zakat untuk sektor produktif, diantaranya dalam bentuk pemberian modal usaha untuk usaha tertentu dengan pendampingan sampai mustahiq mampu mengelola usaha sendiri (mandiri). • Charity secara bahasa berarti amal, derma, atau kemurahan hati. • Dalam konteks zakat, charity adalah penyaluran harta zakat kepada mustahiq untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, seperti sembako, pakaian, rumah dll. • Diantara karakteristik program charity adalah tidak ada program lanjutan sebagai follow up, bersifat konsumtif, dan jangka pendek. B. Karakteristik Pemberdayaan 1. Di antara karakteristik program pemberdayaan zakat: a. Ada program lanjutan sebagai follow up b. Bersifat produktif c. Bersifat jangka panjang 2. Substansi pemberdayaan zakat adalah pemanfaatan dana zakat untuk mendorong mustahiq agar mampu memiliki usaha sendiri 3. Pemberdayaan dana zakat diwujudkan dalam bentuk pengembangan modal usaha mikro yang sudah ada atau perintisan usaha mikro baru yang prospektif. C. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan
1. Pendaftaran calon penerima bantuan
2. Survey kelayakan 3. Strategi pengelompokkan 4. Pendampingan 5. Pembinaan secara berkala 6. Melibatkan mitra atau pihak ketiga 7. Pengawasan, kontrol dan evaluasi. D. Ketentuan Fiqh Terkait Pemberdayaan dan Charity 1. Dana zakat diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan darurat, yakni: a. Program-program pemberdayaan selain ekonomi, yaitu program pendidikan, kesehatan dan dakwah b. Program charity yang memenuhi kriteria al-hajah al- massah 2. Dana zakat harus disalurkan segera, ini berarti dana zakat harus disalurkan di tempat donasi dan tidak boleh untuk investasi, kecuali ketika mustahiq tidak ada yang membutuhkan dana zakat segera. 3. Hak fakir-miskin adalah memenuhi kebutuhan dasarnya 4. Penggunaan dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi hanya dilakukan setelah kebutuhan darurat (al- Hajjah al-Massah) terpenuhi. 5. Fakir yang tidak bisa bekerja seperti lansia dan penyandang cacat berhak mendapatkan zakat secara rutin. E. Penyaluran Dana Yg Haram
Dana Non halal adalah setiap pendapatan yang
bersumber dari usaha yang tidak halal. Fatwa DSN MUI ttg kegiatan usaha yang bertentangna dg prinsip syariah sbb: a. Usaha lembaga keuangan konvensional, spt perbankan dan asuransi konvensional. b. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yg pada saat transaksi tingkat (nisbah) utang perusahaan kpd lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya c. Perjudian dan permainan yg tergolong judi atau perdagangan yg terlarang a. Produsen, ditributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram b. Produsen, ditributor, penyedia barang- barang atau jasa yang merusak moral atau bersifat mudharat. c. Jenis-jenis usaha yang umumnya terjadi di bursa efek. Dana yang haram harus disalurkan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Ketentuan Pendapatan yg tidak sepenuhnya halal sbb: 1. Sebagian ulama berpendapat bhw dana halal yang tercampur dengan dana haram hukumnya adalah haram 2. Sebagian ulama yg lain berpendapat bhw jika dana yg halal lebih dominan daripada yg haram mk seluruhnya menjadi halal. 3. Pendapat yg rajih: Jika dana yg halal sama atau lebih sedikit, maka prosentasi dana yg haram harus dikeluarkan, sedangkan dana yg tersisa hukumnya halal F. Pengelolaan Dana Haram Untuk Pemberdayaan Masyarakat Para Ulama berbeda pendapat mengenai hal ini: 1. Mayoritas ulama berpendapat bhw dana haram itu haram bagi pemiliknya dan haram bagi penerimanya. Oleh karena itu, dana haram hanya boleh disalurkan untuk fasilitas umum, spt pembangunan jalan dan MCK. 2. Sebagian ulama spt Yusuf al-Qardhawi, Prof. Dr. al- Qurrah Dagi berpendapat bhw dana haram itu haram bagi pemiliknya dan halal bagi penerimanya. Oleh karena itu, dana haram boleh disalurkan untuk seluruh kebutuhan sosial, baik utk fasilitas umum maupun utk kebutuhan konsumtif fakir dan miskin, termasuk program pemberdayaan masyarakat. G. Mekanisme Pembagian Zakat
Ada 8 kelompok mustahiq zakat: Fakir, miskin, `amil,
mu’allaf, riqab, gharim, fi sabilillah, ibnu sabil (musafir) Para ulama berbeda pendapat “Apakah ke-8 kelompok itu mendapatkan bagian yang sama rata ataukah dana zakat dibagi kepada orang-orang yang paling membutuhkan? Mengenai hal ini ada 2 pendapat: Pertama, Sebagian ulama, diantaranya Ikrimah, Umar bin Abdul `Aziz, Az-Zuhri, Imam al-Syafi`i, Imam Ahmad, Abu Daud, Imam Ibnu Arabi dll. berpendapat dana zakat harus dibagi sama rata kepada semua ashnaf. Kedua, Imam Malik, Abu Hanifah dan para ashhabnya, dll. tidak mewajibkan distribusi dana zakat secara merata kepada seluruh ashnaf, tetapi diberikan kepada yg paling berhak, khususnya fakir-miskin Ada sejumlah ulama yg mendukung pendapat kedua a.l: 1. Ibrahim an-Nakha’i: dana zakat diberikan kepada orang paling membutuhkan. Akan tapi jika dana zakat itu banyak maka boleh diberikan ke seluruh ashnaf, sedangkan kalau terbatas mk diberikan kpd satu kelomok saja. 2. Abu `Ubaid berpendapat “Otoritas bisa memutuskan tentang pembagian zakat, Jika daa zakat maka bisa diberikan ke seluruh kelompok, tetapi jika sedikit maka dana itu diberikan kepada satu atau beberapa kelompok saja. 3. Syaikh Rasyid: Standar yang dipakai untuk menyalurkan dana zakat adalah kemaslahatan. Ulil amri harus menunjukkan pihak-pihak yg lebih berhak atau membutuhkan bantuan. Bertolak dari perbedaan pendapat di atas, Yusuf al- Qardhawi membuat bbp kesimpulan: 1. Dana zakat idealnya diberikan kepada seluruh ashnaf jika dana zakatnya banyak dg syarat semua ashnaf itu kebutuhannya sama atau relatif sama. 2. Jika dana zakat diberikan kepada semua ashnaf maka jumlah atau porsinya tidak harus sama, tetapi besarannya ditentukan berdasarkan kebutuhan, karena boleh jadi di suatu daerah jumlah fakir-miskinnya sangat banyak sedangkan mu’allaf, gharimin, dan ibnu sabilnya sangat sedikit. 3. Dana zakat boleh disalurkan kepada sebagian mustahiq jika dalam pandangan amil atau pemegang otoritas ada maslahah dalam pembagian seperti itu. 4. Seharusnya kelompok yg paling membutuhkan zakat adalah fakir-miskin, krn target utama zakat adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tercukupi dan bisa mandiri. Bahkan otoritas tidak boleh memberikan zakat kepada fi sabilillah kalau sementara ada fakir-miskin yang kepalaran dan memeiliki rumah. 5. Harusnya mengambil pendapat Imam Syafi`i dalam menentukan batas maksimal untuk para amil, yakni 1/8 dari dana zakat yg dikumpulkan. 6. Pada saat dana zakat sedikit maka berikan zakat kepada satu kelompok penerima, bahkan jika perlu diberikan kepada 1 orang sebagaimana pendapat Imam Hanafi. Krn jika diberikan kpd banyak kelompok maka efek dana zakat tidak terasa atau terlalu sedikit.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya