakan model
pemerintahan Demokrasi Terpimpin dan kembali kepada UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya adalah sebagai
berikut :
● Menetapkan pembubaran Konstituante.
● Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
terhitung mulai tanggal penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).
● Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dan golongan, serta
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Penyimpangan pada Masa Demokrasi
Terpimpin
Pada saat itu pula, sistem kabinet parlementer ditinggalkan dan kabinet pada masa demokrasi terpimpin
adalah kabinet presidensial, yang meliputi:

● Kabinet Kerja I
● Kabinet Kerja II
● Kerja III
● Kerja IV
● Kabinet Dwikora I
● Dwikora II
● Dwikora III

Meskipun diterima baik oleh rakyat dan bertujuan untuk menata kembali kehidupan politik dan
pemerintahan yang belum stabil, dalam perkembangannya Demokrasi Terpimpin banyak melakukan
penyimpangan. Berikut adalah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi
terpimpin :
Pembentukan MPRS
Presiden menunjuk dan mengangkat anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Seharusnya
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) dipilih melalui pemilu bukan ditunjuk dan
diangkat oleh Presiden.
Pembentukan DPR GR
Presiden membubarkan Dewan Permusyawaratan Rakyat
(DPR) hasil Pemilu 1955 dan menggantinya dengan Dewan
Permusyawaratan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
Seharusnya kedudukan Presiden dan DPR adalah setara.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR
tidak dapat memberhentikan Presiden.
Pembentukan DPAS
Karena lembaga Dewan Pertimbangan Agung Sementara ini
anggotanya ditunjuk oleh presiden dan diketuai oleh
presiden. Padahal tugas DPAS adalah memberi jawaban
atas pertanyaan presiden dan memberi usulan kepada
pemerintah. Yang keanggotaannya terdiri dari satu orang
wakil ketua, Ruslan Abdulgani, dua belas orang wakil partai
politik, delapan orang utusan daerah, dan dua puluh empat
orang wakil golongan.
Penetapan Manifesto Politik Republik
Indonesia sebagai GBHN
Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan oleh MPR.

Pengangkatan Presiden Seumur Hidup

Karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden seumur hidup. Menurut pasal 7
UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang jabatan selama lima
tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali.
Lembaga-lembaga negara mempunya inti
Nasionalisme Agama Komunis
(Nasakom)
Nasional diwakili PNI Agama diwakili NU

Komunis diwakili
PKI
Arah Politik Luar Negeri Indonesia pada
Masa Demokrasi Terpimpin
Kekuatan Politik Nasional
Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa Demokrasi terpimpin partai politik tidak mempunyai peran
besar lagi dalam pentas politik nasional. Partai-partai yang ada ditekan agar memberikan dukungan
terhadap gagasan presiden. Partai politik yang pergerakannya dianggap tidak sejalan dengan pemerintah
akan di bubarkan dengan paksa. Oleh karena itu partai-partai politik itu tidak dapat menyuarakan gagasan
dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya.
Politik Luar Negeri
Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara
komunis seperti Uni Soviet, China, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara. Beberapa pergerakan politik
luar negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut :

• Old Estabilished Fprce (Oldefo) adalah kubu bangsa bangsa tertindas yang progresif revolusioner
menentang imperialisme dan neokolonialisme.
• New Emerging Force (Nefo) adalah kelompok negara negara berkembang yang
antiimperialis/kolonialis dan sosialis serta komunis.
Politik Mercusuar
Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh
Presiden Soekarno. Pandangan politik ini memiliki keinginan
dan anggapan bahwa Indonesia dapat menjadi mercusuar yang
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk
mewujudkannya, maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada
kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo.

Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar,


di antaranya adalah penyelenggaraan Ganefo (Games of the New
Emerging Forces), pembangunan kompleks olahraga Senayan,
dan pembangunan Monumen Nasional (Monas).
Konfrontasi dengan Malaysia
Konfrontasi dengan Malaysia berawal dari keinginan Federasi Malayasia untuk menggabungkan Brunei,
Sabah, dan Serawak ke dalam Federasi Malaysia. Rencana tersebut mendapatkan tentangan dari Filipina dan
Indonesia. Namun pada tanggal 16 September 1963 pendirian Federasi Malaysia tetap diproklamirkan.
Menghadapi tindakan ini, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September 1963
hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden
Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi:

● Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.

● Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.

Pada saat Konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung, Malaysia dicalonkan menjadi anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB. Pencalonan ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno. Pada tanggal 7
Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Secara
spontan akhirnya Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
Pembebasan Irian Barat
Sesuai isi KMB, Irian Barat akan diserahkan oleh Belanda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
Tetapi pada kenyataannya setelah satu tahun pengakuan kedaulatan Indonesia, Belanda belum juga
menyerahkan Irian Barat. akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh konfrontasi total
terhadap Belanda.

Puncak konfrontasi Indonesia terhadap Belanda terjadi saat Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora
(Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Isi dari Trikora 19 Desember 1961 itu
adalah sebagai berikut:

• Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial.


• Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
• Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Pada mulanya Belanda mencemoohkan persiapan-persiapan Komando Mandala tersebut. Tapi akhirnya
Belanda bersedia untuk berunding untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat.
Perjanjian New York
Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Belanda di New York, yang terkenal dengan Perjanjian New York. Adapun isi dari
Perjanjian New York sebagai berikut :

• Kekuasaan Belanda atas Irian Barat berakhir pada 1 Oktober 1962.


• Irian Barat akan berada di bawah perwalian PBB hingga 1 Mei 1963 melalui lembaga UNTEA
(United Nations Temporary Executive Authority) yang dibentuk PBB.
• Pada 1 Mei 1963, Irian Barat akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia.
• Pemerintah Indonesia wajib mengadakan penentuan pendapat rakyat (pepera) Irian Barat untuk
menentukan akan berdiri sendiri atau tetap bergabung dengan Indonesia, pada tahun 1969 di
bawah pengawasan PBB.

Berdasarkan hasil Pepera tahun 1969, Dewan Musyawarah Pepera secara aklamasi memutuskan
bahwa Irian Barat tetap ingin bergabung dengan Indonesia. Hasil musyawarah pepera tersebut
dilaporkan dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-24 oleh diplomat PBB, Ortiz Sanz yang bertugas di
Irian Barat.
Peristiwa G 30 S/PKI 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI Selanjutnya, Mayjen Soeharto mengumumkan melalui
dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto radio tentang keadaan yang sebenarnya kepada rakyat.
bersama Resimen Para Komando Pada tanggal 2 Oktober 1965, RPKAD pimpinan Kolonel
Angkatan Darat (RPKAD) dan Sarwo Edhi Wibowo berhasil sepenuhnya menguasai
Batalyon 328/Para Divisi Siliwangi. keadaan di Jakarta dan pemberontakan G 30 S/PKI
Pada malam hari tanggal 1 Oktober berhasil digagalkan.
1965, RPKAD yang dipimpin oleh
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo berhasil
menguasai kembali RRI Jakarta dan
kantor telekomunikasi yang tengah
dikuasasi Letkol Untung.
Apakah ada pertanyaan?
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai