Anda di halaman 1dari 15

Clinical consensus of emergency airway

management

Oleh :
Nia Ramadhanurrosita
Pembimbing:
dr. Satria Sewu, Sp.An
Background
Empat prinsip pengelolaan jalan napas darurat

1 Ventilasi dan oksigenasi

2 Evaluasi sebelum melakukan intubasi

3 Persiapan yang lebih matang

Dimulai dari bentuk intubasi yang paling


4 sederhana (dan paling tidak berbahaya)
Characteristics of the emergency airway

 Mendesak dan tidak terduga


 Beberapa faktor yang mempersulit pengelolaan
jalan napas darurat:
1. Kurang informasi
2. Kurang persiapan
3. Kurang penyesuaian
4. Kurang peralatan
5. Kurang standarisasi
Clinical decision making strategies for emergency airway management
“CHANNEL” PRINCIPLE

Crash airway

Crash airway mengacu pada pasien dengan henti


jantung dan henti napas, koma yang dalam atau
hampir meninggal, yang tidak dapat
mempertahankan ventilasi dan oksigenasi. Jalan
nafas harus dikelola dengan cepat sesuai dengan
diagram (mis., Ventilasi BVM kemudian
laringoskopi).
“CHANNEL” PRINCIPLE
Hypoxemia

Tujuan utama pengelolaan jalan napas darurat:


Koreksi hipoksemia

 Pasien yang bernapas spontan dengan stabil:


terapi oksigen dengan nasal kanul dan high-
flow oxygen device (non-rebreather mask atau
venturi mask)
 Pasien yang bernapas spontan tidak stabil:
Ventilasi BVM

Kesulitan dalam Ventilasi BVM meliputi:


orang tua (> 55 tahun), obesitas (indeks massa
tubuh> 26 kg/m2), edentulousness (tidak ada gigi),
adanya janggut, dan riwayat sleep apnea.

 Manuver Sellick
“CHANNEL” PRINCIPLE

Artificial Airway

Non-invasive airways yaitu: endotracheal


intubation, and supraglottic techniques
[laryngeal mask airways (LMAs)].

Invasive airways yaitu: tracheotomy, needle or


surgical cricothyroidotomy

Indikasi intubasi endotrakeal meliputi:


 ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas
atau mempertahankan patensi jalan napas
 kegagalan untuk mencapai ventilasi atau
oksigenasi yang memadai
 mengantisipasi perjalanan klinis yang memburuk
dan pada akhirnya akan mengarah pada situasi
yang disebutkan di atas
“CHANNEL” PRINCIPLE

Neck Mobility

Kekakuan / cedera / fiksasi leher, atau pasien yang tidak


kooperatif yang menolak memposisikan leher dengan
benar meningkatkan kesulitan intubasi endotrakeal.

Narrowing

Kompresi ekstratrakeal (tumor, abses lokal, hematoma,


dll.), benda asing intratrakeal, penyakit trakea
(radioterapi lokal, penyembuhan bekas luka, dll.) akan
meningkatkan kesulitan intubasi.
“CHANNEL” PRINCIPLE

Evaluating

 3-3-2 Rule
 Mallampati Score

Look Externally

Leher pendek, obesitas, mandibula yang mundur, gigi


taring panjang, deformitas traumatis, dll.
3-3-2 Rule
Larygoscopy Technique
Noninvasive airway techniques
Visualization technology

Supraglottic airway devices

Invasive airway techniques


Needle/percutaneous cricothyroidotomy

Tracheotomy
Pharmacology of airway management

Analgesia
Sedatif
remifentanil, Paralysis
propofol,
alfentanil, succinylcholine
etomidate, and
fentanyl, dan and rocuronium
midazolam
morfin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai