Anda di halaman 1dari 14

Journal Reading:

Difficult Airway Management in Patients Submitted to General


Anesthesia. Is it a Matter of Devices or Predictive Scores?
Lavinia Bergesio*, Nadia Ruggieri, Orazio Difrancesco, Enrico Giustiniano and Franco Cancellier

International Journal of Anesthetics and Anesthesiology

Preseptor : dr. Indrianto, Sp.An, KIC


Presentan : Kelompok 13 angkatan 2020
- Elsy Ayunidya V - Jihan Azzahra N

- Rizki Romdhon - Meyrantia Azmi

- Isman Ramadan - Adisya Andanita

-Yosa Nursidiq F - Fitrianti Dean P

- Adinda Fitri A
INTRODUCTION
● Manajemen jalan napas sebagian besar dilakukan di ruang operasi.
● Intubasi trakea sulit yang tidak terduga → dapat menjadi peristiwa yang
mengancam jiwa yang insidensinya bervariasi dalam rentang yang luas
dengan perkiraan frekuensi gabungan 6,8%.
● Kesulitan pada laringoskopi atau intubasi, jika terjadi ketidakmampuan untuk
mempertahankan jalan napas pasien → pasien berisiko komplikasi yang pada
dasarnya berhubungan dengan hipoksia.
● Insidensi hipoksia telah dilaporkan sekitar 1-4% pasien dengan jalan napas
normal dan, baru-baru ini, dalam kisaran 1,58-5% dari semua anestesi umum.
CONT..

● Laringoskop Macintosh → laringoskop yang paling umum digunakan untuk intubasi trakea pada pasien bedah rutin.
● Terlepas dari popularitasnya, kegagalan selama intubasi tidak jarang terjadi, terutama pada pasien dengan kesulitan yang tidak
terduga.
● Menurut bukti → direct laryngoscopy terkadang memberikan gambaran yang buruk tentang struktur glotis.
● Dari semua itu, laringoskop Truview EVO2® (Truphatek International Ltd, Netanya, Israel, 2004) → memfasilitasi indirect view
dari pita suara melalui port optik yang ditempatkan pada Macintosh blade yang dimodifikasi.
● Metode dan Tujuan Penelitian : secara retrospektif mengevaluasi peran laringoskop Truview dalam pengelolaan intubasi trakea
sulit yang tidak terduga pada pasien yang menjalani anestesi umum untuk operasi elektif di Pusat spesialisasi tinggi.
Materials and Methods
Menggunakan metode retrospektif analisis pengelolaan
kesulitan intubasi pada populasi bedah dengan subjek nya :
1. pasien dewasa non-obstetrik (> 18 tahun)
2. Kecuali pasien : pharyngo-laryngeal or neck tumors, maxillofacial
or cervical spine injury
PREOPERATIVE AIRWAY MANAGEMENT

Dievaluasi menggunakan El Ganzouri Risk Index (EGRI) :


- mouth opening (> or < 4cm)
- thyro-mental distance (> 6.5 cm, 6-6.5 cm, < 6 cm) = 3 jari
- Mallampati class (I, II, III, IV)
- neck movement (> 90º, 80º-90º, < 80º)
- unmodified Mallampati class has been used :
(class I when soft palate, fauces, uvula, and pillars could be visualized; class II
when soft palate, faucial pillars and base of the uvula could be visualized; class III
when only soft palate could be visualized).
CONT..
Cormack-Lehane (CL) Score untuk direct laryngoscope
● grade I → tampilan penuh glotis,
● grade II → sebagian tampilan glotis dengan komisura anterior tidak terlihat,
● grade III → ketika hanya epiglotis yang terlihat,
● grade IV → glotis epiglotis juga tidak terlihat.
Setelah preoksigenasi, protokol induksi anestesi umum diikuti pada semua pasien:
Propofol 1,5-2 mg/kg, Fentanil 1,5-2 mcg/kg, Rocuronium 0,6 mg/kg atau
Cisatracurium 0,2 mg/kg.
Alat yang digunakan: Laringoskop Macintosh (blade 3 dan 4) dan simple ETT.
Prosedur Penelitian
● Pada awalnya, semua pasien dicoba untuk intubasi trakea dengan direct
laryngoscope, sehingga, jika ada kesulitan, tingkat CL, jumlah upaya, perangkat yang
digunakan, dan komplikasi dicatat dalam database khusus.
● Ketika upaya intubasi pertama tidak berhasil, ahli Anestesi bebas memilih perangkat
di antara yang tersedia Truview laryngoscope, McCoy blade, Frova catheter,
laryngeal mask, fiberoptic bronchoscope, and Macintosh blade)
● Difficult Tracheal Intubation (DTI) → didefinisikan jika lebih dari satu kali percobaan
karena CL grade III atau IV.
Truview EVO2® (TW) laryngoscope (Figure 1)
● Fungsi: Berguna ketika digunakan pada kasus
Anterior placed larynx dan pasien dengan ekstensi
leher terbatas

● TW juga dilengkapi dengan port oksigen tambahan


yang dapat dihubungkan ke sumber oksigen (8-10
liter per menit), mencegah kabut, membersihkan
lensa distal dari sekresi, dan menyediakan aliran
oksigen terus menerus selama intubasi.

● Intubasi oleh TW menyiratkan visualisasi struktur


saluran napas atas dan tabung orotrakeal melalui
aparatus optik
Results
Semua intubasi pasien pertama kali dilakukan dengan
laringoskopi direct pada 90 pasien. Karakteristik sampel
pasien dengan DTI flow chart terlampir pada tabel 2.

- laringoskop Trueview digunakan pada 59 pasien


(65,5%) dengan hasil :

1. berhasil mencapai intubasi pada 44 kasus (75%)


2. sedangkan 15 kasus lainnya sukses ketika ditangani
dengan laryngeal mask
❖ Second additional direct laryngoscopy berjumlah 21 pasien
dengan hasil :
1. Success rate 9 kasus (42,8%)
2. Sisanya 12 pasien dikelola oleh Laryngeal mask (3,1%)

❖ Kateter Frova berhasil digunakan sebagai alat bantu dengan


laringoskop McCoy/Macintosh dalam 6 kasus.
❖ Kateter Frova berhasil digunakan dengan laringoskop
trueview sebagai alat bantu dalam 2 kasus
● Pada sampel ini, skor Mallampati rata-rata adalah 3 (rentang 2÷4). Tidak ada
pasien yang memiliki Mallampati 1 pada evaluasi pra operasi. Nilai rata-rata EGRI
pra operasi adalah 3 (kisaran 0-7).
● Setelah induksi anestesi dua pasien memiliki EGRI 0 dan empat pasien memiliki
EGRI 1. Jadi, di antara 66 pasien dengan EGRI <4, pada 6 pasien (9,1%) skor EGRI
yang tinggi tidak sesuai dengan intubasi trakea yang lancar.
DISCUSSION
● Dalam artikel ini, laringoskop Truview EVO2 (TW) mewakili pilihan alternatif yang valid dalam
kasus kesulitan jalan napas yang tidak terduga, karena berhasil pada 75% kasus.

● Laryngeal mask selalu menyelesaikan manajemen intubasi sulit yang tidak terduga, tetapi tidak
melindungi saluran udara sepenuhnya seperti tracheal tube, karena memisahkan trakea dari
esofagus.

● Di antara faktor prediktif kesulitan intubasi, pada dasarnya berfokus pada Mallampati class dan
BMI sebagai penanda yang paling standar.

● Obesitas menjadi salah satu faktor risiko penyulit intubasi pada pasien obstetric dan non
obstetric, pada penelitian ini menghasilkan Intubation Dificulty Score (IDS) lebih tinggi pada
pasien obstetric dan menemukan Mallampati kelas III dan IV menjadi prediksi penyulit intubasi
pada pasien obesitas, kontra dengan penelitian yang dilakukan oleh Danish et al, Body Mass Index
(BMI) tidak menjadi faktor penyulit intubasi
CONCLUSION

Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa Truview Laringoskop EVO2®


dapat mewakili keamanan, penghematan biaya, jangka pendek perangkat
pelatihan praktis jika terjadi Difficult TracheaI Intubation (DTI) yang tidak
terduga, sehingga bisa akhirnya diperkenalkan dalam manajemen napas yang
sulit.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai