Perkembangan Politik Pada Masa Demokrasi Terpimpin Dan Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal
Perkembangan Politik Pada Masa Demokrasi Terpimpin Dan Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal
● Kabinet Kerja I
● Kabinet Kerja II
● Kerja III
● Kerja IV
● Kabinet Dwikora I
● Dwikora II
● Dwikora III
Meskipun diterima baik oleh rakyat dan bertujuan untuk menata kembali kehidupan politik dan
pemerintahan yang belum stabil, dalam perkembangannya Demokrasi Terpimpin banyak melakukan
penyimpangan. Berikut adalah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi
terpimpin :
Pembentukan MPRS
Presiden menunjuk dan mengangkat anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Seharusnya
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) dipilih melalui pemilu bukan ditunjuk dan
diangkat oleh Presiden.
Pembentukan DPR GR
Presiden membubarkan Dewan Permusyawaratan Rakyat
(DPR) hasil Pemilu 1955 dan menggantinya dengan Dewan
Permusyawaratan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
Seharusnya kedudukan Presiden dan DPR adalah setara.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR
tidak dapat memberhentikan Presiden.
Pembentukan DPAS
Karena lembaga Dewan Pertimbangan Agung Sementara ini
anggotanya ditunjuk oleh presiden dan diketuai oleh
presiden. Padahal tugas DPAS adalah memberi jawaban
atas pertanyaan presiden dan memberi usulan kepada
pemerintah. Yang keanggotaannya terdiri dari satu orang
wakil ketua, Ruslan Abdulgani, dua belas orang wakil partai
politik, delapan orang utusan daerah, dan dua puluh empat
orang wakil golongan.
Penetapan Manifesto Politik Republik
Indonesia sebagai GBHN
Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan oleh MPR.
Karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden seumur hidup. Menurut pasal 7
UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang jabatan selama lima
tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali.
Lembaga-lembaga negara mempunya inti
Nasionalisme Agama Komunis
(Nasakom)
Nasional diwakili PNI Agama diwakili NU
Komunis diwakili
PKI
Arah Politik Luar Negeri Indonesia pada
Masa Demokrasi Terpimpin
Kekuatan Politik Nasional
Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa Demokrasi terpimpin partai politik tidak mempunyai peran
besar lagi dalam pentas politik nasional. Partai-partai yang ada ditekan agar memberikan dukungan
terhadap gagasan presiden. Partai politik yang pergerakannya dianggap tidak sejalan dengan pemerintah
akan di bubarkan dengan paksa. Oleh karena itu partai-partai politik itu tidak dapat menyuarakan gagasan
dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya.
Politik Luar Negeri
Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara
komunis seperti Uni Soviet, China, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara. Beberapa pergerakan politik
luar negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut :
• Old Estabilished Fprce (Oldefo) adalah kubu bangsa bangsa tertindas yang progresif revolusioner
menentang imperialisme dan neokolonialisme.
• New Emerging Force (Nefo) adalah kelompok negara negara berkembang yang
antiimperialis/kolonialis dan sosialis serta komunis.
Politik Mercusuar
Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh
Presiden Soekarno. Pandangan politik ini memiliki keinginan
dan anggapan bahwa Indonesia dapat menjadi mercusuar yang
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk
mewujudkannya, maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada
kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo.
● Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.
Pada saat Konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung, Malaysia dicalonkan menjadi anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB. Pencalonan ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno. Pada tanggal 7
Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Secara
spontan akhirnya Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
Pembebasan Irian Barat
Sesuai isi KMB, Irian Barat akan diserahkan oleh Belanda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
Tetapi pada kenyataannya setelah satu tahun pengakuan kedaulatan Indonesia, Belanda belum juga
menyerahkan Irian Barat. akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh konfrontasi total
terhadap Belanda.
Puncak konfrontasi Indonesia terhadap Belanda terjadi saat Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora
(Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Isi dari Trikora 19 Desember 1961 itu
adalah sebagai berikut:
Pada mulanya Belanda mencemoohkan persiapan-persiapan Komando Mandala tersebut. Tapi akhirnya
Belanda bersedia untuk berunding untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat.
Perjanjian New York
Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Belanda di New York, yang terkenal dengan Perjanjian New York. Adapun isi dari
Perjanjian New York sebagai berikut :
Berdasarkan hasil Pepera tahun 1969, Dewan Musyawarah Pepera secara aklamasi memutuskan
bahwa Irian Barat tetap ingin bergabung dengan Indonesia. Hasil musyawarah pepera tersebut
dilaporkan dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-24 oleh diplomat PBB, Ortiz Sanz yang bertugas di
Irian Barat.
Peristiwa G 30 S/PKI 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI Selanjutnya, Mayjen Soeharto mengumumkan melalui
dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto radio tentang keadaan yang sebenarnya kepada rakyat.
bersama Resimen Para Komando Pada tanggal 2 Oktober 1965, RPKAD pimpinan Kolonel
Angkatan Darat (RPKAD) dan Sarwo Edhi Wibowo berhasil sepenuhnya menguasai
Batalyon 328/Para Divisi Siliwangi. keadaan di Jakarta dan pemberontakan G 30 S/PKI
Pada malam hari tanggal 1 Oktober berhasil digagalkan.
1965, RPKAD yang dipimpin oleh
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo berhasil
menguasai kembali RRI Jakarta dan
kantor telekomunikasi yang tengah
dikuasasi Letkol Untung.
Apakah ada pertanyaan?
Terimakasih