Anda di halaman 1dari 225

PENGERTIAN ILMU

1. Secara Bahasa
Berasal dari kata : ‫ َع ِل ًما‬- ‫علِ َم – َي عْ َل ُم‬:
َ Mengetahui, memahami,
mempelajari.
‫ض ُّد ْال َجه ِْل‬
ِ ‫ َو ه َُو‬, ‫ اَ ْل ِع ْل ُم ه َُو ْال َمعْ ِر َف ُة‬.
“Ilmu itu adalah mengetahui/mengenal, yakni lawan bodoh.”

‫اَ ْل ِع ُم لُ َغ ًة ْال َي ِقيْنُ َو َيا ِتي ِب َمعْ َنى ْال َمعْ ِر َف ِة اَيْضًا َوه َُو َن ِقيْضُ ْال َجه ِْل‬
427/2(‫ المصبا ح المنير‬, 371/9 ‫(لسان العرب‬
Ilmu secara bahasa adalah keyakinan dan terkadang“
”.pengertiannya juga mengetahui yakni lawan bodoh
2. Secara Istilah
Ilmu adalah penjelasan terhadap sesuatu hal yang tidak
diketahuinya sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
(Al Jurzani, dalam kitab at-Ta’rifat). Ilmu yang dimaksud
adalah ilmu yang bersumber dari wahyu Alloh yang dapat
menghantarkan seseorang memahami tentang Kitabulloh dan
keimanan. Firman Alloh Qs. Asy-Syuro(42):52 :
Penjelasan beberapa ulama tentang ilmu :
1) Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 1413, Majmu’ Fatawa wa Rosail
Fadhilatisy, Daarul Wathan. Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu
syar’I, yakni ilmu yang diturunkan oleh Alloh swt melalui Rosul-Nya yang
berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Yang demikian itu, karena
para Nabi itu tidak mewariskan harta benda, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, sedangkan ilmu yang diwariskan para Nabi itu adalah
ilmu syari’at Alloh.
2) Perkataan Umar bin Mahmud dalam kitab Ar-Roddu al-Atsary’alal Baijury
(Juz I hal.68):
‫اب َو ُس َّن ٌة‬
ٌ ‫ ِأنَّ ْالع ِْل َم ه َُو ِك َت‬: “Bahwa ilmu itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Abdulloh bin Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani berkata: “Ilmu itu adalah Al-
Qur’an, berdasarkan pengertian dari Qs. Al Baqoroh(2):145.
3) “Ilmu adalah memahami ilmu-ilmu Al-Qur’an, karena Alloh mencela
orang-orang yang suka membaca, tetapi tidak memahami isinya,
sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam Qs. Muhammad (47):24.
Demikian menurut Dr.Hazim Sa’id Haidar.
4) Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in berkata, “Ilmu
itu adalah pengetahuan yang diperoleh dari dalil (Syar’i). Pendapat yang
sama dikemukakan oleh Ibnu Abdirrohman Al-Hawali dalam kitabnya
yang berjudul Syarhul Akidah Ath-Thohawiyah, “Ilmu itu adalah
pengetahuan yang berdasarkan dalil, karena inilah hakikatnya ilmu.
Adapun ilmu yang tidak berdasarkan dalil, maka hal itu termasuk dhon
(dugaan), sedangkan dhon itu tidak bermanfaat sedikitpun untuk
mendapatkan kebenaran.”
5) Di dalam kitab Tsalatsah al-Ushul, ilmu (yang paling mendasar) adalah
ma’rifat kepada Alloh, ma’rifat kepada Nabi-Nya, dan ma’rifat kepada
Dinul Islam yang berdasarkan dalil.
6) Telah berkata Ibnu Umar r.a, bahwasanya ilmu itu adalah ma’rifat yang
dihasilkan dari dalil, sedangkan yang dihasilkan tanpa dalil maka hal itu
termasuk bid’ah.
7) Adapun pengertian ma’rifat adalah pengetahuan yang pasti, yang tidak
dapat diragukan lagi, yang cocok dengan kenyataan, dan yang
berdasarkan dalil.
8) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Majmul al-Fatawa, " telah
berkata Yahya bin Amr : Ilmu itu ada 5 :
 Ilmu merupakan kehidupan kehidupan yang hakiki yaitu ilmu tauhid
 Ilmu yang merupakan santapan agama yaitu ilmu tentang mempelajari
al-Qur’an dan Hadits
 Ilmu yang merupakan obat agama yaitu fatwa
 Ilmu yang merupakan penyakit agama yaitu filsafat dan ilmu bid’ah
 Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama yaitu ilmu sihir
9) Berkata al-Kholil bin Ahmad an-Nahwiy, “manusia itu terbagi 4 macam :
 Orang yang tahu dan tidak tahu (tidak sadar) bahwa dirinya tahu, maka
orang tersebut adalah orang lalai. Berilah ia peringatan.
 Orang yang tidak tahu dan tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka orang
tersebut adalah orang bodoh. Berilah ia ilmu.
 Orang yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu, maka orang tersebut
adalah orang berilmu. Ikutilah dia.
 Orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka
orang tersebut adalah orang dungu. Berhati-hatilah terhadapnya.
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Karena pentingnya tentang orang yang berilmu pengetahuan (‘alim) dan
begitu berbahayanya orang yang tidak berpengetahuan (jahil), maka Islam
mewajibkan kepada umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu.
1. Perintah untuk membaca, Qs.Al-Alaq (96):1-3 :

2. Perintah untuk mengetahui (berilmu) bahwa tiada Ilah kecuali Alloh. Qs.
Muhammad (47):19 :
3. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr :

‫ض ٌة َع َلى ُك ِّل مُسْ لِ ٍم‬


َ ‫َط َلبُ ْال ِع ْل ِم َف ِر ْي‬
“Menurut ilmu (belajar) itu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (HR.
Ibnu Abdil Bar).

‫َمنْ اَ َرا دَ ال ُّد ْن َيا َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم َو َمنْ اَ َرا َد ااْل َ ِخ َر َة َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم َو َمنْ اَ َرا َد‬
)‫ُه َما َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم (رواه الشا فعي‬
“Barang siapa yang menghendaki dunia maka hendaklah ia berilmu,
barang siap yang menghendaki kesuksesan akhirat maka hendaklah ia
berilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka hendaklah
ia berilmu.” (HR. Asy-Syafi’I dari Ali r.a).
FUNGSI ILMU
1. Ilmu sebagai landasan iman, (Qs. Muhammad (47):19). Keimanan harus
berdasarkan ilmu dan tidak boleh berprasangka (menduga-duga), karena
keimanan yang berdasarkan dugaan bukan kebenaran yang akan dicapai
melainkan kesesatan, (Qs. Yunus (10):36, Qs. Al-An’am (6):116).
2. Ilmu sebagai landasan perkataan dan amal, Qs. Al-Isro’(17):36. Rosulloh
saw bersabda :
َ ‫ َمنْ َع َم َل َع َمأًل َلي‬: ‫قا ل صلى هللا عليه وسلم‬
‫ْس َع َل ْي ِه اَمْ ُر َنأ َفه َُو َر ٌّد‬
(‫)رواه ا لبخاريو مسلم‬
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan bukan berdasarkan perintah
kami, maka tertolaklah ia.”
Dalam Hadist riwayat Bukhori :

‫َمنْ َع ِم َل ِب َما َعلِ َم َعلَّ َم ُه هللا َما َل ْم َيعْ َل ْم‬


“Barang siapa yang beramal berdasarkan ilmu pengetahuan niscaya Alloh
akan mengajarkan sesuatu yang belum di ketahunya.”
3. Ilmu harus berfungsi menumbuhkan keyakinan, keimanan, dan
ketundukkan kepada Al-Qur’an, Qs. Al-Hajj (22):54, dan Qs. An-Nissa
(4):162 :

4. Ilmu menjadi bekal manusia untuk menjalankan perannya sebagai


Kholifah Alloh swt. Qs. Al-Baqoroh (2):31
5. Ilmu menunjukkan tata cara (kaifiyat) peribadahan yang benar Qs. An-
Nur (24):41 :

Bersabda Rosululloh saw :

َ ‫صلُّوا َك َما َرَأ ْي ُتمُو ِني ُأ‬


‫صلِّي‬ َ
“sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat (tata cara) aku sholat.
6. Ilmu menjadi bekal dan modal awal untuk memimpin manusia. Qs. Al-
Baqoroh (2):247 :

7. Ilmu merupakan sarana untuk membekali dan mengingatkan orang-


orang yang berada di lapangan dakwah dan perjuangan. Qs. At-Taubah
(9): 122 :
KEDUDUKAN DAN KEUTAMAAN ORANG BERILMU
1. Orang berilmu akan ditinggikan derajatnya di dunia dan di akhirat.Qs. Al
Mujadilah (58): 11 :

2. Orang berilmu kedudukannya tidak sama dengan orang biasa/umum


lainnya. Qs. Az-Zumar (39):9 :
3. Orang berilmu kedudukannya sejajar dengan para malaikat. Qs. Ali Imran
(3): 18 :

4. Berkata Ibnu Abbas r.a : Bagi para ulama memiliki 700 derajat di atas
orang-orang mu’min biasa, antara derajat yang satu dengan derajat yang
lainnya perjalanan 500 tahun (Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali ; Ihya
‘Ulumuddin, Darul Ma’rifah, Beirut, hal 5)

5. Orang berilmu senantiasa dapat mengambil pelajaran dari Al-Qur’an. Qs.


Al Imran (3):7 :
Sedangkan orang-orang yang berakal itu adalah orang-orang yang
berilmu. Qs. Al-Ankabut (29) : 43 :

6. Orang berilmu senantiasa meyakini dan memahami perumpamaan-


perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Qs. Al-Baqoroh (2): 26 :
7. Ulama yang benar adalah orang yang berilmu dan memiliki sikap takut
dan tunduk kepada Alloh.Qs. Fathir (35):28 :

8. Orang berilmu berada di jalan Alloh.

َ ‫ب ْال ِع ْل ِم َك‬
)‫ان فِيْ َس ِبي ِْل هللا َح َّتى َيرْ ِج َع (رواه التر مذي‬ ِ ‫َمنْ َخ َر َج فِيْ َط َل‬
“Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan
Alloh sampai ia kembali pulang.” (HR. At-Tirmidzi, Kitaab Ilmi, no. 2572).

9. Orang berilmu akan dimudahkan jalan masuk surga.


)‫َمنْ َش َل َك َط ِر ْي ًقا َي ْل َت ِمسُ ِف ْي ِه ِع ْلمًا َس َّه َل هللا لَ ُه ِب ِه َط ِر ْي ًقا ِا َلى ْال َج َّن َة (رواه مسلم‬
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu niscaya
Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim Kitab
Dzikir, no.4867).
10. Pahala orang berilmu akan terus mengalir apabila dimanfaatkan

ِ ‫ص َد َق ٍة َج‬
‫ار َي ٍة‬ َ ‫ث‬ٍ ‫ات ابْنُ َأ َد َم ا ْن َق َط َع َع َملُ ًه ِاالَّ ِمنْ َثاَل‬ َ ‫ِا َذا َم‬
)‫صا لِ ٍح (رواه مسلم‬ َ ‫اَ ْو ِع ْل ِم ُي ْن َت َف ُع ِب ِه اَ ْو َو َل ٍد‬
“Apabila anak adam itu meninggal maka terputuslah seluruh
amalnyakecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang sholeh.” (HR. Muslim).
ANCAMAN BAGI ORANG YANG TIDAK BERILMU
1. Iman, Islam dan Ihsannya akan ditolak oleh Alloh swt, Qs. Al-Isro’ (17):36.
Rosululloh saw bersabda :

َ ‫ َمنْ َع َم َل َع َمأًل َلي‬: ‫قا ل صلى هللا عليه وسلم‬


‫ْس َع َل ْي ِه اَ ْم ُر َنأ َفه َُو َر ٌّد‬
(‫)رواه ا لبخاريو مسلم‬
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan bukan berdasarkan perintah
kami, maka tertolaklah ia.” (HR.Bukhori & Muslim).
2. Orang yang tidak berilmu akan terjerumus ke dalam kemusyrikan. Qs.
Lukman (31):15 :
Orang yang tidak mengetahui tentang I’tikad, ucapan, atau amalan yang
akan menyebabkan kepada kemusyrikan, maka ia akan terjerumus
kedalamnya. Padahal dosa syirik itu akan menghapuskan seluruh amal
perbuatannya, sebagaimana Firman Alloh .Qs. Az-Zumar (39):65 & Qs. Al-
An’am (6):88. :
3. Orang yang tidak berilmu akan terjerumus kedalam kesesatan, ajarandan
adat istiadat jahiliyah, Qs. Al-An’am(6): 116 dan Al Maidah (5):104 :

4. Orang yang tidak berilmu akan terjerumus kepada penyembahan hawa


nafsu, psrs wali, ulama suu’, dan umaro, Qs. Al-Jatsiyah (45):23, Qs. Az-
Zumar (39):3, Qs.At-Taubah (9): 31,
Qs. Az-Zumar (39):3 ,

Qs. At-Taubah (9):31,


5. Orang yang tidak berilmu disamakan dengan binatang ternak. Qs. Al-
A’raf (7):179,

6. Orang yang tidak berilmu akan celaka dan terlaknat.


Rosululloh saw bersabda :
ُ ‫ُكنْ َعا لِ ًما اَ ْو ُم َت َعلِّ ًما اَ ْو مُسْ َت ِم ًعا اَ ْو ُم ِح ًّبا َوالَ َت‬
ْ‫ك نْ َخا ِم ًسا َف َت ْهلِك‬
‫ي‬
( ‫)رواه ا لبيهق‬
“Jadilah kamu orang yang berilmu atau yang belajar atau pendengar atau
pecinta (ilmu) dan jangan menjadi yang kelima, maka celakalah kamu.”
(HR. Al Baihaqi).
Dalam hadist riwayat At-Turmudzi :

ِ ‫َأالَ ِأنَّ ال ُّد ْن َيا َم ْلع ُْو َن ٌة َو َم ْلع ُْو ٌن َما ِف ْي َها ِاالَّ ِذ ْك ُر‬
ُ‫هللا َوا الَه‬
‫َو َعا لِ ٌم َو ُم َت َعلِّ ٌم‬
“Ingatlah bahwa dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa-apa yang ada
didalamnya kecuali dzikrulloh dan apa-apa yang menyertainya dan orang
alim atau orang yang senantiasa belajar.”
METODE MENUNTUT ILMU
1. Membaca dan menulis. Qs. Al-’Alaq (96):1-5,

2. Belajar, ‫( ا لعلم ب ا ل تعلم‬mukhtarul hadist) “ilmu itu didapat dari belajar.”


3. Bertanya (as-su’aalu) pada ahlinya. Qs. An-Nahl (16):43,
4. Penelitian atau observasi. Qs. Yunus (10):101,
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa ilmu yang paling asasi dan paling
utama adalah ilmu tauhidulloh, yaitu ilmu yang menjelaskan dan
menetapkan keyakinan bahwa hanya Alloh saja yang harus diikuti, dita’ati
dan diibadahi. Sebagaimana firman Alloh dalam Qs.Muhammad (47):19,
Qs. Al-An’am (6):88, Qs. Al-Bayinah (98):5, Qs. Ali Imran (3):64, Qs. An-
Nisa(4):124, Qs. Al-Anbiya (21):25,
PENGERTIAN INSAN
1. Menurut Bahasa
Para ulama tafsir banyak menjelaskan dalam beberapa kitabnya tentang istilah
“manusia” dengan menggunakan berbagai terminologi, namun pada umumnya
yang sering digunakan adalah istilah “al-insan”. Berikut kutipan penjelasan
tentang definisi “al-insan”.
Aisyah bin Syati mengatakan : kata “al-insan” dapat disimpulkan sebagai bentuk
kata yang musytarak (memiliki sisi kesamaan makna), berasal dari akar kata ‘alif-
nun-sin yang berarti “jinak” lawan kata “liar”.
Dalam kamus bahasa arab Mufradat al-fadz al-Qur’an kata ‘al-insan’ seakar
dengan kata ‘al-ins’

‫س – َيأ ِنسُ – َأ ْن ًسا‬


َ ‫َأ ِن‬
“Jinak, tidak liar, senang, ramah, baik hati”.
Kenapa kata ‘al-ins’ selalu disebut beriringan dengan kata ‘al-jin’ sebagai
lawannya. Hal ini memberi arti bahwa ‘al-insu’ dalam arti manusia ialah makhluk
nyata yang “jinak” (tidak liar) sedangkan kebalikannya ‘jin’ makhluk metafisik
yang ‘liar’.
Karena tidak liar maka manusia dikategorikan makhluk yang bisa
menjadi “baik hati”, “Ramah dan lembut”. Contoh lafadz ‘al-ins’ terdapat
dalam Qs. Al-Furqon (25):49,

Dalam istilah lain disebutkan arti “al-insan” dengan akar kata “al-
insu”
‫ب‬
َ ‫الرا ِك‬ ِ ‫ ِا ْن ِسيُ ال َّدا َب ِة لِ ْل َجا ِن‬: ‫َولِ َه َذا ِق ْي َل‬
َ ‫ب الَّ ِذ ي َيلِي‬
“Al-insu’ dikatakan (makhluk melata) yang memiliki kemampuan berjalan
dengan lembut.
Makna lain secara bahasa “al-insan” adalah manusia.

ٌ ‫س جم ُأ َنا‬
ُ‫س \ ِا ْن َسا ٌن جم َأ َنا ِسي‬ ٌ ‫ِا ْن‬
“Manusia, orang-orang.”
2. Manusia menurut istilah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an dalam menyebutkan kata “manusia” menggunakan istilah yang
berbeda dan mengandung filosofi berbeda pula.
1) “al-insu”. Penyebutan kata tersebut dipakai al-alqur’an sebanyak 18 ayat
yang berbeda. Contoh dalam Qs. Al-An’am (6):112,

Makna yang terdapat dalam kata ‘Al-insu’ yaitu makhluk nyata yang memiliki
sifat lembut, jinak dan beradab. Makna ini ditinjau dari sisi kemanusiaan yang
merupakan lawan dari jin, yaitu makhluk metafisis yang cenderung “liar” dan
“biadab”.
2) “An-nas”. Penyebutan kata tersebut dipakai sebanyak 240 kali lebih dalam Qur’an. Sebagai
contoh Qs. Hujurat (49):13,

Makna yang terdapat dalam istilah ‘an-nas yaitu jenis manusia keturunan Adam yang memiliki
kecenderungan sifat interaksi, adaptasi dan kompetisi dengan sesamanya, dan mempunyai
tanggung jawab (taklif) untuk mengabdi kepada penciptanya, sebagaimana pesan yang
disampaikan Alloh dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh (2): 21,
3) “Basyar”. Penyebutan kata tersebut dipakai Al-Qur’an sebanyak 35 ayat. Pada 25 ayat ditunjukkan pada sisi kehidupan para rasul. Sebagai contoh
Qs. Al-Furqon (25): 20,

makna yang terdapat dalam kata “Basyar” yaitu manusia adalah makhluk keturunan Adam yang memiliki fisik dan sifat yang membutuhkan
makanan, minuman, tidur, dll. Artinya manusia sebagai makhluk biologis, hal ini berlaku secara keseluruhan hatta kepada Nabi sekalipun.

4) “Al-Insan”. Penyebutan kata tersebut dipakai al-Qur’an sebanyak 65 ayat. Sebagai contoh dalam Qs. Al-Alaq (96) ayat 1-8,
Makna yang terdapat dalam kata “Al-Insan” sangat berbeda dengan istilah
lainnya , perbedaan subtansi ini terletak pada keistimewaan kata “Al-Insan”
yang dipakai Alloh swt dalam Al-Qur’an karena ketinggian derajatnya
dibanding makhluk yang lain. Ada 3 alasan utama tentang karakter kuat
kata “Al-Insan” yang berbeda dengan kata yang lain, sebagaimana pesan
dasar al-Qur’an surat al-Alaq diatas :
 Mengingatkan manusia akan asal-usul kejadiannya yaitu dari segumpal
darah.
 Memberitahukan tentang kelebihan (keutamaan) manusia yakni diberi
ilmu oleh Alloh.
• Menampilkan sikap melampaui batas dari karakter manusia yang merasa
serba cukup, maka ia tidak lagi membutuhkan Rabb yang telah
menciptakannya.
3. Menurut istilah para ulama
DR. Aisyah Bintu Syati mendiskripsikan Manusia : Terminologi “al-
insan” dipakai untuk menunjukkan makna manusia yakni makhluk yang
memiliki ketinggian derajat dibanding dengan makhluk lainnya, yang
membuatnya layak menjadi “khalifah” di bumi dan mampu memikul taklif
(beban tanggungjawab), disebabkan ia mendapat keistimewaan ilmu, pandai
berbicara, mempunyai akal dan kemampuan berpikir hinnga mampu
mengatasi berbagai persoalan hidup serta mampu membedakan perkara
yang baik dan buruk.”
‫وااْل ِ ْن ِس ُي‬..َ ُّ‫ (اَِأْل ْنسُ ِخالَفُ ْال ِجن‬: ‫الرا ِغبُ اَاْل َ صْ َف َها ِني‬ َ ‫َقا َل‬
‫ َولِ َه َذا ِق ْي َل‬,ُ‫ك لِ َمنْ َك ُث َر اَ ْن ُسه‬
َ ِ‫ ُي َقا ُل َذ ل‬. ‫س‬ ِ ‫ال ْن‬
ِ ‫ َم ْنسُو بُ ِا َلى ْا‬:
َّ ‫اَاْل ِ ْن َسا َن َمدَ ِن ٌي ِبا‬,
‫لط َب ِع‬
Berkata ar-Raghib al-Asfahani : Al-insu lawan dari al-jin, sedangkan al-
insiyyu disandarkan kepada kata al-insu, dikatakan demikian karena manusia
banyak (memiliki sifat) kelembutannya. Dikatakan juga Manusia itu
terbentuk dengan tabiatnya.”
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
1. Manusia terbuat dari 2 bagian
1) Terbuat dari tanah ((‫طين\ ت راب‬
Qs. Al-Mu’min (40):67, As-Sajdah (32):7,
Jenis tanah yang dipakai untuk membuat manusia pertama adalah tanah liat
kering yang berasal dari lumpur tanah hitam. Qs. Al-Hijr (15):28,

Ar-Rohman (55):14,

Adapun manusia keturunan Adam terbuat dari saripati tanah yang berbentuk
air yang hina, yakni air nuthfah atau air mani. Qs. Al-Mu’minun (23):12,
Qs. Al-Insan (76):2,

2) Terbuat dari Ruh ( ( ‫ألروح‬


QS. As-Sajadah (32):9,
2. Manusia terdiri dari unsur-unsur
1) Jasad, sebagai saran untuk beramal/beraktivitas Qs. At-Taubah(9):105,

Dalam sebuah hadist Riwayat Turmudzi dan Ibnu Hibban, Rasul saw
pernah menyampaikan sebuah peringatan dalam sebuah haditsnya :
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai
ia ditanya tentang 4 perkara : …diantaranya : tentang jasadnya (fisiknya)
digunakan dalam apa?”.
. ‫وعنجسده ف يما أباله‬........
Jadi karunia Alloh berupa fisik yang kuat harus digunakan sebaik-baiknya
dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
2( Akal, untuk berfikir dan memahami ilmu pengetahuan serta
membedakan yang baik dan buruk. Qs. Al-Mulk (67):10,

Akal adalah karunia terbesar dari Alloh kepada manusia sebagai sarana
untuk mengenal Alloh. Dalam Al-Qur’an banyak menggunakan istilah
“Tafakur”, “Ta’qilun”, “Tadzakarun”, sebagai gambaran tentang
penggunaan akal untuk mengenal kebenaran hakiki. Proses turunnya
hidayah tidak lain karena hasil perenungan dan pemikiran akal yang sehat.

3) Hati, membentuk pemahaman dan keyakinan. Qs. Al-’Arf (7):179,


4) Hati, menentukan kehendak. Qs. Al-Kahfi (18) :29,

5) Hati untuk menentukan pilihan. Qs. Al-Balad (90): 10,

6) Nafsu, sebagai pendorong untuk memenuhi keperluan hidup dan melakukan kompetisi hidup (fastabiqul khairat). Qs.Ali Maidah
(3) : 14-15,
Nafsu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari unsur manusia.
Kenimkamatan hidup dunia dengan segala isinya adalah tuntutan adanya
nafsu dari dalam diri manusia. Namun ada nilai yang wajib difahami bagi
manusia, bahwa nafsu memiliki potensi yang membawa kepada nilai
keburukan dan kebaikan. Sarana yang mampu mengubah dan mengatasi
nafsu dari keburukan menjadi kebaikan yaitu dengan berpijak pada wahyu
dan agama Alloh. Qs. Yusuf (12):53,

Qs. An-Najm (53) : 2-5,


Nafsu terbagi 3 bagian :
• Nafsu muthmainnah (nafsu yang memiliki ketenangan). Qs. Al-Fajr (89):
27-30,

• Nafsu lawamah (nafsu yang memiliki jiwa penyesalan). Qs. Al-Qiyamah


(75):2,
• Nafsu amarah (nafsu yang selalu mendorong kepada keburukan). Qs.
Yusuf (12): 53,
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA SECARA KHUSUS
1. Nabi Adam. Qs. Ali-Imran (3):59,

2. Hawa. Qs. An-Nissa (4):1,


3. Nabi Isa. Qs. Al-Anbiyaa’ (21):91,
KEISTIMEWAAN MANUSIA
1. Dilebihkan atas makhluk yang lain. Qs. Al-Israa’(17):70,

Maksud “dilebihkan” dalam keterangan ayat dijelaskan dalam tafsir para


ulama, antara lain Imam Thabrani Rh, mengatakan:
‫ َو َعا َم ْل َنا ُه ْم م َُعا َم َل َة ااْل ِ ْك َر ِام‬, ‫أي َفض َّْل َنا ُه ْم ِب ْال َع ْق ِل َوال ُّن ْط ِق َوال َّتم ِْيي ِْز‬
‫ون ِا َلى َم َعا ِي َش ُه ْم‬ َ ‫ َو َج َع ْل َنا ُه ْم َي ْه َت ُد‬, ‫ِبال ِّنعْ َم ِة‬
“Kami lebihkan mereka dengan adanya akal, lisan dan kemampuan
memilih, dan Kami adakan terjadinya interaksi yang baik sebagai sebuah
nikmat. Dan kami jadikan mereka bisa mendapatkan petunjuk menuju
jalan penghidupan mereka.”
‫‪2. Diberikan fasilitas dan potensi pendengaran, penglihatan dan hati.‬‬
‫‪Qs. An-Nahl (16):78,‬‬

‫‪Dalam tafsir dijelaskan tentang hakikat ayat diatas:‬‬


‫ات ‪َ ,‬و ُي َمي ُِّزو َن َها ‪,‬‬ ‫َّمْع ‪ ,‬ال ِذي ي ُْد ِر ُكو َن ِب ِه االَصْ َو َ‬ ‫ُث َّم َبعْ َد َه َذا َيرْ ُزقُ ُه ُم الس َ‬
‫ار ال ِتي َي َر ْو َن ِب َها ‪َ ,‬واالَ ْفِئ َد َة (ال ُعقُو َل) ‪ ,‬ال ِتي َي َت َد َّبرُو َن ِب َها‬ ‫ْص َ‬ ‫َواالَب َ‬
‫ار َح لِ َي َت َم َّك َن ِب َها ِمنْ‬
‫ِ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫الج‬
‫َ‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ذ‬
‫ِ‬ ‫ه‬‫َ‬ ‫ان‬
‫َ‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ِ‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َ‬
‫ط‬ ‫ُور ‪َ ,‬وه َُو َت َعا َلى َق ْد اَعْ‬ ‫االُم َ‬
‫ت َل ُه‬ ‫ال َه ِذ ِه ال ِّن َع ِم ‪ِ ,‬ف ْي َما ُخلِ َق ِ‬ ‫ش ْك ِر ِه َع َلى ِن َع ِم ِه ِبا سْ ِتعْ َم ِ‬ ‫ِع َبا َد ِة َر ِّب ِه ‪َ ,‬و ُ‬
“Kemudian setelah ini mereka (manusia) dikaruniakan pendengaran untuk
mengenal suara-suara dan membedakannya, dan diberi penglihatan untuk
melihat, “Afidah’ yaitu “akal pikiran” untuk memahami setiap perkara,dan
Alloh Ta’ala memberikan kepada manusia anggota badan ini sebagai
sarana untuk beribadah kepada Rabnya. Mensyukuri-Nya adalah dengan
cara menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut sesuai dengan tujuan
penciptaanya.
3) Ditundukkan alam padanya. Qs. Al-Baqoroh (2):29,

Penjelasan tafsir ayat diatas:


‫ت لِ َيسْ َت ِف ْي ُدوا ِم ْن َها‬ ِ ْ‫َفه َُو ال ِذي َخ َل َق َج ِمي َْع َمافِي االَر‬
ٍ ‫ض ِمنْ ِن َع ٍم َو َخي َْرا‬
ِ ‫َولِ َي ْن َت ِفع‬
, ‫ُواب َها‬
“Alloh telah menciptakan semua apa yang ada dibumi sebagai nikmat yang
berupa berbagai kenikmatan dan kebaikan untuk diambil guna dan
manfaatnya.”
SIFAT-SIFAT MANUSIA
Manusia disamping sebagai makhluk yang memiliki keistimewaan dan
derajat berbeda dengan makhluk yang lain, namun bukan berarti tidak ada
sisi kekurangan dan kelemahannya. Berikut ini beberapa penjelasan
tentang karakteristik sifat yang dimiliki manusia dalam konteks “al-Insan”.

1. Sifat asli (Sifat Fitriyyah).


1) Fitrah. Qs.Qs. Ar-Ruum (30):30,

Fitrah Alloh : Maksudnya ciptaan Alloh. Manusia disiptakan Alloh


mempunyai potensi dasar dan naluri beragama Yaitu agama Tauhid. Kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal ini tidaklah wajar. Mereka
tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
2) Bodoh. Qs. An-Nahl (16):78,

3) Lemah. Qs. An-Nissa (4):28,

4) Tergesa-gesa. Qs.Al-Israa’ (17):11,


5( Faqir. Qs. Al-Fathir (35):15,
2. Sifat buatan (Sifat ‘Aridhiyyah).
1) Lengah/Lalai. Qs. Yunus (10):92,

2) Melampaui batas/merasa cukup/sok pintar. Qs. Al-’Alaq


(96):6-7,

3) Suka membangkang/membantah/ngeyel. Qs. Al-Kahfi


(18):54,
4) Suka menyalahkan. Qs. Al-Maidah (5):59,

5) Dholim dan jahil. Qs. Al-Ahzab (33):72,

6) Berkeluh kesah. Qs. Al-Ma’arij (70):19-21,


7) Sangat ingkar. Qs. Al-Kahfi (18):54,

8) Mengacuhkan/meninggalkan Al-Qur’an. Qs. Al-Furqon (25):


30,

9) Sangat cinta dunia. Qs. Al-Fajr (89):20,


Qs. Al-Qiyamah (75):20-21,

10) Lebih mementingkan kehidupan dunia. Qs. Ali-Imran (3):180,

Adapun hikmah disebutkannya sifat-sifat jelek yang menjadi kelemahan


manusia bukan perkara yang harus dimaklumi karena taqdir, namun semua
informasi Alloh tersebut yang menjadi kekurangan dan kelemahan manusia
wajib diambil pelajarannya serta koreksi menuju perbaikan dan
kesempurnaan.
Qs. Al-Ankabut (29):44,
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
1. Kedudukan manusia sebagai hamba dan makhluk ciptaan Alloh. Qs. Al-
Furqon (25):63, Qs. Al-Maidah (5):18,
2. Alloh sebagai Al-Kholiq menciptakan manusia bukan untuk main-main.
Qs. Al-Mu’minun (23):115,

3. Tujuan dan tugas manusia diciptakan adalah untuk menghamba,


mengabdi, beribadah hanya kepad Alloh dan meninggalkan pengabdian
kepada selain-Nya. Qs. Al-An’am (6):102, Qs. Adz-Dzariyat (51):56,
PERAN FUNGSI MANUSIA
• Peran Manusia sebagai Khalifah Alloh. Qs. Al Baqoroh (2):30,

Substansi fungsi manusia dalam konteks “ Al-Insan” adalah sebagai


“Khalifah”. Kata Khalifah dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 127 kali,
dengan asal kata “Khalf”‫ خلف‬yang berarti “dibelakang”, sedangkan arti
Khalifah yang bermakna “Pemimpin” disebut dua kali dalam Qs. Al-
Baqoroh ayat 30 & Surat Shad (38) ayat 26.
Dari 2 ayat diatas dapat diambil kesimpulan, dalam hubungannya dengan
manusia sebagai khalifah, yaitu:
- Qs Al-Baqoroh ayat 30. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia
dijadikan khalifah (pemimpin) diatas bumi yang bertugas memakmurkan
dan membangun bumi sesuai dengan konsep Alloh yang menugaskannya.
- Qs Shad ayat 26.Dalam ayat ini seorang manusia yang didaulat menjadi
khalifah wajib mengelola wilayah kekuasaan Alloh dengan adil dan tidak
boleh sewenang-wenang serta memperturutkana hawa nafsu pribadinya.
Penjelasan tentang hakikat “Khalifah” dijelaskan dalam sebuah tafsir Imam
Thabrani :
‫ك اَ َنا اَ ْم َخلِ ْي َف ٌة ؟ َقا َل َس ْل َما َن‬ َ ‫ي اَنَّ ُع َم َر رضي هللا عنه َقا َل لِ َس ْل َم‬
ٌ ِ‫ اَ َمل‬: ‫ان‬ َ ‫ َور ُِو‬:
( ِ ‫ض عْ َت ُه ِف ي َغي ِْر َح ِّقه‬ َ ‫ َو َو‬,‫ضا ْلمُسْ لِ ِمي َْن ِد رْ َهماً اَ ْو اَ ْك َث َر اَ ْو َأ ْق َّل‬ َ ْ‫! ِا ْناَ ْن َت َج َبي َْتاَر‬
‫ت َخلِ َف ٌة ) َفا سْ َت ْغ َف َر ُع َم ُر‬ َ ‫ف َفا َ ْن‬ِ ‫صا‬ ِ ‫ت ِبا ْل َع ْد ِل َوا‬
َ ‫ال ْن‬ َ ‫ت َف َع ْل‬َ ‫ َو ِانْ اَ ْن‬. ‫ك‬ ٌ ِ‫ت َمل‬ َ ‫َفا َ ْن‬
ُ‫ ( َيا اَ ُّي َها ال َّناس‬: ‫س َع َلى ْال ِم ْن َب ِر‬ َ ‫ان َيقُو ُل ِأ َذا َج َل‬ َ ‫ي اَنْ م َُعا ِو َي َة َك‬ َ ‫ َور ُِو‬.‫َرضي هللا عنه‬
‫ َو ْالح ُْك ُم‬, ‫ َو َلكِنَّ ال ِخالَ َف َة ْال َع َم ُل ِب ْال َح ِّق‬, ‫ال َوالَ َت ْف ِر ْي ِق ِه‬ ِ ‫ت َب َجمْ ِع ال َم‬ ْ ‫اِنَّ ال ِخالَ َف َة َل ْي َس‬
ِ ‫اس ِبَأ ْم ِر‬
‫هللا َع َّز َو َج َّل‬ ِ ‫ َوَأ ْخ ُذ ال َّن‬, ‫) ِبا ْل َع ْد ِل‬
“Diriwayatkan bahwasannya Umar bin Khattab r.a pernah berkata kepada
Salman Al-Farisi: “Ya, Salman, apakah saya seorang raja apa khalifah?.
Berkata Salman : “Jika engkau hanya sebatas mengambil/memungut harta
tekaum muslimin banyak atau sedikit dan menggunakan harta tersebut
tanpa alasan yang benar, maka engkau seorang “Raja”.
Namun jika engkau menegakkan keadilan dan memiliki sikap empati,
maka engkau adalah seroang “Khalifah”, maka Umar langsung
beristighfar.
Dan diriwayatkan : Muawiyah ketika duduk diatas
mimbar :”Wahai manusia.”sesungguhnya seorang khalifah itu bukanlah
orang yang hanya mengumpulkan harta dan membagikannya. Akan tetapi
seorang “Khalifah” beramal dengan haq, berhukum dengan adil, dan
memimpin manusia dengan perintah Alloh azza wajalla.
Secara singkat serorang “Khalifah” memiliki peran dan fungsinya
sebagai berikut :
1)Agar manusia menegakkan Dinulloh di bumi. Qs. As-Syuro (42):13,

Wujud “Ad-din” yang harus ditegakkan adalah Mulkiyatulloh. Qs.25:2,


Penjelasan : ‘Menegakkan Mulkiyah Alloh diwujudkan dengan
memperjuangkan Islam dan mendlohirkan Din-Nya. Tujuan perjuangan Islam
tentunya tidak akan terwujud jika sunatulloh tidak ditegakkan. Sunnatulloh
dalam hal ini ialah adanya kesatuan visi, misi, aksi yang dibingkai dengan
hidup secara “berjama’ah” dan menjauhi perpecahan. Inilah yang disebut
‘Ala Minhaji nubuwah’ yang wajib difahami oleh umat Islam.
2) Agar mengatur dan menata manusia dengan hukum/syari’at Alloh. Qs.
An-Nisa (4):105,

Penjelasan : Mengatur dan menghakimi manusia yang berkeadilan dan


bermartabat tidak mungkin terwujud dengan sempurna jika kita tidak
menjunjung tinggi nilai-nilai syari’at dalam kehidupan, karena syari’at
Islamlah yang dijamin adil terhadap semua orang, mampu mengatasi
persoalan hidup dan dapat merubah tatanan hidup manusia lebih baik.
3) Agar manusia memakmurkan dan mengelola bumi/alam semesta. Qs.
Hud (11):61,

Penjelasan : Sudah menjadi kewajiban yang mendasar bagi setiap


manusia untuk menjaga, mengelola dan memakmurkan bumi dengan
sebaik-baiknya. Menjaga alam adalah tanda keimanan, sedangkan
merusaknya adalah tanda kefasikan.
4) Agar mempersatukan ummat manusia di bawah panji-panji hukum
Alloh.Qs. Al-Anbiya (21):92, Ali Imran (3):103,

Penjelasan : Persatuan dan kesatuan umat adalah sebuah


keharusan yang wajib diwujudkan dalam kehidupan kaum muslimin
karena selain merupakan amanah Al Qur’an, juga termasuk kebutuhan
yang asasi bagi umat Islam untuk mengembalikan kejayaan Islam dan
umatnya. Persatuan dan kesatuan hanya bisa terwujud jika ada
kepemimpinan yang mampu mempersatukan umat.
5) Untuk mendukung peran dan fungsi manusia tersebut, Alloh
membekali manusia dengan sarana dan perlengkapan sebagai berikut :

 Ilmu (Qs. 2:31-32),


 Tempat (bumi) yang dikuasai (Qs. 2:36),
 Pedoman kerja (Qs. 2:38),
 Persatuan dan kesatuan (Qs. 2:43),
 Pertolongan Alloh (Qs. 2:45).
ANCAMAN ALLOH TERHADAP MANUSIA
Ancaman Alloh terhadap manusia yang melalaikan tugas, peran
dan fungsinya :
1. Kerugian. Qs. Al-Ashr (103):1-3,

2. Derajat yang paling rendah. Qs. At-Tiin (95):4-6,


3) Derajat yang lebih rendah dari binatang. Qs.Al-A’raf (7):179,

4) Dijadikan Kera dan Babi, Qs. Al-Maidah (5):60,


5) Bagaikan Anjing. Qs Al-’Araf (7):176,

6) Bagaikan Kayu, Qs. Al-Munafiqun (63):4,


7) Bagaikan Laba-laba. Qs. Al-Ankabut (29):41,

8) Bagaikan Keledai. Qs. Al-Jumu’ah (62):5,


9) Neraka. Qs. Al-Baqoroh (2):39,

Kesimpulan :
Hakikat manusia yang menggunakan istilah ‘Al-Insan’ adalah makhluk
ciptaan Alloh yang paling mjulia dan dianugerahi dengan kelebihan yang
ada. Kehadiran manusia dimuka bumi sejatinya sebagai khalifah yang
memiliki kewajiban, selain mengatur wilayah kekuasaan Alloh, juga yang
paling asasi ialah menghamba dan mengabdi kepada-Nya dengan
penghambaan dan pengabdian yang sebenarnya secara total. Wallahu
a’lam bish-showab.
CARA MENGENAL (MA’RIFAT) ALLOH
1. Dengan Qouliyah (kalam/wahyu) Alloh. Qs. Al-Baqoroh (2):23,

Dengan mengenal wahyu Alloh (Al-Qur’an) dimana tidak ada


seorang atau sekelompok orang, maka seorang manusia akan dapat
mengenal Alloh bahwa Dia itu benar-benar ada (wujud), maha Berbicara
(Kalam), Maha Menetapkan Hukum (Al-Hakim) untuk mengatur hidup dan
kehidupan manusia dunia dan akhirat, buktinya adalah Al-Qur’an yang tak
tertandingi oleh siapapun, bahwa Al-Qur’an adalah ciptaan Alloh, datang
dari Alloh, dan sekaligus bukti adanya Alloh. Qs. Al-Isro’ (17):88,
“Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain”.
Qs. Yunus (10):37-38,
2. Dengan Kauniyah (tanda-tanda kebesaran) Alloh. Qs.Ar-Ro’du (13):3,

Melalui cara tafakur dan tadabbur terhadap ayat-ayat Alloh yang terdapat
di dalam diri manusia dan di alam semesta dengan mempergunakan akan
fikiran yang sehat. Qs. Ar-Rum (30):8,
ُ‫هللا َفِأ َّن ُك ْم َلنْ َت ْق ِد َر ْوا َق ْد َره‬ ِ ‫َت َف َّكر ُْو ِفي َخ ْل ِق‬
ِ ‫هللا َوالَ َت َف َّكر ُْوا فِي‬
(‫)روا ابو ن عيم‬
“Artinya : Fikirkanlah olehmu tentang ciptaan Alloh dan janganlah kamu
memikirkan tentang Dzat Alloh karena kamu tidak akan sanggup
menjangkaunya”. (HR. Abu Nu’aim).
Perkataan Imam Syafi’I :

َ ‫ف َن ْف َس ُه َف َق ْد َع َر‬
‫ف َر َّب ُه‬ َ ‫َمنْ َع َر‬
“Barangsiapa mengenal dirinya (dengan benar) maka sungguh ia akan
mengenal Robb-nya.”
Dengan ayat Qauniyah dan Kauliyah pula kita bisa ma’rifat kepada Alloh
melalui :
1. Nama-nama dan sifat-sifat Alloh ( ( ‫ ا الس ماء و ص فاتهللا‬, Qs. Al-’Araf
(7):180,

Rasululloh saw, bersabda :


َ ‫اِنَّ هلِل ِ ِتسْ َع ًة َو ِتسْ ِعي َْن ِاسْ ًما َمنْ َح ِف َظ َها د‬
َ َّ‫َخ َل ْال َج َّن َة َواِن‬
ُّ‫هللا ِو ْت ٌر ُيحِب‬
)‫الو ْت ِر (رواه ابن ما جه‬ ِ
“Artinya: Sesungguhnya Alloh swt memiliki 99 nama, barangsiapa yang
menjaganya maka ia akan masuk surga, dan sesungguhnya Alloh itu
ganjil, Dia menyukai yang ganjil”. (HR. Ibnu Majah).
Dari ke-99 Asma tersebut dapat dirumuskan kedalam 3 sifat yang
merangkum semua Asma dan Sifat Alloh, yaitu: al-Kholiq, al-Malik, dan al-
Hakim. Rumusan tersebut sesuai dengan rumusan tauhid, yakni tauhid
Rububiyah, Mulkiyah, dan Uluhiyah.
Alloh swt bersifat al-Kholiq artinya Maha Pencipta. Oleh karena
Dia yang menciptakan alam semesta maka hanya Dia-lah yang berhak
mengatur alam ini (Rububiyah), dan hanya Dia-lah yang berhak memiliki,
menguasai dan merajai alam semesta ini (Mulkiyah). Di dalam mengatur
dan merajai alam semesta ini maka Dia menetapkan hukum yang berupa
Al-Qur’an. Oleh karena itu Dia bersifat al-Hakim (Yang Maha Menetapkan
Hukum). Hukum tersebut mengatur bagaimana atat cara pengabdian sang
makhluk al-Kholiq (Uluhiyah).
2. Perbuatan Alloh ( ( ‫افع ا هللا‬Qs.Al-Fiil (105):1-5,
1) Yang mengeluarkan manusia dari perut ibunya. Qs An-Nahl (16):78.
2) Menjadikan bumi, langit, gunung dan sungai, buah-buahan. Qs. As-
Sajdah (32) : 4, Qs. Al-A’rad (13):3.
3) Mendatangkan angin. Qs. Fathir (35):9.
4) Memberi Rizqi. Qs. Al-Isro’ (17):30-31.
5) Menggerakan Awan. Qs. Ar-rum (30):48.
6) Pembuat tipu daya terbaik. Qs. Ali Imram (3):54.
7) Menghancurkan orang kafir. Qs. An-Naml (27):51.
8) Yang mengajarkan Al-Qur’an. Qs. Ar-Rohman (55):1-4.
3. Kedudukan/Otoritas Alloh ( ( ‫س لطا ن ية هللا‬
1) Alloh sebagai Robb ( ‫ب‬
( ٌّ ‫ر‬
َ
Pengertian Rohh secara bahasa
‫ = َربَّ – َيرُبُّ – َر ًّبا‬Menciptakan, menguasai, mengatur, memelihara.
‫ = َربَّي – ي َُربِّي – َترْ ِب َي ًة‬Mendidik, mengajar.
Penggunaan kata Robb dalam Al-Qur’an
1. Pencipta; Qs. Yunus (10):3, Qs. Al-A’raf (7):172.
2. Pengatur; Qs. At-Taubah (9):31, Qs. Yunus (10):31-32.
3. Pemelihara; Qs. Asy-Syu’araa (26):18.
4. Pemilik; Qs. Quraisy (106):3, Qs. An-Naml (27):91.
5. Pendidik; Qs. Al-Isro’ (17):24.
6. Penguasa tertinggi; Qs. An-Naziat (79):24, Qs. An-Naml (27):91.
Pengertian Robb menurut istilah Al-Qur’an.
1. Pembuat Undang-undang/hukum. Qs. Al-A’raf (7):54, Qs. At-Taubah
(9):31.
2. Robb segala sesuatu. Qs. Al-An’am (6):164.
3. Robb yang tidak bisa dibantah. Qs. Yunus (10):31-32.
4. Robb yang menguasai langit dan bumi. Qs. Maryam (19):65.
Dapat digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan
Rububiyatulloh adalah bahwa Alloh adalah satu-satunya Robb, yang hanya
di tangan-Nyalah kewenangan secara absolut membuat
hukum/perundang-undangan.
Bila ada orang membuat atau memproduksi hukum diluar wahyu
(Al-Qur’an), berarti ia telah mengakui atau memproklamasi-kan dirinya
sebagai Robb tandingan di planet bumi ini. Contohnya Fir’aun : Qs. An-
Nazi’at (79):24, Qs. As-Syuura (42):21.
Alloh dengan predikat Robbul’alamin, menata alam semesta
berdasarkan undang-undang-Nya yang disebut dengan istilah sunnatulloh.
Alloh dengan predikat Robbunnas, menata manusia dengan memakai
undang-undang-Nya yaitu berdasarkan wahyu atau Al-Qur’an.
Penolakkan terhadap hukum yang berdasarkan wahyu atau Al-Qur’an
hukumnya kufur, dzolim, fasiq dan musyrik, karena pada hakikatnya adalah
sebagai pengingkaran terhadap Rububiyatulloh. Qs. Al Maidah (5):44,45,47,
Qs. At-Taubah (9):31.
2) Alloh sebagai malik ((‫ملك‬

Pengertian Malik secara bahasa ( ( ‫َغ ًة‬ ُ‫ل‬


Malik berasal dari kata :
‫ َو َم ْم َل َك ًة‬- ‫ك – َم ْل ًكا – َوم ُْل ًكا – َو َملَ َك ًة‬ َ ‫َم َل‬
ُ ِ‫ك – َي ْمل‬
Memiliki, menguasai, memerintah, merajai.
Istilah Malik dalam Al-Qur’an :
• Yang memiliki, Qs. Fathir (35):13, Qs. Az-Zumar (39):3.
• Yang menguasai, pengendali tunggal, Qs. Al Mulk (67):1.
• Yang merajai dan memerintah, Qs. Al Baqoroh (2):258, Qs. An Naml (27):23.
• Tidak boleh ada sekutu didalam pemerintahan Alloh, Qs. Al Furqon (25):2,
Qs. Al-Isro’ (17):111.
• Suksesi pergantian pemerintahan ada di tangan Alloh, Qs. Ali Imron (3):26,
sebagai suatu proses pergantian. Qs. Ali Imron (3):140.
Mulkiyah Alloh di alam raya
Alloh sebagai pencipta sekaligus pemilik alam raya, maka Alloh
sendiri pula yang menguasai dan merajai jagat raya ini.
Kerajaan/pemerintahan Alloh disebut mulkiyatulloh, wilayahnya meliputi
langit dan bumi, wajib diakui dan ditaati oleh manusia. Tidak ada kerajaan
atau kedaulatan lain yang boleh diakui dan ditaati. Mengakui adanya
keabsahan suatu lembaga pemerintahan diluar lembaga pemerintahan
Alloh (Mulkiyatulloh) berarti musyrik (musyrik mulkiyah).
Mulkiyah Alloh di bumi diproyeksikan dalam bentuk lembaga Ulil Amri
atau Khilafah yang mengelola dan pengaturannya diserahkan kepada
manusia (Rosul/Ulil Amri). Qs. Al-Baqoroh (2):30, An-Nisa (4):59.
Perangkat mulkiyah Alloh didalm Al-Qur’an.
 Adanya Undang-undang/Dustur. Qs. Yusuf (12):76
 Adanya hamba/rakyat. Qs. Al-A’raf (7):158
 Adanya Balad/tempat. Qs. An-Naml (27):91, Qs. Al-Hajj (22):40-41
 Adanya Aparat/tentara. Qs. Al-Anbiya (21): 105, Qs. An-Nisa (4):59.
Perseteruan antara kerajaan/pemerintahan Alloh dengan
kerajaan/pemerintahan syaithon:
• Nabi Ibrahim a.s VS Namrudz. Qs. Al-Baqoroh (2): 258, Qs. An-Nisa (4):54.
• Nabi Daud a.s VS Jalut. Qs. Al-Baqoroh (2):251, Qs. Shaad (38):26.
• Nabi Sulaiman a.s VS Bilqis. Qs. An-Naml (27):20-44.
• Nabi Musa a.s VS Fir’aun. Qs. Al-Mu’min (40):23-38.
• Nabi Isa a.s VS Herodes. Qs. An-Nisa (4):157.
• Nabi Muhammad saw VS Abu Jahal. Qs. Al-’Alaq (96):6-19.

3) Alloh sebagai Ilah


Makna “Ilah” secara bahasa.
‫اَ ِل َه – َيْأ َل ُه – ِا َل َها – َو ِا َل َه ًة – َواُلُ ْو َه ًة‬
Cenderung, rindu, gandrung, penghambaan, pengabdian.
Dalam kamus lisanul Arab :

ُ ‫ = َأ َله‬saya cenderung pada si Fulan.


• ‫ْت ِا َلي فُالَ ٍن‬

• ‫ = َألِ َه الرَّ جُ ُل َيْأ َل ُه‬orang itu mengharapkan seseorang yang mampu


menolongnya.

ِ َّ‫ = َأ ِل َه الرَّ جُ ُل ِا َلي الر‬orang ini mencari seseorang karena sangat rindu
• ‫جُل‬
kepadanya.

ِ ‫ = َألِ َه ْال َف‬anak kuda (atau lainnya) tidak mau berpisah dari induknya.
• ‫ص ْي ُل‬

• ‫ = َألِ َه – ِا َل َه ًة َو اُلُ ْو َه ًة‬menyembah, mengabdi, pengabdian.

• ‫ = الَ َه – َيلِ ْي ُه – َل ْيهًا‬berlindung, perlindungan.


Penggunaan kata ilah dalam Al-Qur’an.
• Al-’Izzu ( ( ‫ ا لع ز‬: Pelindung. Qs. Maryam (19):81,

• An-Nashir ( ( ‫ = ا لنصير‬Penolong. Qs. Yasin (36):74,

• Al-Hawa ( ( ‫ = ا لهو ى‬Nafsu/keinginan. Qs. Al-Jatsiah (45):23,


• Al-Ashnam ( ( ‫ = ا ألص نام‬Berhala. Qs. Al-An’am (6):74,

• Al-Ma’bud ( ( ‫ = ا لمعبود‬Sesembahan. Qs. Yasin (36):22-23,


Kandungan kalimat “ ٌ‫“ ِا َله‬
Dari makna-makna “ilah” diatas dapat disimpulkan bahwa “ilah” itu
terbagi 2, yaitu :
 Ilahul Haq, menurut pandangan Islam, misi setiap Rosul adalah
menegakkan kalimat tauhid ‫ ال ا ل ه ا ال هللا‬Qs. Al-Anbiya (21):25, Qs.
Al-An’am (6):19,
Ilahul haq (Alloh) adalah Dzat yang Maha mutlak kebenarannya
dan yang memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, dimana manusia
seluruhnya sangat butuh kepada-Nya dan amat sangat membutuhkan
pertolongannya.
Maka konsekwensi dan realisasi dari pengakuan terhadap ilahul
haq tersebut adalah pengabdian dan meminta pertolongan hanya kepada
Alloh dan tidak kepada selain-Nya.
Ajaran ketauhidan atau monotheisme dalam Islam yang disebut
“Laa Ilaaha Illalloh” adalah suatu konsepsi tertinggi dalam ajaran
ketuhanan dan menolak setiap bentuk ideologi dan falsafah ketuhanan
ganda (poliheisme).
Konsepsi ilahul haq harus konsisten terhadap hukum wahyu dan
pelaksanaannya, tanpanya dinyatakan syirik. Qs. Al Fatihah (1):5, Qs.
Yusuf (12):40
Ilahul Bathil, adalah sesuatu yang disembah selain Alloh dengan
berbagai macam bentuknya.
Ajaran ilahul bathil adalah ajaran yang bertentangan
dengan ajaran ketauhidan atau monotheisme. Ajaran ini berbentuk
ideologi dan falsafah ketuhanan ganda (politheisme). Konsekwensi dari
pengakuan terhadap ajaran ini adalah penolakkan dan pengingkaran
terhadap pengabdian kepada Alloh swt saja. Qs. Ash-Shaaffat (37):35,

Karakteristik ajaran ini akan melarang manusia dengan


tegas meninggalkan ajaran atau ideologi ketuhanan ganda (kemusyrikan)
yang menjadi dasar eksistensinya.
Qs. Nuh (71): 23-24,

Menurut pandangan Islam, pendukung ilahul bathil tersebut sulit


untuk diarahkan, dipimpin dan dibimbing karena hawa nafsu sangat
dominan serta menjadi tolak ukur seperti halnya Abu Jahal dan Abu
Lahab. Qs. Al-Jaatsiyah (45):25, Al-Furqon (25):43,
Oleh karena itu menjadikan ilah selain Alloh sangat merugi. Qs.
Yunus (10):18, Qs. Al-A’rad (13):16, Haram mengambil ilah selain Alloh
dan hukumnya adalah syirik. Qs. Al-Isro (17):22.
Wallahu a’lam bish-showab
PENGERTIAN AL-QUR’AN
1. Pengertian menurut bahasa (etimologi)
Menurut Al-Lihyani, kata Al-Qur’an merupakan kata jadian (mashdar) dari kata
dasar ‫رَأ‬
َ ‫( َق‬membaca) sebagaimana kata :‫ ر ُْز َح ٌان‬dan‫ ُغ ْف َر ٌان‬. Kata ini
kemudian dijadikan nama bagi firman Alloh yang diturunkan kepada nabi kita,
Muhammad swa. Penamaan ini termasuk dalam kategori “tasmiyatul maf’ul bil
mashdar” (penamaan isim maf’ul dengan isim mashdar). Dia merujuk kepada
firman Alloh surat Al-Qiyamah (75):17-18. Kata ُ ‫ قُ رْ َأ َنه‬dalam ayat tersebut
artinya “bacaannya”.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Dr.Subhi Al-Shalih dan Manna’ Al-
Qaththan dalam kitab mabahits Fii Uluumil Qur’an. Pendapat tersebut di atas
merupakan pendapat yang paling kuat.
2. Pengertian menurut istilah (terminologi)
1) Menurut Terminologi Para Ulama :
 Al-Qur’an adalah Kalam Alloh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
yang bernilai ibadah dengan membacanya. (Manna Al-Qaththan,1973).20.
 Berkata Dr.Fahd Ar-Rumy dalam kitabnya Dirosat fii ‘ulumil Qur’an al-
Karim :”Bagi para ulama di dalam mendefinisikan Al-Qur’an ter-
dapat banyak definisi, sebagaimana ada yang panjang. Dan yang
paling singkat definisi Al-Qur’an itu adalah : Kalamulloh ta’ala
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan bernilai ibadah
dengan membacanya”.
2) Menurut Terminologi Al-Qur’an
 Al-Qur’an adalah petunjuk (pedoman hidup) bagi manusia dan penjelasan
atas petunjuk tersebut serta sebagai Furqon (pembeda antara yang hak
dan bathil). Qs. Al-Baqoroh (2):185,

 Al-Qur’an adalah aturan (wahyu) yang datangnya dari Alloh yang tidak
boleh diragukan lagi kebenarannya yang mutlak. Qs. Al-Baqoroh (2):23-
24,147,
Al-Qur’an sudah nyata, jelas, terbukti, logis dan ilmiyah tentang
kebenarannya secara mutlak. Barangsiapa yang masih meragukan akan
kebenarannya, maka ia ditantang oleh Alloh untuk membuat satu surat
saja semisal Al-Qur’an. Ternyata sampai saat ini dan sampai kapanpun
tidak akan pernah ada orang yang mampu membuatnya walaupun
seluruh manusia dan jin bersatu padu untuk membuatnya. Ini jelas
membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar datang dari Alloh dan oleh
karena ia buatan Alloh, maka tidak ada seorangpun selain-Nya yang
mampu membuat AL-Qur’an dan sudah pasti ia berisi nilai-nilai kebenaran
yang mutlak. Qs. Al-Baqoroh (2):23-24,
Sikap ragu-ragu saja tentang kebenaran Al-Qur’an, termasuk kufur dan
murtad, apalagi menolak atau menantangnya walaupun satu ayat. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Nawawi Al-Bantani, bahwa
riddah (keluar dari Islam) itu terbagi menjadi 3 bagian : I’tiqodat
(keyakinan), Af’al (perbuatan), dan Aqwal (perkataan). Dan setiap
bagiannya terbagi menjadi beberapa cabanag yang banyak . Diantara
bagian yang pertama (Riddatul I’tiqodat) adalah ragu-ragu terhadap
Alloh, Rasul-Nya, Al-Qur’an, Hari Akhir, Syurga, Neraka, Pahala dan siksa,
dan sebagaimananya yang telah disepakati (atas kebenarannya).
(Muhammad Nawawi.1358 H, Mirqotu Su’udit-Tashiq, Pustaka Alawiyah,
Semarang, Hal 9-10).
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Alloh yang diberkati yang
wajib diikuti oleh setiap mu’min dan haram mengikuti selainnya. Qs. Al-
An’am (6):155,
Dalam ayat ini Alloh Ta’ala memotivasi hamba-hamba-Nya untuk
mengikuti kitab-Nya dan menyuruh mereka merenungkan, mengamalkan,
dan mengajak orang lain kepadanya. Alloh menyifati Al-Qur’an dengan
berkah di dunia dan di akhirat bagi orang yang mengikuti dan
mengamalkannya karena Al-Qur’an merupakan tali Alloh yang kuat.
(Nasib Ar-Rifa’I Muhammad. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jilid II hal.320).
Qs. Al-A’raf (7):3,

Dalam ayat ini Alloh menjelaskan : Ikutilah jejak Nabi yang ummi yang
membawa kepadamu kitab yang diturunkan dari Tuhan dan Pemilik segala
perkara. “Dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-
Nya.” Maksudnya : Janganlah kamu keluar dari Al-Qur’an yang dibawanya
itu untuk menuju ke hukum lain.
Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
berilmu.
Qs. Al-Ankabut (29):49,

Penjelasan : Al-Qur’an ini merupakan ayat-ayat yang jelas dalam


menunjukkan kebenaran, mengandung perintah, larangan, dan berita
yang dipelihara oleh para ulama (dipelihara di dalam dada para ulama).
Alloh membuat mereka mudah untuk menghafal, membaca &
menafsirkannya (memahaminya).
PERINTAH MEMBACA, MEMAHAMI DAN MENGAMALKAN AL-
QUR’AN
1.Perintah membaca dan membacakan Al-Qur’an. Qs. Al-’Alaq (96):1-5,
Fathir (35):29, Ali-Imran (3):164, Al-Baqoroh (2):121, Al-Ankabut (29):45,

‫ َم ْن َق َرَأ‬:‫و‬.‫ع‬. ‫ قال رس ول هللا ص‬:‫ ع قال‬.‫ْن َم ْس ع ُْو ٍد ر‬ ِ ‫َو َع ِن اب‬


‫ف‬ٌ ْ‫هللا َف َل ُه َح َس َن ٌة َو ْال َح َس َن ُة ِب َع ْش ِرَأمْ َثا لِ َها الَ َأقُ ْو ُل الم َحر‬
ِ ‫اب‬ ِ ‫َحرْ ًفا ِم ْن ِك َت‬
)‫ف (رواه التر مذي‬ ٌ ْ‫ف َو ِم ْي ٌم َحر‬ ٌ ْ‫ف َوالَ ٌم َحر‬ ٌ ْ‫ف َحر‬ ٌ ِ‫َو َل ِكنْ اَل‬
“Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra. Ia berkata, Rasul saw. Berdabda:
“ Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia akan
memperoleh kebaikan. Dan kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak
mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah satu huruf,
Laam satu huruf, dan Miim satu huruf (HR. Tarmizi No.3075)
)‫َخ ْي ُر ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم ْالقُرْ َأ َن َو َعلَّ َم ُه (رواه البخاري‬
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR.Bukhori dari Utsman Bin Affan ra.).
2. Perintah untuk mempelajari dan memahami Al-Qur’an dan celaan
terhadap orang yang suka membaca Al-Qur’an tapi tidak suka
mempelajari dan memahami isinya. Qs. An-Nisa (4):82, Al-Baqoroh
(2):88, Al-A’raf (7):179,

Alloh swt. Memerintahkan untuk mentadabburi Al-Qur’an dan


memahaminya serta melarang berpaling darinya. Oleh karena itu Alloh
swt berfirman : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (memahami)
Al-Qur’an, atau di dalam hati-hati mereka terdapat beberapa kunci?”
Maka, hati itupun menjadi tertutup rapat, tidak ada satupun dari makna-
makna Al-Qur’an yang dapat memasuki hatinya. (Nasib Ar-Rifa’I,
Muhammad.1989, dan Al-Qurtuby).
3. Orang yang tidak suka memahami Al-Qur’an termasuk orang munafik dan orang dhalim. Qs. An-Nisa
(4):78, Al-Kahfi (18):57,

Menurut Al-Baghowi, maksud mereka tidak memahami pembicaraan adalah tidak memahami Al-Qur’an,
yakni tidak memahami makna-makna Al-Qur’an.
4. Perintah mengikuti (mengamalkan) dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Qs. Al-An’am (6):106,155, Az-
Zukhruf (43):43,
Dari Abi Musa ra. Nabi saw, bersabda :

‫ص ًيا ِم َن ااْل ِ ِب ِل ِفي َع ْق ِل َها‬


ِّ ‫َت َعا َه ُد ْوا ْالقُرْ اَ َن َف َوالَّ ِذي َن ْف ِسي ِب َي ِد ِه َله َُو اَ َش ُّد َت َف‬
‫ي‬
( ‫)رواه ا لبخار‬
“Berpegang teguhlah kepada Al-Qur’an, maka demi Dzat yang jiwaku ada
di dalam genggaman-Nya, sungguh Al-Qur’an itu akan lebih cepat terlepas
daripada unta yang terlepas dari tali kendalinya. (HR.Bukhori).
NAMA-NAMA AL-QUR’AN :
1. Al-Huda : Petunjuk Qs. Al-Baqoroh (2):2,185
2. Al-Furqon : Pembeda antara yang hak dan yang bathil Qs. Al-
Furqon (25):1
3. Al-Hukmu : Hukum, peraturan, undang-undang Qs. Al-A’rad
(13):37
4. Al-Haq : Kebenaran Qs. Al-Hajj (22):54
5. Al-Mau’idhoh : Pelajaran Qs. Yunus (10):57
6. Adz-dzikru : Peringatan Qs. Al-Hijr (15):9
7. Ar-Ruh : Yang menghidupkan hati Qs. Asy-Syuuro (42):51-52
8. Al-Bayan : Penjelasan Qs. Al-Baqoroh (2):185, Qs. Ali-Imran
(3):138, Qs. An-Nahl (16):89
9. Asy-Syifa : Obat penyakit hati Qs. Yunus (10):57
10.Al-Basyir wal Nadzir : Pembawa kabar gembira dan peringatan Qs.
Fushilat (41):4
11.Al-Mubarok : Penuh dengan berkah Qs. Shaad (38):29
12.Al-Mizan : Neraca keadilan, timbangan Qs. Asy-Syuura
(42):17
13.Al-Ilmu : Sumber Ilmu Qs.Thaha (20):114
KEDUDUKAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN
1. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu. Qs. Al-Kahfi (18):109, Qs. Lukman (31):27,
Qs. Al-A’raf (7):52.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa kalimah-kalimah Alloh itu sangat luas dan
tidak terbatas yang meliputi segala sesuatu. Yang dimasksud Kalimah-
kalimah Alloh itu adalah Al-Qur’an, yakni wahyu dan ilmu Alloh. Segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini, fenomena-fenomena dan konsepsi-
konsepsinya tidak lepas dari ilmu-Nya. Karena Al-Qur’an sangat luas dan
meliputi segala sesuatu, maka tidak ada “ilmu pengetahuan apapun di dunia
ini yang tidak ada sumbernya dari Al-Qur’an.
Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all
the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya
seluruh ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an adalah kitabnya ilmu
pengetahuan.
2. Al-Qur’an sebagai sumber hukum (Aqidah, Syari’ah, Ibadah/akhlaq). Qs.
Al-A’rad (13):37, Qs. An-Nisa (4):105, Qs. Al-Maidah (5):49-50, Qs. Yunus
(10):37.

3. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan sebagai dasar yang pertama


dalam menetapkan sesuatu. Qs. Al-Jaatsiyah (45):20, Qs. Hujarat (49):1.
Maksud ayat tersebut adalah bahwa orang-orang mu’min tidak boleh
menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Alloh dan Rasul-
Nya. Berkata Adh-Dhahhak, janganlah kamu menetapkan suatu urusan
tentang syari’at agamamu tidak berdasarkan ketetapan Alloh dan Rasul-Nya.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.”Janganlah kamu
mendahului Alloh dan Rasul-Nya, yaitu janganlah kamu mengatakan sesuatu
yang bertentangan dengan Kitab dan Sunnah”.
‫روى أحمد وأبو داود والترمذي وابن ماجه – بأسناده – عن معاذ‬
‫رضي هللا عنه حيث قال له النبي صلى هللا عليه وسلم حين بعثه ألى‬
‫ فأن‬: ‫ قال صلى هللا عليه وسلم‬.‫ بكتاب هللا تعالى‬: ‫ بم تحكم ؟ قال‬: ‫اليمن‬
‫ بسنة رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال صلى هللا عليه‬: ‫لم تجد ؟ قال‬
‫ فضرب في صد‬.‫ أجتهد رأيي‬: ‫ فأن لم تجد ؟ قال رضي هللا عنه‬: ‫وسلم‬
‫ الحمد هلل الذي وفق رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لما ير ضي‬:‫ره وقال‬
‫رسول هللا‬.
“Telah meriwayatkan Ahmad, Abu Dawud. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari
Mu’adz bin Jabal r.a. ketika bersabda Rasululloh saw kepadanya pada saat
beliau mengutusnya ke Yaman : Dengan apa kamu menetapkan hukum ?
Ia menjawab : dengan Kitab Alloh. Beliau bertanya lagi, jika tidak ada
dalam Kitab Alloh? Ia berkata : dengan Sunnah Rasululloh saw. Beliau
bertanya lagi: jika tidak ada didalam Sunnah? Ia berkata : Aku berijtihad
dengan pendapatku. Maka beliau menepuk dadanya seraya mengatakan,
segala puji bagi Alloh yang telah memberikan taufik kepada utusan
Rasululloh saw karena sesuatu yang diridhoi oleh Rasululloh saw.

4. Al-Qur’an sebagai dasar perjuangan Islam. Qs. Al Furqon (25):52,


5. Al-Qur’an sebagai wasilah untuk mendapatkan hidayah (mengeluarkan
manusia dari Jahiliyah jepada Islam). Qs. Al Maidah (5):16
MU’JIZAT DAN KEUTAMAAN Al-QUR’AN
1. Pengertian Mu’jizat
Kata Mu’jizat diambil dari bahasa Arab a’jaza – I’jazan yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamakan mu’jiz dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga
mampu membungkam lawan, dinamakan mu’jizat. Tambahan ta’ marbuthah
pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlative). Manna’ Al-
Qaththan mendefinisikan demikian : “suatu kejadian yang keluar dari
kebiasaaan disertai dengan unsur tantangan dan tidak akan dapat ditandingi.
2. Aspek-aspek Mu’jizat Al-Qur’an
1) Gaya bahasa, redaksi dan susunan kalimatnya yang sangat indah dan luar
biasa yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun dan akapanpun. Qs. Al-Baqoroh
(2):23, Al-Isro’ (17):88, Huud (11):13.
2) Kandungan hukumnya yang sangat sempurna, solusinya sangat tepat,
relevan sampai akhir zaman, dan bersifat universal. Qs. Al-An’am (6):115.
3) Berita tentang hal-hal ghaibnya terbukti. Qs. Ar-Ruum (30):1-5, Qs.Yunus
(10):92, Qs. Al-Qoshosh (28):85.
4) Mengandung isyarat-isyarat ilmiah. Qs. Yunus (10):5, Qs. Al-An’am (6):125,
Qs. Al-Qiyamah (75):4,14, Qs. Yusuf (12)94, Qs. Al-Baqoroh (2):233, Qs. An-
Nisa (4):56.
KEUTAMAAN AL-QUR’AN
1. Al-Qur’an mencakup segala aspek kehidupan. Qs. An-Nahl (16):89, Qs.
Yusuf (12):111,

Ibnu Mas’ud berkata: “Segala ilmu dan segala hal telah dijelaskan
kepada kami di dalam Al-Qur’an ini. Al-Qur’an mencakup segala ilmu yang
bermanfaatberupa kisah masa lalu, pengetahuan tentang apa yang akan
terjadi, segala yang dihalalkan dan yang diharamkan. Sebagai petunjuk
bagi kalbu, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.
2. Keagungan nilai-nilai Al-Qur’an dan ketinggian martabatnya melebihi
kekuatan dan ketinggian gunung. Qs. Al-Hasyr (59):21,
Alloh swt berfirman guna mengagungkan perkara Al-Qur’an dan
menjelaskan ketinggian martabatnya. Dan sudah selayaknya hati manusia tunduk
kepadanyadan bergetar ketika mendengarnya, mengingat didalamnya terdapat
janji yang benar dan ancaman yang keras.
3. Al-Qur’an memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa
untuk melakukan perubahan. Qs. Al-’Arad (13):31,

Sesungguhnya tidak ada hujjah dan mukjizat yang lebih efektif dan
menyentuh penalaran serta paling berpengaruh terhadap jiwa selain Al-Qur’an.
(Nasib Ar-Rifa’I, Moch.1989).
Al-Qur’an ini adalah mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar, karena
didalamnya penuh berisi hikmah, petunjuk dan pengajaran untuk memperbaiki diri
seseorang dan masyarakat umumnya. Bangsa Arab yang masih biadab dan hidup
dalam kacau balau dan bermusuh-musuhan, bahkan berperang-perangan
sesamanya, dalam masa kurang lebih 23 tahun saja, mereka jadi umat yang
berperadaban tinggi dan hidup dalam kerukunan dan kedamaian, menjadi satu
umat yang kuat.
Dan tak ada kitab bacaan mereka, selain daripada Al-Qur’an ini.
Sungguh pengaruh Al-Qur’an itu besar sekali untuk memperbaiki budi
pekerti dan masyarakat umumnya, bahkan untuk melahirkan umat yang
telah mati menjadi umat yang hidup dan berkemajuan tinggi, tetapi ini
bagi orang-orang yang mau memperhatikan isinya dan mengambil
pelajaran dari padanya.
4. Al-Qur’an adalah konsep kehidupaan yang terbaik
1) Sebaik-baik dan sebenar-benar Hadits. Qs. Az-Zumar
(39):23,
Qs. An-Nisa (4):87,

2) Sebaik-baik Qaul. Qs. Fushilat (41):33,

3) Sebaik-baik Tafsir. Qs. Al-Furqon (25):33,


4) Sebaik-baik Ta’wil. Qs. An-Nisa (4):59,

5) Sebaik-baik Kisah. Qs. Yusuf (12):3,


KEUTAMAAN ORANG YANG MENGAMALKAN AL-QUR’AN
1) Alloh swt akan menyampaikannya ketempat tujuan (dunia/akhirat) dengan
mendapatkan kemenangan dan kesuksesan yang gemilang. Qs. Al-Qashash
(28):85, Qs. An-Nuur (24):51.
2) Akan mendapatkan anugerah dari Alloh dan disejajarkan dengan para Nabi,
Shiddiqin, Syuhada dan Sholihin. Qs. An-Nisa (4):69.
3) Akan dibalas dengan Syurga. Qs Al-Baqoroh (2):25.
4) Akan mendapatkan barokah dan rohmat dari Alloh. Qs Al-An’am (6):155.
5) Akan mendapatkan ketenangan hidup. Qs. Qs. Ar-A’rad (13):28.

SIKAP DAN SIFAT ORANG MU’MIN TERHADAP AL-QUR’AN


o Membacanya dengan bacaan yang sebenarnya dan tidak ingkar. Qs. Al-
Baqoroh (2):121.
o Bertambah iman, menyungkur bersujud, menangis dan bertambah khusyu’
apabila dibacakan ayat-ayatnya. Qs. Al-Anfal (8):2, Qs. Al-Isro’ (17):107-109.
o Siap mendengarkan dan siap mentha’atinya. Qs. Al-A’raf (7):204, Qs. An-Nuur
(24):51, Qs. Az-Zumar (39):18.
o Menerima Al-Qur’an secara utuh dan menyeluruh. Qs. Al-Baqoroh (2):85, Qs.
An-Nisa (4):150-151.
o Merasa cukup dengan Al-Qur’an sebagai rah,at dan pelajaran. Qs. Al-Ankabut
(29):51.
o Merasa sebagai rahmat dan kemuliaan yang sangat besar. Qs. Al-Qashash
(28):86-87, Qs. Az-Zukhruf (43):44.
o Menyungkur bersujud/tidak sombong, apabila diperingatkan dengan Al-
Qur’an. Qs. As-Sajadah (32):15.
o Berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dengan kuat. Qs. Al-Baqoroh (2):63.

SIKAP DAN SIFAT ORANG KAFIR TERHADAP Al-QUR’AN


 Ragu-ragu terhadap Al-Qur’an. Qs. Al-Hajj (22):55
 Tidak percaya. Qs. An-Nahl (16):104, Qs. Al-Anfal (8):32
 Tidak mau mendengar dan berbuat gaduh/hiruk pikuk. Qs. Fushilat (41):26
 Sombong/tidak mau tunduk. Qs. Al-Insyiqaaq (84):21
 Berpaling dan berkata keji terhadapnya. Qs. Al-Mu’minun (23):64-67
 Berpaling, sombong, berpura-pura tridak mendengarkannya. Qs. Luqman
(31):7
 Menganggap sebagai cerita bohong (dongeng) dan melarang orang lain
mendengarkannya. Qs. Al-An’am (6):25-26
 Meminta diganti dengan yang lain. Qs. Yunus (10):15

 Mengacuhkannya. Qs. Al-Furqon (25):30

 Ingkar. Qs. Al-Angkabut (29):47

 Mendustakan. Qs. An-Naba (78):28, Qs. Al-Baqoroh (2):39

 Membantah. Qs. Al-Kahfi (18):56

 Bermain-main. Qs. Al-Anbiya (21):2, Qs. Ad-Dukhon (44):9

 Lari dari Al-Qur’an. Qs. Al-Isro’ (17):41.

 Memutarbalikan ayat. Qs. Ali Imron (3):78

 Mendengarkan tapi tidak tha’at. Qs. Al-Baqoroh (2):93


ANCAMAN DAN AKIBAT ORANG YANG MENUTUP DIRI DAN
BERPALING DARI AL-QUR’AN
1. Tidak dipandang beragama “orang yang tidak
menegakkan/memperjuangkan Al-Qur’an. Qs. Al-Maidah (5):68,

“Ketika Rasululloh saw diperintahkan untuk menyampaikan kepada


mereka bahwa mereka tidak dipandang beragama, beraqidah, atau
beriman sama sekali. Ketika Rasululloh saw diperintahkan untuk
menghadapi mereka dengan sikap tegas ini, mereka membaca kitab-kitab
mereka dan memperlihatkan sifat mereka sebagai orang-orang Yahudi
atau Nasrani, seraya mengatakan : Sesungguhnya kami orang-orang yang
beriman. Tetapi apa yang harus disampaikan Nabi saw kepada mereka itu
tidak mengakui pengakuan mereka sama sekali, karena agama bukan
kalimat yang diucapkan dengan lisan, bukan kitab yang dibaca, dan bukan
pengakuan yang didakwakan. Tetapi agama adalah sistem kehidupan.
Sistem yang meliputi aqidah yang mengalir didalam hati nurani, ibadah
yang tercermin dalam berbagai syi’ar, dan ibadah yang termanifestasi
dalam penegakan sistem kehidupan seluruhnya atas dasar sistem ini.
Karena ahli kitab tidak menegakkan agama diatas prinsip-prinsip ini maka
Rasululloh diperintahkan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa
mereka tidak dipandang beragama sama sekali. (Sayyid Quthb,2002).
2. Alloh mengunci mati hatinya Qs. Al-Baqoroh (2):88,

“Dan mereka berkata : “Hati kami tertutup” Namun sebenarnya Alloh telah
melaknat mereka karena kekafiran mereka, maka sedikit sekali mereka
yang beriman”. Mereka menceritakan ihwal keadaan hati mereka sendiri
yang tertutup. Yakni, “hati kami sudah penuh dengan berbagai ilmu
pengetahuan sehingga tak lagi dapat memuat informasi yang ada padamu,
hai Muhammad”. Karena demikian penuhnya, maka seolah-olah
hati itu ditutup dan dikunci untuk menjaga segala isinya sehingga apapun
yang kamu katakan tidak dapat menembusnya. Hal itu senada dengan
Firman Alloh ta’ala, “Mereka berkata : Hati kami dalam keadaan tertutupi
dari apa yang kamu serukan kepada kami”. Qs. Fushilat (41):5. ( Nasib Ar-
Rifa’I, Muhammad. 1989).
3. Akan diberikan syetan sebagai teman setia. Qs. Az-Zukhruf (43):36,

4. Memikul dosa yang sangat besar. Qs. Thaha (20):99-100,


5. Diberikan kehidupan yang sempit. Qs. Thaha (20):124,

6. Dimasukkan ke dalam adzab yang berat. Qs. Al-Jin (72):17,

Wallohu a’lamu bish showab


PENGERTIAN AD-DIN

1. Menurut Bahasa

Berasal dari bahasa Arab : ‫ِد ْي ًنا‬ –‫دَان– َي ِدي ُْن‬


َ
1) Ketundukan, ketha’atan, penyerahan ( ‫ ِد ْن ُته ُْم َف َدا ُنوا‬: aku tundukkan
mereka, maka menyerahlah/tha’atlah mereka).

2) Kekuasaan (‫جُل‬
ُ َّ‫لر‬ ‫ َد َانا‬: orang itu sudah berkuasa ).
3) Peraturan/undang-undang ( ‫ِد ْي ِن ِه ْم‬ ‫ َك ا َن ْتقُ َري ٌْش َو َم ْند ََان ِب‬: adalah Quraisy
dahulu dan orang yang tha’at pada peraturan mereka).

( َ ‫ُن ْو‬
4) Pembalasan/peradilan/kelakuan ‫ن‬ ‫ اَ لَّه َُّم ِد ْن ه ُْم َك َم ا َي ِد ْي‬: ya Alloh
balaslah mereka sesuai dengan kelakuan/tindakan mereka).
2. Menurut Istilah Al-Qur’an
1) Kekuasaan yang maha mutlak. Qs. Al Waqi’ah (56):86-87,
‫ْل َغ ْي ُر َم ْملُ ْو ِكي َْن َوالَ َم ْقه ُْو ِري َْن‬ َ
َ ‫ ِقي‬: ‫غ ْي ُر َم ِد ْي ِني َْن‬: “Ghoiru madiiniin”
َ ‫ْي ِني‬
dikatakan : tidak dimiliki dan tidak dikuasai, (Al-Qurthuby). Kata : ‫ْن‬ ‫َم ِد‬
adalah bentuk isim maf’ul jamak mudzakar salim dijarkan karena mudhof
ُ ‫ َغ ْي‬yang bentuk mufrodnya adalah‫ٌن‬
ilaih dari ‫ر‬ ‫َم ِد ْي‬ asal bentuk
mashdarnya adalah : ‫ًنا‬ ‫ ِد ْي‬artinya “Kekuasaan”.
2) Penyerahan diri (takluk) dhahir dan bathin disertai dengan ketha’atan dan
kesetiaan kepada kekuasaan tersebut. Qs. An-Nahl (16) ayat 52,
Kalimat ‫ص ًبا‬
ِ ‫ُن َوا‬ ‫ َو َل ُه ا ل ِّد ْي‬diartikan “ dan untuk-Nya lah ketha’atan itu
selama-lamanya.”
Jadi,‫ُن‬ ‫ ا ل َّطا َع ُة = ا ل ِّد ْي‬artinya ketha’atan. (Jalalain Imam. Hal.219).
3) Iman dan amal (teori dan praktek) di bawah pengawasan pihak yang maha
mutlak kekuasaanya itu. Dengan pengertian lain, undang-undang atau tata
cara yang mengatur bagaimana menjalankan ketha’atan dan kepatuhan
kepada kekuasaan yang maha mutlak tersebut. Qs. Yusuf (12) ayat 76.
Didalam ayat tersebut kalimat :‫ ِف ي ِد ْي ِن ا ْ ل َملِ ِك‬diartikan‫ِف يحُ ْك ِم ا ْ ل َملِ ِك‬
yang artinya menurut hukum atau undang-undang raja. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Ad-Din artinya hukum, peraturan atau undang-
undang. (Jalalain, Imam.Hal.197). Penafsiran yang sama juga terdapat
dalam ibnu Katsir, Al-Quthuby dan lain-lain.
4) Ganjaran yang diberikan sebagai balasan kepada pihak yang berbuat
baik maupun buruk, kepada yang tunduk pada aturan yang ditentukan
pihak yang maha mutlak kekuasaanya atau yang menyeleweng
daripadanya. Qs. Adz-Dzariyat (51) ayat 6.
‫ َواِنَّ ال ِّد ي َْن َل َوا ِق ُع‬artinya : “Dan sesungguhnya (hari) pembalasan itu
ِ ‫اء َبعْ َد ْال ِح َس ا‬
ُ ‫ ال ِّد ْي‬artinya ‫ب‬
pasti terjadi”. Dalam ayat tersebut, ‫ن‬ ُ ‫الج َز‬
َ :
pembalasan/ganjaran setelah dihisab/diadili. (Jalalain, Imam.Hal.190).
5) Berdasarkan ayat-ayat diatas maka Dinul Islam itu berarti “Sebuah
sistem kekuasaan Alloh yang mempunyai peraturan (undang-undang)
yang menuntut ketha’atan totalitas sebagai jalan keselamat-an serta
kedamaian, dan sebagai konsekwensinya akan ada ganjaran atau
pembalasan (hukuman) kepada orang yang patuh atau yang melakukan
pelanggaran terhadap sistem tersebut”.
6) Jadi makna Ad-Din secara bahasa mengandung 4 makna substansial :
1. Kekuasaan
2. Ketha’atan
3. Undang-undang
4. Pembalasan

3. Menurut Istilah Ulama


1) Menurut musthofa Abdur Raziq, Ad-Din merupakan peraturan-
peraturan yang terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan pekerjaan-
pekerjaan yang sesuai dengan keadaan suci, artinya yang
membedakan mana yang halal dan yang haram yang dapat membawa
atau mendorong umat yang menganutnya untuk menjadi suatu umat
yang memiliki rohani yang kuat. (Ad-Dinu wal Wahyu wal
Islam.Hal,18-19).
2) Ad-Din adalah sejumlah I’tiqod kepercayaan-kepercayaan,
undang- undang, peraturan-peraturan, pemimpin-pemimpin, serta
pelajaran- pelajaran, untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat yang diwahyukan dari Alloh kepada manusia dengan
perantara Rosul. (Hassan,A.1970).
SIFAT-SIFAT DINUL ISLAM

1. Qs. Ali Imran (3):83, Qs. An-Nashr (110):2

‫هللا‬
ِ ُ‫ِد يْن‬ : Din milik Alloh

2. Qs. Ar-Rum (30):30, 43, Qs. At-Taubah (9):36, Qs. Al-Bayinah (98):5

‫ِد يْنُ ْال َقي ِِّم‬ : Din yang lurus

3. Qs. Al-An’am (6):161

‫ِد ْي ًنا قِ َيا ًما‬ : Din yang tegak

4. Qs. Az-Zumar (39):3

ِ ِ‫ِد يْنُ ْال َخال‬


‫ص‬ : Din yang bersih dari syirik

1. Qs. At-Taubah (9):33, Qs. As-Shaf (61):9, Qs. Al-Fath (48):28

‫ِد يْنُ ْال َح ِّق‬ : Din yang benar


PERBEDAAN DINUL ISLAM DAN DIN GHOIRUL ISLAM
1. Dinul Islam
1) Nama : Islam
Dalam Qs. Ali Imran (3):19 dijelaskan bahwa Din yang benar dan
diridhoi Alloh adalah Islam, din-nya para Nabi dan Rosul Alloh.
2) Sifat : Universal
Dalam Qs. Al-Anbiya (21):107, Qs. Saba (34):28 dijelaskan bahwa
Islam secara teritorial adalah berlaku untuk semua bangsa dan
semua manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab atau bangsa
tertentu saja (Qs. Al-An’am (6):92). Dan dalam bidang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana
diterangkan dalam Qs. Al-Baqoroh (2):208.
3) Produk : Alloh
Islam yang disifati dengan Al-Haq adalah berasal dari Alloh,
artinya ia diciptakan oleh Alloh sebagaimana tercantum dalam Qs.
Yunus (10):37-38.
4) Standar kebenaran : Al-Haq mutlak
Islam adalah Din yang haq. Kebenarannya adalah mutlak, karena
ia diciptakan oleh Alloh yang maha mutlak Qs. At-Taubah (9):33,
Qs. Al- Fath (48):28, Qs. Al-Baqoroh (2):147.
5) Sumber/asal : Wahyu
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah benar-benar
bersumber dari wahyu Alloh, bukan bersumber dari perkataan
Muhammad, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir. Qs.
An-Najm (53):3-4, Qs. Al-Furqon (25):4, Nabi Muhammad sendiri
diancam oleh Alloh akan dipotong urat tali jantungnya jika mengada-
adakan kebohongan dengan mengatasnamakan Islam. Al-Haaqqoh
(69):44-46.
6) Misi : Sabilillah
Dinul Islam memiliki Sabilillah artinya jalan Alloh. Sabilillah adalah
jalan , sarana atau wadah yang dapat mengantarkan manusia kepada
tujuan selamaat dunia/akhirat. Jalan Alloh hanya satu, tidak lebih.
Dinul Islam harus ditegakkan diatas Sabilillah. Jika ia ditegakkan
bukan diatas Sabilillah maka pasti akan terjadi pencampuran antara haq
dan bathil. Sedangkan pencampuran antara haq dan bathil adalah
bathil. Qs. An-Nisa (4):76, Qs. Al-An’am (6):153.
7) Hasil : Baldatun Thoyyibah
Islam membutuhkan tempat yang baik untuk mengembangkan dan
menegakkan ajaran-ajarannya sebagaimana pohon yang baik hanya
akan tumbuh pada tempat yang baik. Qs. Al-A’raf (7):58, Qs. Saba
(34):15, Qs. Ibrohim (14):24-25.
2. Din Ghoirul Islam

1) Nama : Komunisme, Sekulerisme, Kapitalisme, dll. Qs. Yusuf


(12):40

2) Sifat : Sektoral, Parsial. Qs. Al-Baqoroh (2)85, Qs. An-Nisa


(4):150- 151

3) Produk : Manusia. Qs. Ali Imron (3):78, Qs. An-Naml (26):137

4) Standar Kebenaran : dzhon dan kebanyakan orang. Qs. Yunus


(10):36, Qs. Al-An’am (6):116

5) Sumber/asal : ro’yu/hawa nafsu. Qs. Al-Mu’minun (23):71, Qs.


Al- Jaatsiyah (45):23

6) Misi : Sabili Syaithon. Qs. Muhammad (47):6

7) Hasil : Baldatun Khobitsah. Qs. Al-A’raf (7):58, Qs. Ibrohim


(14):26
Tabel perbedaan Dinul Islam dengan Din Ghoirul Islam
(Din selain Islam)
GHOIRUL ISLAM ISLAM
KRITERIA
Qs. (3:85) Qs. (3:19)
Banyak Nama Islam
Sektoral Sifat Universal
Manusia Produk Alloh
Dzhon dan banyak Standar Kebenaran Al-Haq Mutlak
orang
Ro’yu/hawa nafsu Sumber/asal Wahyu
Sabili Syaithon Misi Sabilillah
Baldatun Khobisah Hasil Baldatun Thoyyibah
KANDUNGAN AD-DIN DALAM AL-QUR’AN
1. Hukum/undang-undang/peraturan. Qs. Yusuf (12):76, Qs. Al-Maidah
(5):50.

2. Struktur/aparatur/perangkat hukum. Qs. An-Nisa (4):59, Qs. Al-Maidah


(5):55-56, Qs. Al-An’am (6):165, Qs. Al-Anbiya (21):75.
3. Tempat berlaku hukum/madinah/teritorial. Qs. Al-Baqoroh (2):107, Qs.
Al-Maidah (5):40, Qs. An-Nur (24):55.

4. Pendukung/ummat/masyarakat. Qs. At-Taubah (9):71, Qs. Al-Ahzab


(33):35, Qs. Ali Imron (3):104.
KEISTIMEWAAN DINUL ISLAM
1. Islam satu-satunya sistem kehidupan yang hak, selain diinul Islam
adalah bathil. Qs. Ali Imron (3):19, Qs. Ali Imron (3):83,85, Qs. Yunus
(10):32.

ِ ‫ِأنَّ ال ِّد ي َْن ِع ْن َد‬


‫هللا اِأْل سْ َل ُم‬
“Sesungguhnya agaama (yang diridhoi) disisi Alloh hanyalah Islam. (Qs. Ali
Imron (3):19).

2. Islam adalah sistem kehidupannya seluruh Nabi dan Rasul. Qs. Al-
Baqoroh (2):130-133, 136, Qs. Ali Imron (3):52, Qs. Ali Imron (3):67, Qs.
Yunus (10):84, Qs. An-Naml (27):31.
3. Islam adalah sistem kehidupan yang sempurna, universal dan relevan
untuk segala situasi, zaman dan tempat. Qs. Al-Maidah (5):3, Qs. Al-
Baqoroh (2):208, Qs. Saba (34):28, Qs. An-Nahl (16):89.

4. Islam adalah sistem kehidupan yang tinggi. Qs. At-Taubah (9):40.


PENGERTIAN ISLAM
1. Pengertian Islam menurut bahasa :
1) ‫– َو ِس ْلمًا َو َس َال َم ًة‬ ‫َس لِ َم – َي ْس َل ُم – َس ْلمًا‬ = Damai, selamat,
sejahtera, sentosa
2) ‫َال ًما‬ ‫َأ ْس َل َم – ُي ْس لِ ُم – ِا ْس‬ = Tunduk, patuh, tha’at, pasrah,
berserah diri
3) ‫ َت سْ لِ ْيمًا‬- ‫ = َس لَّ َم – ُي َسلِّ ُم‬Berserah diri/pasrah secara totalitas
2. Pengertian Islam menurut Al-Qur’an :
1) Damai, Qs. Al-Anfal (8):61, Qs. Muhammad (47):35
2) Selamat, sejahtera, menyelamatkan, Qs. Al-An’am (6):54, Qs. Al-
Anfal (8):43
3) Suci bersih, Qs. An-Naml (26):89
4) Tunduk patuh, Qs. Al-Baqoroh (2):131
5) Berserah diri/menyerahkan diri, Qs. Ali Imron (3):83, Qs. Az-
Zumar (39):54, Qs. An-Nisa (4):125
6) Pasrah menerima dengan sepenuhnya, Qs. An-Nisa (4):65
3. Pengertian Islam menurut Istilah :

Islam adalah ketundukan, kepatuhan, dan penyerahan diri hanya kepada


Alloh swt, secara dhohir dan bathin, secara suka rela atau terpaksa untuk
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Qs. Ali Imron (3):83.

Sayyid Sabiq mengatakan : Islam adalah ad-Din wa Daulah, agama dan


negara.
KERANGKA AJARAN ISLAM
Qs. Al-Baqoroh (2):208, Islam Kaffah (totalitas)
1. Asasul Islam (Dasar-dasar Islam)
1) Arkanul Iman : Aqidah
2) Arkanul Islam : Syariat
3) Ihsan : Ibadah/akhlaq
2. Binaul Islam (Bangunan Islam)
mencakup IPOLEKSOSBUD HANKAM DIKJARKUM RATA
1) Ideologi (pandangan hidup), Qs. Ali Imron (3):19, Qs. Muhammad
(47):19, Qs. Al-Jaatsiyah (45):20, Qs. Al-Maidah (5):68
2) Politik
 Kepemimpinan/pemerintahan, Qs. An-Nisa(4):59, Qs. Al-Maidah (5)55-56
 Musyawarah, Qs. Ali Imron (3):159
 Perdamaian, Qs. Al-Anfal (8):61
3) Ekonomi
 Syirkah, Qs. Al-Maidah (5):2
 Utang piutang, Qs. Al-Baqoroh (2):282, Qs. Ali Imron (3):75
 Pegadaian, Qs. Al-Baqoroh (2):283
 Perdagangan dan riba, Qs. Qs. An-Nisa (4):29, Qs. Ali Imron (3):130-131,
Qs. Al-Baqoroh (2):275-279
 Menimbun, Qs. At-Taubah (9):34-35
 Monopoli, Qs. Al-Hasyr (59):7
4) Sosial
 Persaudaraan, Qs. Al-Hujarat (49):10, Qs. At-Taubah (9):11, Qs. Al-Hasyr
(59):9-10
 Zakat, Qs. At-Taubah (9):60, 103
 Tolong menolong, Qs. Al-Maidah (5):2, Qs. Al-Baqoroh (2):220
5) Budaya, Qs. Al-Ahzab (33):32-35, Qs. Al-Baqoroh
(2):170, Qs. An- Naml (26):137, Qs. Al-An’am (6):136-140
Di dalam Hadits Nabi saw. Dikatakan bahwa :
) ‫َمنْ َت َش َّب َه ِب َق ْو ٍم َفه َُو ِم ْن ُه ْم ( رواه أحمد‬
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk pada
golongannya”. (HR. Ahmad).
 Moral, Qs. Al-Ahzab (33):21, Qs. Al-Qolam (68):4, Qs. Al-Baqoroh (2):219
6) Pertahanan dan keamanan
 Pertahanan (militer), Qs. Al-Anfal (8):60, Qs. Al-Baqoroh (2):217

 Logistik/peralatan, Qs. Al-Hadid (57):25

 Personel militer, Qs. Al-Anfal (8):65-66

 Komando perang, Qs. Al-Hajj (22):39-40, Qs. Al-Baqoroh (2):216, Qs. An-
Nisa (4):77
 Taktik dan strategi, Qs. An-Nisa (4):71, Qs. Qs. Al-Anfal (8):15-16

7) Keamanan, Qs. An-Nisa (4):83, Qs. Al-Hujarat (49):6

8) Pendidikan dan pengajaran, Qs. Ali Imron (3):79, Qs. An-Nisa


(4):9, Qs. At-Taubah (9):122, Qs. Al-’Alaq (96):1-5

9) Hukum, Qs. An-Nisa (4):65, Qs. Al-Maidah (5):44, 105, Qs. Al-
An’am (6):57

10) Rakyat semesta, Qs. Al-A’raf (7):158, Qs. Al-Anbiya (21):107


3. Muayyadatul Islam (penguat Islam)
 Amar ma’ruf nahi mungkar, Qs. Ali Imron (3):104, 110
 Jihad fii Sabilillah, Qs. Al-Hajj (22):78, Qs. Ash-Shaf (61):10-12
 I’tishom bil jama’ah, Qs. Ali Imron (3):103
 Khilafah Islamiyah, Qs. Al-Baqoroh (2):30, Qs. An-Nur (24):55, Qs. Asy-
Syura (42):13
PENGERTIAN
1. Menurut bahasa
ً‫ َأرْ َس َل – يُرْ ِس ُل – ِأرْ َساال‬: mengutus, mengirim utusan
‫ِر َسا َل ًة ج َر َساِئ ُل‬ : surat kiriman
‫َر َس ْو ٌل ج ُر ُس ٌل‬ : utusan, pesuruh, pembawa surat (risalah).

2. Menurut istilah Al-Qur’an


1) Rosul adalah seorang lali-lakinyang diberi wahyu. Qs. Al-Anbiya (21):7

2) Manusia yang dibimbing wahyu, perkataanya mutlak. Qs. An-Najm


(53):3-4
3) Seorang pemberi keputusan, pembawa Al-Qur’an. Qs. Al-Baqoroh
(2)213
4) Seorang pemberi penerangan dan penjelasan (Din) kepada manusia.
Qs. Ibrahim (14):4.
TUJUAN DAN FUNGSI ALLOH MENGUTUS ROSUL
1. Untuk mengajak manusia hanya menyembah Alloh dan menjauhi
thoghut. Qs. An-Nahl (16):36.

2. Untuk menegakkan Dinulloh (Islam). Qs. Asy-Syuuro (42):13.


3. Agar diikuti/ditha’ati oleh manusia. Qs. An-Nisa (4):64

4. Agar menjadi teladan yang baik bagi manusia. Qs. Al-Ahzab (33):21
5. Agar menjadi saksi didunia dan di akhirat, pembawa kabar gembnira
dan peringatan. Qs. Al-Hajj (48)8-9.

Penjelasan : Qs. An-Nisa (4):41-42, Qs. Al-Hajj (22(78).


6. Agar menjadi da’i dan juru penerang. Qs. Al-Ahzab (33)45-46
Menurut Qs. Ali Imron (3):164 dan Al-Jumu’ah (62)2, diantara tugas Da’I
dan juru penerang adalah :
• Membacakan ayat-ayat Alloh
• Mensucikan dari syirik kepada tauhid (dari sistem jahiliyah kepada sistem
Islam)
• Mengajarkan Al-Kitab dan al-Hikmah (Al-Qur’an dan As-sunnah)
7. Agar menjadi Hakim. Qs. An-Nisa (4):65.

Penjelasan : Qs. Al-Ahzab (33):36 dan 45


CIRI-CIRI KEROSULAN MUHAMMAD SAW
1. Menyeluruh dan Universal. Qs. Saba (34):28.

Lihat pula Qs. Al-Anbiya (21):107.


2. Menyeru kepada tauhidulloh. Qs. Al-A’raf (7):158.
3. Berjama’ah/memiliki kelembagaan (struktur). Qs. Al-Fath (48):29.
4. Memiliki sikap furqon (berlepas diri dari orang-orang kafir). Qs. Al-
Mumtahanah (60):4.
REALISASI DAN TINDAK LANJUT DARI MA’RIFATUR ROSUL
Qs. Ali Imron (3):144,

Siapa pengganti (pelanjut) Muhammad Rosululloh ?


ِ ‫ اَ ْل ُع َل َما ُء َو َر َث ُة ااْل َ ْن ِب َي‬: bahwa ulama itu adalah pewaris
)‫اء (رواه ابو داود‬
para Nabi.
Kriteria ulama pewaris Nabi :
1. Ulama yang beriman, bersyahadat, menegakkan keadilan (ulil amri),
tunduk dan takut kepada Alloh, membacakan kitab Alloh, menegakkan
sholat, menginfakkan rizki, berniaga yang tidak akan rugi. Qs. Ali-Imron
(3):18,
Kholid bin Abdulloh bin Muhammad Al-Mushlih dalam kitab Syarh
Lam’atul I’tiqod, berkata : ulama adalah pelanjut para Nabi. Mereka
sebagai pengganti (kholifah) para Rosul dikalangan umat mereka.
Sebagaimana Rasululloh saw. Bersabda : “Berpegang teguhlah kalian
kepada sunnahku dan sunnahnya khulafaur-rosyidin yang mendapat
petunjuk.”
Selanjutnya lihat penjelasan ayat berikut ini : Qs. Fathir (35):28-29, Qs.
Ash-Shaf (61):10-12.
2. Yaitu Ulil amri (imam) yang berilmu (ulama), yang taat dan tunduk
kepada Alloh dan Rasul-Nya. Qs. An-Nisa(4):59,
Selanjutnya lihat Qs. Al-Maidah (5):55-56.
Asy-Syaukani berkata dalam “Fathul Qodir” : yang dimaksud ulil amri
adalah para pemimpin Islam, para Sulthon, Para Hakim, dan setiap
penguasa yang memiliki wilayah kekuasaaan Islam, bukan wilayah dan
kekuasaan thoghut.
Rasululloh saw. Bersabda :
‫صى هللا َو َمنْ ي ُِط ِع ااْل َ ِمي ِْر َف َق ْد‬ َ ‫صا ِني َف َق ْد َع‬َ ‫اع هللا َو َمنْ َع‬ َ ‫َمنْ اَ َطا َع ِني َف َق ْد اَ َط‬
)‫صا ِني (متفق عليه‬ َ ‫صى ااْل َ ِمي ِْر َف َق ْد َع‬ِ ْ‫اَ َطا َع ِني َو َمنْ َيع‬
“Barang siapa mentaati saya (Rosul) berarti ia mentaati Alloh, dan
barangsiapa yang mendurhakai saya berarti ia mendurhakai Alloh.
Barangsiapa mentaati Amir (Imam) berarti ia mentaati saya (Rosul), dan
barangsiapa mendurhakai Amir, berarti ia mendurhakai saya. (HR.
Bukhori-Muslim).

KONSEKWENSI MENJADI PELANJUT RISALAH ISLAM


1. Mengikrarkan keimanan dan menjadi anshor, dengan cara bersyahadat.
(Qs. Ali Imron (3):52-53.
2. Mengikuti dan menolong Rosul. Qs. Al-A’rof (7):157.
3. Menjadi penolong Dinulloh. Qs. Ash-Shaf (61):14.
4. Menyampaikan Islam. Qs. Yusuf (12):108.
PENGERTIAN
1. Secara Bahasa
ُ ‫ = َأاْل ِ ْي َما نُ َأيْ ال َّتصْ ِد ي‬Iman ialah membenarkan
‫ْق‬
Dalam kamus Mufradat Al-Fadz Al-Qur’an, iman ialah :
‫هلل َو َماَل ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َورُ ُسلِ ِه َو ْال َي ْو ِم‬ ِ ‫ار ِبا‬
ِ ‫ر‬َ ْ
‫ق‬ ‫ال‬
ِ ِ ‫ل‬ ٌ
‫ة‬ ‫ع‬
َ ‫م‬
ِ ‫ا‬ ‫ج‬
َ ‫ة‬ٌ ‫م‬
َ ‫ل‬
ِ َ
‫ك‬ : ُ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ْ
‫ي‬ ِ ‫اْل‬ ‫َوا‬
‫ب‬ ِ ‫ْق اَاْل ِ ْق َرا ُر ِب ْال َق ْو ِل َو ْال َع َم ُل ِب ْال َق ْل‬
ٌ ‫ َو َتصْ ِد ي‬, ‫االَ ِخ ِر َو ْال َق َد ِر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬
‫ار ِح‬ ِ ‫لسا ِن َو ْال َج َو‬ َ ِّ‫َوال‬
“Iman adalah : Kalimat yang mencakup tentang pengikraran kepada Alloh,
Para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan takdir
baik maupun buruk. Membenarkan maksudnya adalah ikrar dengan
perkataan dan pengalaman dengan hati, lisan dan anggota badan.”
‫اع َثاَل َث ِة‬ ‫م‬
َ ‫ت‬
ِ ْ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ب‬
ِ ‫ك‬َ ِ ‫ل‬‫ذ‬َ ‫ َو‬, ‫ْق‬
ِ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ْ‫ص‬ َّ
‫ت‬ ‫ال‬ ‫ْل‬
ِ ‫ي‬ ‫ب‬
ِ ‫س‬
َ ‫ى‬ َ
‫ل‬ ‫ع‬َ ‫ق‬ِّ ‫ح‬
َ ْ ِ‫س ل‬
‫ل‬ ِ ْ
‫ف‬ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ُ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ع‬
َ ‫ذ‬ ْ ‫َوي َُرا ُد ِب ِه ِا‬
ِ
‫ َو َع َلى‬,‫ار ِح‬ ِ ‫ك ِب ْال َج َو‬ َ ِ‫ َو َع َم ٌل ِب َج َس ِد َذل‬,‫ َو ِا ْق َرا ٌر ِبالِّل َسا ِن‬,‫ب‬ِ ‫ْق ِب ْال َق ْل‬ٌ ‫ َتحْ قِي‬:‫َأ ْش َيا َء‬
‫َه َذاقوله تعالى والذين امنوا باهلل ورسله أولئك هم الصد يقون‬
“Yang dimaksud iman disini ialah ketundukan jiwa terhadap yang haq
dengan jalan membenarkan. Yang demikian itu dengan berkumpulnya tiga
hal : membenarkan dengan hati, ikrar dengan lisan, beramal dengan jasad
yaitu dengan anggota badan.
Hal ini terdapat firman Alloh Ta’ala : Dan orang-orang beriman kepada
Alloh dan Rosul-rosul-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar
imannya. Qs. Al-Hadid (57):19.

2. Secara Syar’i : ‫رعا‬ ‫ش‬


ِ ‫ان َو ْال َع َم ُل ِبااْل َرْ َك‬
‫ان‬ ِ ‫ب َوااْل ِ ْق َرا ُر ِبالِّ َس‬
ِ ‫اال َق ْل‬
ْ ‫ْق ِب‬
ُ ‫ ال َتصْ ِد ي‬: ‫أاليمان‬
“Iman ialah : membenarkan dengan hati, ikrar dengan lisan dan amal
dengan anggota badan.”
• Jika iman artinya membenarkan, maka lawan darinya ialah mendustakan
dan mengingkari.
• Membenarkan ialah sifat mu’min sebaliknya mendustakan sifat kafirin wal
munafiqin.
Qs. Al-Ankabut (29):68,

SIFAT IMAN (‫اليمان‬ ‫)ص فاتا‬

ْ ‫اع ِة َو َي ْنقُصُ ِب‬


ِ ْ‫اال َمع‬
‫ص َي ِة‬ َّ ‫ااْل ِ ْي َمانُ َيز ْي ُد َو َي ْنقُصُ اَمِّا َيز ْي ُد ِب‬
َ ‫االط‬ ِ ِ
Iman itu bertambah dan menurun. Adapun bertambahnya dengan
ketha’ataan dan berkurangnya dengan adanya maksiat.
PEMBAGIAN IMAN (‫اليمان‬ ‫)أقسام ا‬
1. Iman Idz’ani‫ايماناذعاني‬
Iman Idz’ani ialah iman yang didasari ketundukan jiwa dengan melahirkan
kebenaran dari isi hati serta ketha’atan dalam amal berupa menjalankan kewajiban-
kewajiban yang difardhu-kan. Iman seperti ini biasa disebut dengan iman hakiki
(Lihat Qs. Al-Baqoroh (2):177, Qs. Al-Hujarat (49):15, Qs. Al-Anfal (8):2-5).

2. Iman Shuri‫وري‬ ‫ايمانص‬


Iman yang tidak disertai ketundukkan hati dan ketha’atan amal atau iman secara
penampilan luar, seperti mementingkan atribut luar dan penyebutan nama saja,
namun meninggalkan perintah agama yang hakiki. Iman ini juga biasa disebut iman
awam.
Lihat Qs. Al-Baqoroh (2):78, Qs. An-Nisa (4):60, Qs. Al-Maidah (5):57, Qs.
Al-An’am (6):70.
TUNTUNAN IMAN‫اليمان‬ ‫مقتضاتا‬
1. Lebih mencintai Alloh dan Rosul-Nya ‫محبة هللا ورسوله‬.Qs. At-Taubah
(9):24,

2. Mendengar & Tha’at ‫لطاعة‬ ‫ ا لسمع و ا‬. Qs. An-Nur (24):51,


3. Tunduk dengan hukum/ketetapan-Nya ‫ت سليما ب قضاء هللا‬
‫ورسوله‬. Qs. An-Nisa (4):65,

4. Tidak memilih-milih terhadap perintah-Nya ‫عدم ا لخيارة ف ىامره‬.Qs.


Al-Ahzab (33):36,
5. Komitmen dan Loyal terhadap Alloh, Rosul dan Mu’min. Qs. Al-Maidah
(5):55-56. ‫لمؤمنين‬ ‫ا لوالء هللا ورسوله وا‬

6. Berhukum dengan syari’at Alloh ‫ا لتحكيم ب شر ي ع ة هللا‬. Qs. An-Nisa


(4):60.
Qs. An-Nisa (4):105,

Lihat pula Qs. Al-Maidah (5):44 dan Qs. Jaatsiyah (45):18.


7. Mengerjakan Amal Sholeh ‫ح‬ ‫ ا لعمل ا لصا ل‬. Qs. At-taghabun (64):9,
Qs. An-Nisa (4):124,

8. Berjihad di jalan Alloh ‫ ا لجها د ف ىس بيل هللا‬.Qs. Ash-Shaf (61):11,

9. Berjama’ah ‫لجماعة‬ ‫ إعتصا م ب ا ا‬.Qs. Ali Imron (3):103,


10. Tidak menyekutukan Alloh ‫عدم ا لشرك‬Qs. Al-An’am (6):82,

SIFAT KHAS MU’MIN (KARAKTERISTIK MU’MIN HAQ)

Selanjutnya lihat Qs. Al-Baqoroh (2):177, Qs. Al-Maidah (5):54, Qs. Al-
Mukminun (23):1-11.
SEBAB-SEBAB BERTAMBAHNYA IMAN (‫ها‬ ‫زيا دة ا الي مانوأسبا ب‬ )
1. Dengan ilmu (dengan pemahaman yang benar dan kuat) Qs. Fathir (35):28.
2. Merenungkan ciptaan Alloh Qs. Ali Imron (3):190-191.
3. Mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

‫ بإ متثال األ وامر واجتناب النو اهى‬Qs. Al-Hadid (57):28.


KONSEKWENSI IMAN
Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dengan benar tentunya akan memiliki
konsekwensi yang berat berupa cobaan-cobaan yang datang sebagai bentuk
seleksi iman yang benar. Antara lain :
a) Akan mendapat cobaan dari Alloh, (Qs. Al-Ankabut (29):1-3). Contoh; Bilal bin
Rabah, keluarga Amr bin Yasir, Khobbab bin Al-Arats, dan lain-lain.
b) Selalu mendapat serangan dari musuh-musuh Alloh, baik berupa terror mental
atau fisik. (Qs. Al-Anfal (8):30, Qs. Al-Maidah (5):59), sebagaimana yang gterjadi
pada Rasul dan para sahabatnya.
c) Selalu diejek, dihina dan dipandang buruk. (Qs. Al-Muthafifin (83):29-30, Qs. Al-
Furqon (25):63).
d) Mendapat tekanan dari keluarga berupa pengusiran atau pemutusan hubungan
kekeluargaan sebagaimana Nabi Ibrahim dengan orangtuanya. (Qs. Maryam
(19):42-47). Contoh: Sahabat Nabi saw yaitu Mus’ab bin Umair r.a.
PENGARUH IMAN PADA DIRI MUSLIM‫مان‬ ‫ت أ ث ير ا إلي‬
1. Membebaskan jiwa dari penghambaan kepada selain Alloh. Qs. Ali Imron
(3):64.

2. Menimbulkan jiwa keberanian dalam membela kebenaran. Qs. An-Nisa


(4):78
3. Melahirkan ketegasan sikap. Qs. Al-Maidah (5):54.

4. Membangkitkan semangat jihad. Qs. An-Nisa (4):76.


MANFAAT KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN DUNIA
(‫)منفع ة ا إليمانف ىا لحياة ا لدنيا‬
1. Perlindungan dan pembelaan Alloh ‫ رعا ي ة هللا‬Qs. Al-Baqoroh (2):257,
Qs. Al-Maidah (5):67, Qs. Al-Hajj (22):38.

2. Petunjuk Alloh ‫ هداية هللا‬Qs. At-Taghabun(64):11.


3. Pertolongan Alloh (Qs. Al-Mu’min (40):51).

4. Kemenangan ِ ‫َف ْت ٌح ِمَنهللا‬ Qs. Al-Fath (48):1-2. Lihat pula Qs. Ash-Shaf
(61):14.
5. Diberikan kepemimpinan dan kedudukan (‫لتمكين‬ ‫)ا ألس تخالفو ا‬ Qs.
An-Nur (24):55.
6. Diberi keberkahan ‫ك ة‬ ‫ا لبر‬ Qs. Al-A’raf (7):96.

Penjelasan dalam Qs. An-Nahl (16):112.


7. Ketenangan dan ketentraman ‫ ا لسكينة و ا لمطمئنة‬Qs. Al-A’rad (13)28,
Qs. Al-Fath (48):4.

8. Diberi kehidupan yang baik ‫طيبة‬ ‫حياة‬ Qs. An-Nahl (16):97.


9. Kemuliaan dan kehormatan ‫لكرامة‬ ‫ا لع زة وا‬ Qs. Al-Munafiqun (63):8.
WUJUD / REALISASI IMAN‫أليمان‬ ‫ت حقيقا‬
1) Wajib diyakini dalam hati Qs. An-Nahl (16):106, sebagaimana Abu Bakar
Ash-Shidiq r.a yang selalu membenarkan dengan hati yang kokoh.
2) Mengikrarkan dengan lisan, Qs. Yasin (36):22-25, Qs. Ali Imron (3):81,
sebagaimana kisah perikraran Umar bin Khatab ketika mengawali
keislamannya.
3) Mengamalkan dengan perbuatan Qs. Ash-Shaf (61):14, sebagaimana
kaum muhajirin dan anshor.
BUKTI-BUKTI KEIMANAN DALAM SEJARAH
 Abu Jahal, Abu Lahab; tidak meyakini, tidak mengikrarkan dan tidak
beramal. (Qs.Al-A’laq (96):6-19), maka mereka menjadi kafirin yang total,
(Qs. An-Nisa (4):151), maka jelas nerakalah tempatnya (Qs. Al-Bayinah
(98):7).
 Abu Thalib; meyakini, beramal tapi tidak ikrar. (Qs. Al-Qashash (28):56,
Qs. At-Taubah (9):113), ia tetap masuk neraka.
 Abu Bakar Shidiq; meyakini, mengikrarkan, dan mengamalkan. (Qs.Al-Lail
(92):17-21).
Wallahu’alam bish-showwab
PENGERTIAN SYAHADAT
1. Secara Bahasa
‫َش ِه َد – َي ْش َه ُد – َش َها َد ًة – و ُم َشا َه َد َة‬
Makna Syahadat yang disepakati oleh ulama Tauhid ialah : persaksian
atau sumpah.
ُ‫ اَِإل ْق َرا ُر َو ْال َب َيان‬: ‫الشها دة‬
Pengakuan & Penjelasan
‫ ال َشا ِه ُد ه َُو الَّ ِذي َيعْ َل ُم‬: ‫قال الزجاج‬.‫ َبي َْن َوَأعْ َل َم‬: ‫َش ِهدَأي‬
Syahadat artinya menerangkan dan mengumumkan, berkata Az-Zujaj : As-
Syahid (orang yang bersyahadat) ialah orang yang mengetahui sesuatu.
Syahadat diartikan sebuah penjelasan atau pengumuman seorang
manusia terhadap Alloh swt. Yang meyakini tentang keberadaan dan
kedudukan Alloh yang didasari pemahaman (keilmuan) yang benar.
2. Secara Syar’i
Ulama Tauhid menjelaskan makna syahadat secara syar’i, berikut
penjelasannya:
‫َمعْ َنى َش َها دَ ِة أن ال إال هللا هو ال ُّن ْط ُق ِب َها َم َع ْال ِع ْل ِم ِب َمعْ َنا َها َو ْال َع َم ِل‬
َ‫ َأمَّا ال ُن ْط ُق ِب َها ِمنْ َغي ِْر َمعْ ِر َف ٍة ِب َمعْ َنا َها َوال‬,‫اط ًنا َو َظا ِه ًرا‬ ِ ‫ضا َها َب‬ َ ‫ِب ُم ْق َت‬
ِ ‫ضا َها َفِإ َّن ُه َغ ْي ُر َنا َف ٍع ِباِإْلجْ َم‬
‫اع‬ َ ‫َع َم ٍل ِب ُم ْق َت‬
Makna syahadat “tidak ada Ilah selain Alloh” adalah dengan
mengikrarkannya (secara lisan) disertai ilmu akan maknanya dan
mengamalkan tuntunannya secara zhahir dan bathin. Adapun sekedar
mengikrarkannya tanpa mengetahui maknanya dan tidak mengamalkan
tuntunannya, maka sungguh syahadat itu tidak ada manfaatnya atas dasar
kesepakatan ulama. (Kitab Arkanul Islam, Juz 1, bab : Syahadat, hal 2).
Syeikh Abdul Jabbar ‘ala madzhabi as-syafi’i mengatakan :
‫ْك َل ُه ِفى ِع َبا َد ِت ِه‬ َ َّ‫َش َها دَ ةُ اَنْ الَ ِا َل َه ِاالَّ هللا ُ اَعْ َتقِ ُد اَن‬
َ ‫هللا َوا ِح ٌد الَ َش ِر ي‬
‫َوالَ ِفى م ُْل ِك ِه‬
Syahadat “Laa ilaha Illaallah” ialah meyakini tentang Tauhidulloh (ke-Esaan
Alloh), tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah & Pemerintahan-Nya.
PENTINGNYA SYAHADAT BAGI MUSLIM
1. Pintu gerbang Islam
2. Intisari ajaran Islam
3. Dasar perubahan menyeluruh
4. Hakikat da’wah para Rosul
5. Amalan yang memiliki keutamaan

1. ‫( اَ ْل َم ْد َخ ُلِإ َلىِإ اْل َس َال ِم‬Pintu Gerbang Islam)


َ‫ َوال‬,‫ َو ُه َما ر ُْك ُن ُه اَأْلعْ َظ ُم‬,‫ان ُهمَّا اَ ْل َم ْد َخ ُل ِإ َلى اِإْلسْ الَ ِم‬ ِ ‫ان ال َش َها دَ َت‬ ِ ‫َها َت‬
‫ك‬َ ِ‫ َو ِب َذل‬,‫ضا ُه َما‬ َ ‫ص ِإالَّ ِبا ل ُن ْط ِق ِب ِه َما َو ْال َع َم ِل ِب ُم ْق َت‬
ٌ ‫يُحْ َك ُم بِِإِإْلسْ الَ ِم َش ْخ‬
‫صيْرُ ْال َكا ِف ُر مُسْ لِمًا‬ِ ‫َي‬
Syahadat adalah pintu gerbang Islam. Ia adalah rukun Islam ya g paling
agung, dan seseorang tidak dihukumi Islam kecuali dengan mengikrarkan
dua kalimat syahadat dan mengamalkan tuntunannya. Dengan demikian
seorang kafir menjadi muslim. (Artikel Islam, Universitas Islam Madinah
Al-Munawaroh, Juz 1, Kitab : Arkanul Islam, Bab : Syahadat, hal 2).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab r.h mengatakan :
‫ َش َها َدةُ ان ال اله اال هللا َو ِب َها َي ْد ُخ ُل ْال َع ْب ُد‬: ‫ان أِإلسْ الَ ِم‬ ِ ‫َفَأ َّو ُل َأرْ َك‬
‫ب َوَأوَّ ُل َما َي ْد ُخ ُل ِب ِه اِإْلسْ الَ َم‬ ٍ ‫ِفى اِإْلسْ الَ ِم َفه َُو َأوَّ ُل َوا ِج‬
ٍ ‫ب َوآ ِخ ُر َوا ِج‬
“Maka rukun Islam yang pertama yaitu syahadat “Laa ilaha Illallah”
dimana dengan syahadat itu, seorang hamba masuk ke dalam Islam.
Syahadat itu ialah kewajiban awal dan akhir serta perkara pertama yang
memasukkan seseorang ke dalam Islam.
Penjelasan :
 Syahnya iman seseorang adalah dengan mengikrarkan syahadatain.
 Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan
pengamalan syahadatain.
 Syahadatain membedakan status manusia Muslim dan Kafir.
 Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam
arwah (Qs. Al-A’raf (7):172), tetapi ini ssaja belum cukup untuk menjadi
muslim, mereka diwajibkan kembali bersyahadat Uluhiyah di dunia
sebagai syahadat Risalah. Karena Syahadat yang diperintahkan Alloh
adalah Syahadat Uluhiyah yaitu Syahadat Ibadah yang dikenal dengan
istilah Tauhidul Ibadah sebagai wujud penghambaan manusia secara total
kepada Alloh.
2. ‫ص ُة َت َع ا لِ ي ِْم ا ِإْلسْ َال ِم‬
َ ‫( ُخ َال‬Intisari ajaran Islam)
‫ َفآعْ َل ْم َأ َّن ُه آَل ِإ َل َه ِإاَّل آهلل‬.......
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah selain Alloh (Qs.
Muhammad (47):19).
Al-Allamah As-Samarqandi mengatakan dalam tafsir Bahrul Ulum :
‫ار َق ْو ِل ال إله إال هللا‬ ‫ه‬
َ ْ ‫ُت َع َلى ِإ‬
‫ظ‬ ْ ‫ب‬ ْ ‫ َفا‬. ُ‫وقال َو َمعْ َناه‬
‫ث‬
ِ
Ia (Qurthubi) berkata : Maknanya ialah maka kokohkanlah (keimanan) dengan
mendhahirkan ucapan Laa Ilaha Illallah.
ُ‫ضا َها الَ َي ُكون‬ َ ‫َوم َُجرَّ ٌد ِب َل ْف ِظ ال َّش َها دَ ِة ِمنْ َغي ِْر ِع ْل ٍم ِب َمعْ َنا َها َوالَ َع َم ٍل ِب ُم ْق َت‬
‫و َمنْ َش ِهدَ اَنْ الَ ِا َل َه ِاالَّ هللا َو َع َبدَ َغي َْرهُ َم َع ُه َفالَ َش َها دَ َة َل ُه‬.‫ًا‬ َ ‫ْال ُم َكلَّفُ مُسْ لِم‬
‫ال اِإْلسْ الَ ِم‬ِ ‫صا َم َوآ َتى ِب َش ْيٍئ ِمنْ اَعْ َم‬ َ ‫ص َلى َو َز َكى َو‬ َ ْ‫َوِإن‬
“Sekedar mengikrarkan lafazh syahadat tanpa mengetahui maknanya dan
tanpa mengamalkan tuntunannya, maka syahadatnya itu tidak membuat
seseorang menjadi muslim. Barangsiapa yang bersaksi dengan mengikrarkan
dua kalimat syahadat “Tidak ada Ilah selain Alloh” yang berhaq disembah,
sedang dia masih tetap beribadah kepada selain Alloh, maka syahadatnya
tidak dianggap sah meskipun dia sholat, zakat, shaum dan melaksanakan
sebagian ajaran Islam.
(Mukhtashor Mufid fi Aqaid ‘Aimati Tauhid, Abu Yusuf Madhat bin al-
Hasan bin Ali Faraj, Bab: Mukhtashor Mufid. Juz,1 hal.256).

Penjelasan :
 Pemahaman seorang muslim terhadap Islam bergantung kepada
pemahamannya terhadap syahadatain.
 Syahadat secara syar’i ialah syahadat yang berpijak pada pemahaman
ilmu syahadat yang benar sesuai rumusan (istinbath) para ulama.
 Ada beberapa prinsip dalam kandungan syahadatain:
1) Pernyataan “Laa Ilaha Illa-llah” merupakan sikap menerima
penghambaan kepada Alloh saja yang wujudnya adalah dengan
melaksanakan Dinulloh secara Mukhlis.
2) Mengakui Muhammad Rosululloh saw sebagai uswah dan Qudwah
dalam menjalankan Dinul Islam.
3) Sikap penghambaan kepada Alloh itu meliputi seluruh aspek
kehidupan, baik aspek hukum, kepemimpinan atau Negara dan
sebagainya.
َ ‫ْنِإْل ِق‬
3. ‫الِب‬ ُ ‫( َأ َس‬Asas Perubahan). Qs. Ar-Ra’du (13):11.
‫اسا‬

Penjelasan :
 Syahadatain mampu merubah manusia secara total dalam aspek
keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya, dari yang buruk menjadi
baik dan dari yang batil menjadi hak. Perubahan tersebut meliputi, baik
secara individu atau sosial masyarakat.
 Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat
Muhammad saw dengan generasi sekarang. Letak perbedaan tersebut
disebabkan adanya perbedaan pemahaman terhadap makna syahadatain
baik secara bahasa, istilah, tuntunan, atau konsekwensi terhadap syahadah
tersebut.
 Umat Islam generasi awal langsung berubah ketika menerima dan
mengerti syahadatain. Sehingga mereka yang asalnya Jahiliyah menjadi
Islam, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang maksiat menjadi
taqwa, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang asalnya
bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Alloh.
 Syahadatain membuka pintu balasan baik dan buuruk, syurga dan neraka.
Contoh-contoh perubahan dalam pribadi para sahabat Rosululloh saw
ketika mendapat hidayah.
 Qs. Ali Imron (3):103,
Penjelasan :
Ayat di atas menjelaskan sejarah yang indah dari dua kelompok suku Aus
& Khazraj yang selalu bermusuhan dan selalu berpecah-belah.
Permusuhan antar mereka berlangsung cukup lama, sampai akhirnya
dakwah Islam datang dan petunjuk Alloh masuk kedalam dada mereka.
Islam telah diterima menjadi jalan hidup mereka. Muhammad saw
didaulat menjadi qudwah dalam kehidupan mereka, hingga dengan
karunia Alloh mereka menjadi bersaudara dalam Islam (Ikhwanan).
Kejahiliyahan mereka telah berubah menjadi keIslaman yang
membimbing mereka kepada petunjuk dan cahaya yang terang
benderang.
 Qs. Al-Ahzab (33):23,
Penjelasan :
Perubahan secara total contohnya terjadi pada diri Mush’ab bin Umair
yang sebelum tersentuh dakwah Islam dikenal sebagai pemuda dengan
gaya glamour dan mewah dikota Mekkah. Tetapi setelah terbimbing
dengan hidayah Islam melalui tarbiyah Rasululloh saw, ia berubah total
menjadi pemuda yang sederhana dan tawadhu’ serta menjadi Dai
pertama yang diangkat Rasul saw ke Madinah, kemudian menjadi syahid
ketika perang Uhud. Pada saat Syahidnya Rosul saw membacakan ayat
diatas.
 Sikap kaum kafirin terhadap dakwah syahadat :
Berbentuk sikap dan perilaku yang tidak baik yaitu menyombongkan diri
dan merendahkan kaum muslimin. Qs. Ash-Shaffat (37):35.
 Sikap massif kaum kafirin dan musyrikin berupa intimidasi dan penyiksaan
fisik. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Alloh dalam Qs. Al-Kahfi
(18):20 dan Qs. Al-Anfal (8):30,
4. ‫س ِل‬ُ َّ‫( َح ِق ْي َق ُة دَعْ َو ِة ا لر‬Hakikat Dakwah Para Rosul)
 Setiap Rosul, semenjak Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi
Isa as, hingga Nabi Muhammad saw membawa misi dakwah pokok yang
sama yaitu ‘Syahadat’.
 Konsep Syahadat yang dibawa oleh para Rosul as sama, yaitu “Laa Ilaha
Illallah” yaitu penghambaan secara total kepada Alloh saja.
 Syahadat adalah misi Dakwah dan Risalah yang berlaku mutlak bagi
seluruh umat sampai akhir zaman, tidak terbatas pada suku, ras,
golongan, termasuk bagi keluarga Nabi Muhammad saw sendiri yaitu anak
dan pamannya. Berikut penjelasan beberapa ayat dalam al-Qur’an :
Qs. Al-Anbiya (21):25, Qs. Nuh (71):3,
5. ‫ضا ِئ ُل َع ِظ ْي َم ُة‬
َ ‫( َف‬Keutamaan/Ganjaran yang besar)
Banyak keutamaan dan ganjaran yang akan diberikan oleh Alloh swt dan
dijanjikan oleh Nabi-Nya saw mengenai dua kalimat syahadat :
Qs. Az-Zukhruf (43):86,

Ganjaran tersebut dapat berupa material ataupun non material, misalnya


kebahagiaan didunia dan diakhirat, rezeki yang halal, kemuliaan,
kepemimpinan yang adil, ketentraman, dan mendapat keridhoaan Alloh
diakhirat. Berikut beberapa ayat tentang keistimewaan Syahadat. Qs. Al-
A’raf (7):96, Qs. An-Nahl (16):97 dan Qs. An-Nur (24):55.
‫في الصحيح عن أبي هريرة رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه‬
)- ‫اس ِب َش َفا َع ِتيْ َمنْ َقا َل ال إله إال هللا َخالصًا ِمنْ َق ْل ِب ِه‬
ِ َ
‫ن‬ ‫ال‬ ُ
‫د‬ ‫ع‬
َ ْ‫س‬‫َأ‬( : ‫وسلم‬
‫رواه البخاري‬
Dalam shahih Bukhori dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi saw.”Manusia yang
bahagia mendapat syafa’atku ialah orang mengucapkan “Laa Ilaha Illallah”
dengan ikhlas di hatinya dalam riwayat lain “ikhlas dengan dirinya”.
(HR.Bukhori).
‫و في الصحيح عن النبي صلى هللا عليه وسلم انه قال ( َمنْ َقا َل ال اله‬
‫هللا َح ُر َم َما لُ ُه َو َد ُم ُه َو ِح َسا ُب ُه َع َلى هللا‬
ِ ‫إال هللا َو َك َف َر ِب َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن‬
‫عز و خل) رواه البخاري‬
Dalam shahih Bukhori, sesungguhnya Nabi saw bersabda: “Barangsiapa
yang mengikrarkan ‘Laa Ilaaha Illallah’ dan mengingkari apa saja yang
disembah selain Alloh, maka haramlah harta dan darahnya, sedangkan
perhitungan (hakikatnya) terserah kepada Alloh azza wajalla”.
(HR.Bukhori)
َ ‫َمْن َم َاتَوه َُو َي عْ َل ُم َأ َّن ُه‬
" ‫) رقم‬1( ‫ال ِإ َل َه ِإ َّإلهللا د ََخ َلا ْل َج َّن َة ”رواه مسلم‬
)26(
55/1‫عنه‬ ‫من حديث عثمان بن عفان – رضي هللا‬
“Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui (berilmu) tentang “Laa Ilaha
Illallah” niscaya ia masuk surga”. (HR.Muslim, No.26, Jilid 1,hal.55, hadits
dari sahabat Utsman bin Affan r.a”.
ِ ‫َد َت‬
SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT (‫ين‬ ‫ش َها‬ َّ ‫ول ا ل‬ ِ ‫)ش ُرو ُط َق ُب‬ ُ
َّ‫شرُوطٍ اَل َت ْن َف ُع َقا ِئ َل َها ِإال‬ ُ ‫اَل ُب َّد ِفى َش َها َد ِة أن ال إله إال هللا ِمنْ َس ْب َع ِة‬
‫ اَ ْل َي ِقيْنُ ا اَ ْل ُم َنا ِفي لِ َّش ِك‬: ‫ ال َثا ِنى‬. ‫ اَ ْل ِع ْل ُم اَ ْل ُم َنا ِفي لِ ْل َجه ِْل‬: ‫اع َها َأ َح ُد َها‬
ِ ‫باجْ ِت َم‬.ِ
ُ‫الخا ِمس‬َ . ‫ اَِإْل ْن ِق َيا ُد اَ ْل ُم َنا ِفي لِل َّترْ ِك‬: ‫الر ِاب ُع‬
َ . ‫اَ ْل َقبُو ُل اَ ْل ُم َنا ِفي لِ ْل َر ِّد‬: ‫ث‬ ُ ِ‫الثال‬
:‫ب‬ ِ ‫ ا لص ِّْد ُق اَ ْل ُم َنا ِف يلِ ْل َك ِذ‬: ُ‫ اَ لسَّا ِد س‬. ‫لشرْ ِك‬ ِ ِ‫صاَ ْل ُم َنا ِف يل‬ ُ ‫ اَ ِإْل ْخ َال‬.
‫ض ِّد َها وفيه د لي ٌل على أن التو حي َد – الذي‬ ِ ِ‫ اَ ْل َم َح َّب ُة اَ ْل ُم َنا ِفي ل‬: ‫اَل َسا ِب ُع‬
ُ‫ك ِع َبا َد َة َما ِس َواه‬ َ ‫هللا وحْ َدهُ ال شريك له و َت َر‬ ِ ‫هو إخالصُ العبا دة‬
Disebutkan dalam kitab Fatul Majid syarah kitab at-Tauhid: Dalam
syahadat “Laa Ilaha Illallah” wajib memiliki tujuh syarat, tidak akan
bermanfaat bagi orang yang mengikrarkannya kecuali dengan
menghimpun semua syaratnya. Yaitu (1) Ilmu yang menolak kejahilan (2)
Yakin yang menolak keraguan (3) Menerima yang menolak pengingkaran
(4) Ketha’atan yang menolak kemaksiatan (5) Ikhlas yang menolak
kemusyrikan (6) Benar yang menolak kedustaan (7) Kecintaan yang
menolak kebencian atau permusuhan.
1) Bil Ilmi (dengan ilmu). Qs. Muhammad (47):19.
2) Bil Yakin (dengan keyakinan). Qs. Al-Hujurat (49):15.
3) Bil Qobul (dengan penerimaan). Qs. An-Nisa (4):65, Qs. Ash-Shaaffat
(37):35.
4) Bil inqiyad (dengan ketha’atan). Qs. Ali Imron (3):31-32, Qs. Muhammad
(47):25-26.
5) Bil Ikhlas (dengan keikhlasan). Qs. Al-Bayyinah (98):5, Qs. Al-Hajj (22):31.
6) Bil Shidqi (dengan kebenaran).Qs. Al-Ankabut (29):2-3.
7) Bil Mahabbah (dengan kecintaan). Qs. Al-Baqoroh (2):165, Qs.
Muhammad (47):8-9.

Syarat ini menjadi bagian dari ilmu tentang syahadatain yang wajib
diketahui. Tanpa adanya syarat ini, maka para ulama bersepakat
syahadat yang diucapkan tidak akan bermanfaat dunia dan akhirat, inilah
yanag menjadi pengikat syahadat.
SYARAT SAHNYA SYAHADAT ‘LAA ILAHA ILLALLOH’
Kenapa syahadat harus memenuhi syarat sah? Telah dimaklumi dari
beberapadalil yang terdapat dalam al-Qur’an, Hadits shahih dan
perkataan para ulama, bahwa lafazh Syahadatain akan dianggap sah dan
diterima secara syar’i, jika terpenuhi beberapa syarat, yaitu :
1. Bil Lisan
Didhahirkan dengan ucapan lisan :‫( إقرار ب ا لسا ن‬lihat penjelasan &
komentar para Ulama tentang kewajiban melafazkan syahadat dengan
ikrar lisan).

َ ‫والعمل ِبمُق َت‬


‫ وبذ لك‬,‫ضا ُه َما‬ ِ ِ ‫شخص إأل بال ُن‬
‫طق ِبهما‬ ٌ ‫َواَل يُحْ َك ُم بِِإسْ الَ ٍم‬
ً ‫َيصي ُر الكا فر مسلما‬
Seseorang tidak dihukumi Islam kecuali jika ia melafazkan dan
mengamalkan tuntunannya, dengan demikian seorang yang kafir menjadi
muslim.
‫ َووُ جُو ُب ُه َيسْ ِب ُق‬, ‫اق ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬ ِ ‫ان اِإْل ْق َرا ُر ِبال َّش َها َد َتي‬
ِ ‫ْن َوا ِجبًا ِبا ِّت َف‬ َ ‫َوِإنْ َك‬
َ ِ‫ب َق ْب َل َذل‬
‫ك‬ َ ‫االوا ِج‬ َ ‫ َل ِكنْ ه َُو َأ َّدى َه َذ‬, ‫صالَ ِة‬ َّ ‫جُوب ال‬
َ ُ‫و‬
Dan mengingkari syahadatain itu adalah kewajiban menurut kesepakatan
para Ulama, yang wajibnya mendahului kewajiban sholat, bahkan syahadat
wajib ditunaikan sebelum menunaikan sholat. (dalam Aqidah Thahawiyah
bab: Syahadatain).
ُ‫ َوالَ يُعْ َت َب ُر ِإاَّل َم َع اِإْل ْي َمان‬, ‫ار ِح‬ ‫و‬
َ ‫ج‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ل‬
ُ ‫ا‬ ‫م‬
َ ْ‫ع‬‫ اَ سْ الَ ُم َأ‬: ‫َقا َل ال َتا ُج ال ُس ْب ِكي‬
ِ ‫ِإْل‬
‫ي فِي‬ ُ ‫ َو َن َق َل ال َن َو ِو‬.‫ْن‬ ِ ‫ َوالَ يُعْ َت َب ُر ِإاَّل َم َع ال َت َلفُ ِظ ِبال َش َها دَ َتي‬, ‫ب‬ ِ ‫ْق ْال َق ْل‬ ُ ‫َتصْ ِدي‬
َّ‫اق َأهْ ِل ال ُس َن ِة ِم َن ْالم َُح ِّد ِثي َْن َو ْالفُ َق َها ِء َو ْال ُم َت َكلِ ِمي َْن َع َلى َأن‬ ُ ‫ُسلم ِا ِت َف‬ٍ ‫َشرْ ِح م‬
‫ انتهى‬. ‫ار‬ ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ ً
‫د‬ ِ ‫ل‬ ْ
‫ُخ‬ ‫م‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ
‫ك‬ ‫ه‬
ِ ‫ت‬
ِ ‫ر‬
َ ‫د‬ ْ ُ ‫ق‬ ‫ع‬
َ ‫م‬
َ ‫ه‬
ِ ‫ن‬
ِ ‫ا‬ ‫س‬
َ ِ ‫ل‬ ‫ب‬
ِ ْ
‫ق‬ ‫ط‬ِ ْ
‫ن‬ ‫ي‬
َ ‫م‬
ْ َ
‫ل‬ ‫و‬
َ ‫ه‬ِ ‫ب‬ِ ْ
‫ل‬ ‫َمنْ آ َم َن ِب َق‬
At-Tajus As-Subki dalam kitab Irsyadul Ibadnya mengatakan dalam bab Iman
: “Bahwa Islam adalah amalan anggota badan (amal praktek), tidak
dipandanag sah amalan anggota tubuh (berupa sholat, haji, zakat, dll) jika
tidak disertai iman dalam hati, dan tidak dipandang sah iman dalam hati jika
tidak diserta “ucapan dengan lisan” dua kalimah syahadat secara nyata. An-
Nawawi r.h berkata dalam kitab syarah muslim : “telah sepakat Ahlu Sunnah
dari Muhaditsin dan Fuqoha dan Ahlu Kalam, sesungguhnya orang yang
hanya beriman dengan hatinya, namun tidak mengucapkan dengan lisannya
padahal ia mampu/sanggup (melakukan-nya), maka ia kekal dalam neraka.
Selesai.
Dalam Kitab Al-Hushunul Hamidiyah mengatakan: “Bahwa
mengucapkan/mengikrarkan dua kalimat Syahadat “dengan lisan” adalah
syarat sah bagi seseorang untuk diberlakukan hukum-hukum Islam
atasnya.” (dikutip dalam buku Al-Silam Jilid I, karya Tgk Hasbi Ash-
Shiddiqy).

َ ‫ضرْ ِبي َْن مُْؤ ِم ٌن َو َكا ِف ٌر َأمَّا ْالمُْؤ ِمنُ ِباَأْل‬


ُ‫صا َل ِة َف ْي ِجيْب‬ َ ‫س َع َلى‬ َ ‫َفاعْ َل ْم اَنَّ ال َّنا‬
َ ‫َع َل ْي ِه اَنْ َي ْذ َك َر َها ِفى ْال ُعم ُِر َمرَّ ًة َوا ِح َد ًة ُي ْن ِوى ِفى ِت ْل َك ْال َم َر ِة ِب ِذ ْك ِر َها ْالوُ ج‬
‫ُب‬
‫اص‬ ٍ ‫ك َفه َُو َع‬ َ ِ‫ك َذل‬ َ ‫َوِإنْ َت َر‬
“Ketahuilah, bahwa manusia terbagi menjadi 2 golongan, Mu’min dan
Kafir. Adapun mu’min (yang berstatus keturunan), maka wajib
mengucapkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidupnya yang
diniatkan untuk menjalankan kewajiban syari’at, dan jika ia menolak
(enggan bersyahadat), maka dia telah bermaksiat. [Dikutip dalam buku
menegakkan syari’at syahadat, penulis oleh Umar Zia ul Haq, dalam kata
pengatar].
2. Bil Jama’ah (dengan berjama’ah).
Berjama’ah adalah syari’at yang haq. Syahadat dan jama’ah adalah kewajiban
yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Hadirnya Al-Jama’ah
berkedudukan sebagai wadah dalam menjalankan atau merealisasikan
syahadatain. Peruntah berjama’ah dan berpegang teguh pada al-jama’ah
sebuah tuntunan yang wajib ditunaikan jetika seorang mengucapkan dua
kalimah syahadat. Alloh swt menegaskan dalam ayat-Nya surat Ali Imron (3)
ayat 103, kemudian dijelaskan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud dalam
tafsirnya, beliau berkata :
‫هللا َأ ْو ه َُو‬
ِ ‫هللا ه َُو َع ْه ُد‬ِ ‫ َو َح ْب ُل‬, ‫هللا‬
ِ ‫ص ِام ِب َحب ِْل‬ َ ‫َف َق ْد َأ َم َر هللا ُ َت َعالَى ِباِإْلعْ ِت‬
‫ ِإ ِذ ْال َع ْه ُد الَّ ِذي َأ َخ َذهُ هللاُ َعلَى ْالمُسْ لِ ِمي َْن ه َُو‬, ‫ُون‬
َ ‫َأ ْلقُ َرآنُ َك َما َقا َل اَ ْل ُم َف ِسر‬
‫ َف َق ْد َأ َم َرهللاُ َت َعالَى ِب ْال َج َما َع ِة َو َن َهى َع ِن ال َت َفرُّ ِق‬. ‫آن َوال ُس َن ِة‬ِ ْ‫صا ُم ِب ْالقُر‬ َ ‫اِإْلعْ ِت‬
‫ف‬ِ َ‫َواِإْل ْخ ِتال‬
“Sesungguhnya Alloh swt memerimtahkan untuk berpegang teguh dengan tali
Alloh. Dan Tali Alloh adalah perjanjian Alloh atau Al-Qur’an, sebagaimana
berkata para mufasir,”Ketika perjanjian yang diambil Alloh kepada kaum
muslimin ialah agar berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, maka
Alloh swt memerintahkan agar kaum muslimin berjama’ah dan melarang
berpecah belah dan berbeda (dalam hal Islam). (Tafsir Ibnu Abbas, dalam
maktabah Syamilah).
‫‪Berikut beberapa penjelasan tentang al-jama’ah dalam Hadits Rosul saw :‬‬

‫ْن َمسْ ٌعو ٍد ‪َ :‬ف َقا َل‪ ,‬الَ َي ِح ُّل َد ُم َرج ٍُل َي ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هللاُ‬ ‫‪َ ,‬عنْ َع ْب ِد ِ‬
‫هللا ب ِ‬
‫الزا ِني‬ ‫س‪َ ,‬و َّ‬
‫الثيِّبُ َّ‬ ‫هللا ِإالَّ َأ َح ُد َثالَ َث ِة َن َف ٍر ‪ :‬ال َّن ْفسُ ِبال َّن ْف ِ‬
‫‪َ ,‬وَأ ِّني َرسُو ُل ِ‬
‫َأ‬ ‫ار ُق لِ ْل َج َم َ‬
‫ك اِإْلسْ الَ ِم (رواه مسلم)‬ ‫ار ُ‬‫ك لِ ِد ْي ِن ِه ‪ْ ,‬و َقا َل ‪َ :‬ت ِ‬ ‫اع ِة ال َّت ِر ُ‬ ‫َو ْال ُم َف ِ‬
‫‪“Dari Abdulloh bin Mas’ud r.a Berkata Rosul saw bersabda : “Tidak halal‬‬
‫‪darah seorang Muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat,‬‬
‫‪kecuali dengan tiga perkara : jiwa dengan jiwa, pezina muhshan, dan‬‬
‫‪orang yang keluar dari jama’ah yakni meninggalkan Din-nya, atau dengan‬‬
‫‪kata lain, “keluar dari Islam”. (H.R. Muslim dalam Musnad Imam Abdulloh‬‬
‫‪bin Mubarak, Juz 1, hal.181).‬‬
‫‪((:‬وَأ َنا آ ُم ُر ُك ْم‬
‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َ‬ ‫ث اَأْل ْش َع ِريِّ َح َّد َث ُه َع ِنال َّن ِبيَّ َ‬ ‫ار ِ‬‫َعنْ ْال َح ِ‬
‫اع ُة َفِإ َّن ُه َمنْ‬ ‫س هللاُ اَ َم َر ِني ِب ِهنَّ ال َّس ْم ُع َو َّ‬
‫الطا َع ُة َو ْال ِج َها ُد َو ْال ِهجْ َرةُ َو ْال َج َم َ‬ ‫ِب َخ ْم ٍ‬
‫ار َق ْال َج َما َع َة ِق ْي َد ِشب ٍْر َف َق ْد َخ َل َع ِر ْب َق َة اِإْلسْ الَ ِم ِمنْ ُع ُنقِ ِه ِإالَّ َأنْ َيرْ ِج َع َو َم ِن‬ ‫َف َ‬
‫هللا َو ِانْ‬ ‫ث َج َه َّنم (( َف َقا َل َر ُج ٌل ‪َ :‬يا َرسُو ِ‬ ‫ا َّد َعى َدعْ َوى ْال َجا ِهلِ َّي ِة َفِإ َّن ُه ِمنْ ُج َثا ِ‬
‫هللا الَّ ِذي َسمَّا ُك ُم‬
‫ُوابدَ عْ َوى ِ‬ ‫صا َم َفا ْدع ِ‬ ‫صلَّى َو َ‬ ‫((وِإنْ َ‬ ‫صا َم؟ َقا َل ‪َ :‬‬ ‫صلَّى َو َ‬ ‫َ‬
‫هللا)) رواه أحمد و الترمذي‬ ‫ْالمُسْ لِ ِمي َْن ْالمُْؤ ِم ِني َْن ِع َبا َد ِ‬
Berkata Rosul saw : “Dan aku perintahkan kepadamu dengan lima perkara
sebagaimana Alloh telah memerintahkan kepadaku dengannya : Al-jama’ah,
mendengar, Tha’at, Hijrah, dan Jihad fisabilillah. Karena sesungguhnya
Barangsiapa yang keluar dari jama’ah walaupun sejengkal maka sungguh ia
telah melepaskan tali ikatan Islam dari lehernya kecuali ia kembali
(bertaubat). Dan barangsiapa yang menyeru (berdakwah) dengan seruan
Jahiliyah maka ia akan bertekuk lutut dalam pangkuan jahanam. Berkata
sahabat :”Ya Rosululloh, meskipun ia shjolat dan shoum, berkata Rosul
saw :”Ya, meskipun ia sholat, shoum dan mengaku sebagai Muslim, maka
panggilah mereka dengan panggilan muslim dengan nama-nama yang Alloh
azza wa jalla memberikan nama; yaitu : Muslim, Mu’min dan hamba Alloh”.
(H.R. Ahmad dan Turmudzi, hadits Hasan).
ْ‫ َمن‬:‫ َقا َل َرسُو ُل هللا صلى هللا علية وسلم‬: ‫ َقا َل‬,‫َّاس رضي هللا عنه‬ ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫َو َع ِن اب‬
‫ َف ِم ْي َت ُت ُه‬, ‫ات‬
َ ‫اع َة ِشبْرً ا َف َم‬ َ ‫ َمنْ َف‬, ْ‫َرأى َأ ِمي ِْر ِه َش ْيًئ ا َي ْك َر ُه ُه َف ْل َيصْ ِبر‬
َ ‫ار َق ْال َج َم‬
‫ َف َق ْد َخ َل َع ِر ْب َق َةاِإْلسْ الَ ِم ِمنْ ُع ُن ِق ِه‬: ‫ َو ِفي ِر َوا َية‬. ‫َجا ِهلِي ٌَّة‬
Dari Ibnu Abbas r.a : bersabda Rasululloh saw : “Barangsiapa melihat
pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, maka bersabarlah, karena
sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan dari jama’ah walaupun
sejengkal, maka matinya dalam keadaan mati Jahiliyah. Dalam riwayat lain,
maka sungguh ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya.
‫ وال إمارة إال بالطاعة‬,‫ وال جماعة إال بامارة‬,‫ال إسالم إال با الجماعة‬
‫وال طاعة إال بالبيعة‬
“Tidak ada Islam kecuali dengan adanya Jama’ah, tidak ada jama’ah
kecuali dengan adanya Imaroh, dan tidak adaa Imaroh (kepemimpinan)
kecuali dengan adanya ketha’atan dan tidak ada ketha’atan kecuali
dengan bai’at”. (H.R. Ad-Darimi).
Hadits-hadits Nabi saw tersebut mengandung nilai hukum, bahwa seorang
muslim akan sempurna dan sah keislamannya jika ia memiliki komitmen
yang benar terhadap al-jama’ah. Rusaknya nilai Syahadat, jika ia keluar
dari aqidah yang dianutnya dan keluar dari jama’ah yang
diperjuangkannya.
Persoalan mendasar, jama’ah mana yang dimaksud dalam hadits
tersebut? Tentunya jama’ah yang syar’i, sesuai dengan Minhaj Nubuwwah
(pola sunnah Rosul) yaitu jamaatul Harokah wa Daulah, jama’ah yang
berdiri diatas prinsip Tauhid “Laa Ilaha Illallah” dan dibawah
kepemimpinan Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh DR.Safar bin
Abdurrahman al-Hawaly :
‫ض َها ْال ُخرُو ُج ُع َلى اِإَل َم ِام‬ ُ ‫ َو َن ِق ْي‬, ‫ه َُو ِاجْ ِت َما ُع ْلمُسْ لِ ِمي َْن َع َلى َطا َع ِة ِإ َم ِام َح ٍق‬
‫ار ٌج‬ َ
‫خ‬ ‫ه‬
ُ َّ
‫ن‬ ُ ‫ َف َمنْ َخ َر َج َع َل ْي ِه َف َي‬, ‫ت َع َل ْي ِه اُأْل َم ُة‬
‫ َأ‬: ‫طلُ ُق َع َل ْي ِه‬ ْ ‫ْال َح ِّق ا َل ِذي ِاجْ َت َم َع‬
ِ
‫ِم َناِإْلسْ الَ ِم‬
Jama’ah adalah berkumpulnya kaum muslimin dengan tha’at kepada
pemimpin yang haq, dan kebalikannya adalah keluar dari ketha’atan
kepada Imam yang haq dimana umat berhimpun diatasnya, maka
barangsiapa yang keluar dari keterikatannya (loyalitas kepada Imam),
maka sesungguhnya ia telah keluar dari Islam”. (DR.Safar bin
Abdurrahman al-Halawi dalam kitab takfir wa dowabhit,1/142).
Dalam terminologi fiqih “Kepemimpinan Islam” disebut dengan istilah
Imaroh atau sama dengan istilah Khilafah, Imamah, sedangkan makna
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh syaikh Rasyid Ridho dalam kitab al-
Khilafah :
ُ َ‫ َثال‬,‫ارةُ ْالمُْؤ ِم ِني َْن‬
‫ث‬ َ ‫ َوِإ َم‬,‫ُظ َمى‬ ْ ‫ َوا َما َم ُة الع‬,‫ْف ِب ْال ِخاَل َف ِة اَ ْل ِخاَل َف ُة‬
ٌ ‫ال َتعْ ِري‬
‫ِإْل‬
‫اس ُة ْال ُح ُكو َم ِةاِإْلسْ الَ ِم َي ِة ْال َجا ِم َع ِة‬
َ ‫ َوه َُو ِرَئ‬,‫ت َمعْ َنا َها َوا ِح ٌد‬ ٍ ‫َكلِ َما‬
‫ْن َوال ُّد ْن َيا‬
ِ ‫صالِ ِحال ِّدي‬
َ ‫لِ َم‬.
Definisi Khilafah: Khilafah, Imamah uzhma’, Imaraotul Mu’minin. Tiga
makna yang sama, yaitu sebagai Kepala pemerintahan Islam yang
mengurus kemashlahatan Agama dan dunia. (Khilafah,1/34).
Kesimpulan: Bahwa hakikat al-jama’ah syar’iyah yang dimaksud dalam
setiap makna hadits dan atsar ialah sebuah “Khilafah Islamiyah”.
Sedangkan fungsi jma’ah dalam kaitannya dengan iqrar syahadat ialah
sebagai pengikat dan penguat status keISlaman dan penjamin
perlindungan terhadap jiwa dan harta. (lihat Hadits tentang haramnya
darah seorang Muslim kecuali dengan meninggalkaan Jama’ah).

3.Bisy Syuhada (Dihadapan para Saksi)


Yang dimaksud saksi disini dalam pelaksanan bersyahadat ialah
sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir al-Qurthubi, asy-Syahid ialah
orang yang mengetahui sesuatu dan menjelaskannya tentang keesaan
Alloh. Adapun yang dimaksud Syahid disini adalah ialah Ulul Ilmi (orang
yang mengetahui akan kebenaran syahadat”Laa ilaha Illallah” yakni, para
Nabi dan orang-orang beriman yang bertauhid). Dengan kata lain : tidak
mungkin dituntut hadirnya seorang saksi dalam bersyahadat melainkan
orang yang telah memahami dan mengamalkan tuntutan syahadat.
Siapakah yang dimaksud saksi/syuhada disini? Saksi dalam
pelaksanaan syahadat tentunya orang berilmu, siapakah Ulul ilmi
tersebut? Yaitu Mu’min Muwahid (bertauhid) yang mengetahui makna,
mengikrarkan dan mengamalkan tuntunan syahadat, sebagaimana
penjelasan dalam tafsir Ali-Imron (3):18,
‫ ِمنْ اَأْل ْن ِب َيا ِء َو ْالمُْؤ ِم ِني َْن ِبا ِإْلعْ ِت َقا ِد‬: ‫وُأولُو ْال ِع ْل ِم‬....
َ
Ulul ilmi : yaitu para Nabi dan Mu’min yang meyakini Tauhidulloh.

Sebelum kita berbicara hakikat saksi dalam kaitannya dengan iqrar


syahadat, maka kita lebih jauh harus memahami hakikat jama’ah yang
telah diuraikan diatas, bahwa al-jama’ah yang dimaksud ialah jama’atul
Daulah atau “Khalifah Islamiyah”. Maka yang dimaksud saksi tersebut
adalah Ulul ilmi , yakni “utusan atau wakil jama’ah” dari khilafah Islamiyah
sebagai pengikat hubungan loyalitas antara orang yang bersyahadat
dengan saksi.
4. Bil Amali Bimuqtadoha (mengamalkan tuntutannya)
Yaitu berupa komitmen terhadap Tauhid dan meninggalkan Syirik serta
mengkufuri Thogut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ulama Tauhid :
‫ضا َها ِمنْ ِا ْل ِت َز ِام ال َت ْو‬ َ ‫ِإ َن ال ُّن ْط َق ِب َها ِمنْ َغي ِْر َمعْ ِر َف ٍة ِب َمعْ َنا َها َوالَ َع َم ٍل ِب ُم ْق َت‬
‫اع‬ ‫م‬
َ ْ‫ج‬ ‫ِإْل‬‫ا‬ ‫ب‬
ِ ‫ع‬ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ َ
‫ن‬ ‫ر‬
ُ ‫ي‬ْ َ
‫غ‬ ‫ك‬َ ِ ‫ل‬ َ َّ‫ت َفِإن‬
‫ذ‬ ِ ‫و‬ ‫غ‬ُ ‫ا‬ َ ‫الشرْ ِك َو ْال ُك ْف ِر ِب‬
‫الط‬ ِ ‫ِح ْي ِد َو َترْ ِك‬
ِ ٍ
“Sesungguhnya mengucapkan “Laa Ilaha Illallah” tanpa disertai pengetahuan
(ilmu) akan maknanya dan tidak mengamalkan tuntunannya berupa
komitmen (iltizam) dengan tauhid dan meninggalkan syirik serta mengkufuri
thogut, maka sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat berdasar ijma
para ulama.” (syarah Kitab Tuhid).
Komentar Ulama Tauhid tersebut merupakan penjelasan Kitabulloh
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh (2):256:
َ ِ‫ك ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َق ٰى اَل ا ْنف‬
ُ ‫صا َم َل َها ۗ َوهَّللا‬ َ ‫ت َويُْؤ ِمنْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد اسْ َت ْم َس‬ َّ ‫َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب‬
ِ ‫الطا ُغو‬ •
‫َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
• Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Jadi bagi orang yang mengucpkan dua kalimat syahadat dan
mengamalkan tuntunannya menjadi keharusan yang wajib dipenuhi dan
dijalankan. Namun jika hal ini tidak dijalankan maka syahadatnya akan sia-
sia, sebagaimana ungkapan ulama berikut ini :

َ ‫َأ َّم ال ُن ْط ُق ِب َها ِمنْ َغي ِْر َمعْ ِر َف ٍة ِب َمعْ َنا َها َوالَ َع َم ٍل ِب ُم ْق َت‬
‫ضا َها َفِإ َن ُه َغ ْي ُر َنا ِف ٍع‬
‫ َب ْل َت ُكونُ حُجَّ ًة َع َل ْي ِه‬,‫اع‬
ِ ‫ِباِإْلجْ َم‬
Adapun mengikrarkan syahadat tanpa mengetahui maknanya
dan tidak menjalankan tuntunannya, maka sesungguhnya syahadat itu
tidak bermanfaat menurut ijma para ulama, apalagi sebagai hujjah
baginya.
RUKUN-RUKUN SYAHADAT
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, mengatakan bahwa para
ulama sepakat menentukan rukun Laa Ilaha Illallah, ada dua :
1. Menafikan (meniadakan), Laa ilaha (tidak ada ilah/yang berhak diibadahi),
maksudnya membatalkan atau menggugurkan semua bentuk kemusyrikan
dan mengingkari semua apa yang diibadahi selain Alloh yakni THOGUT.
(Lihat makna Thogut dan jenis-jenisnya dalam kitab majmuatut-Tauhid,
tentang risalah makna Thogut).
2. Menetapkan (itsbat), Illallah (kecuali Alloh saja), maksudnya hanya Alloh
satu-satunya al-Ma’bud (yang berhak diibadahi dan ditha’ati secara
mutlak).
Pengertian rukun ini tertuang dalam Qs. Al-Baqoroh (2):256,
َ ِ‫ت َويُْؤ ِمنْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد اسْ َت ْم َس َك ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َق ٰى اَل ا ْنف‬
‫صا َم َل َها‬ ِ ‫الطا ُغو‬َّ ‫• َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب‬
‫ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
• Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut – makna rukun pertama
(menafikan). Dan hanya beriman kepada Allah saja – bermakna rukun kedua
(menetapkan), maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
‫‪Rukun Syahadat “Laa Ilaha Illallah” ada dua perkara, sebagaimana bunyi‬‬
‫‪Hadits Nabi Berikut ini :‬‬
‫قوله ‪َ (:‬منْ َقا َل ال إله إال هللا َو َك َف َر ْي َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ‬
‫هللا‪)...‬‬
‫ْن‬
‫مْري ِ‬ ‫ث ِبَأ َ‬ ‫الدَم فِى َه َذا ْال َح ِد ْي ِ‬ ‫ال َو ِ‬ ‫اعلم أن النبى صلى هللا عليه وسلم َعلَّ َق َعصْ َم َة ْال َم ِ‬
‫ْث َك َما‬ ‫ْن َك َما ه َُو َقيَّدَ فِى َق ْولِ َها فِى َغي ِْر َما َح ِدي َ‬ ‫هللا َعنْ ِع ْل ٍم َو َي ِقي ٍ‬ ‫األول ‪َ :‬ق ْو ُل الَ ِإ َل َه ِإالَّ ِ‬
‫َت َق َّد َم‬
‫ف ِباللَّ ْف ِظ ْالم َُجرَّ ِد َع ِن ْال َمعْ َنى َب ْل الَ ُب َّد‬ ‫ِوال َثا ِنى ‪ :‬اَ ْل ُك ْف ُر ِب َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ‬
‫هللا َف َل ْم َي ْك َت ِ‬
‫ِمنْ َق ْولِ َها َو ْال َع َم ِل ِب َها‬
‫فمن يكفر با لطا غوت ويؤمن باهللا فقد استمسك بالعروة } قلت ‪ :‬وفيه معنى‬
‫{الوثقى ال انفصام لها‬ ‫”‪“256:2‬‬
‫ُص ِنفُ رحمه هللا تعلى ‪َ ( :‬و َه َذا ِمنْ َأعْ َظ ِم َما ُي َبيِّنُ َمعْ َنى ال اله اال هللا َفِإ َّن ُه َل ْم‬ ‫َقا َل ْالم َ‬
‫ال َب ْل َوالَ َمعْ ِر َف ُة َمعْ َنا َها َم َع َل ْف ِظ َها َب ْل َوالَ‬ ‫صمًا لِ َّد ِم َو ْال َم ِ‬ ‫ظ ِب َها َعا ِ‬ ‫َيجْ َع ِل اللَّ ْف ُ‬
‫ْك َل ُه َب ْل الَ ي َُحرَّ ُم َما لُ ُه َودَ‬ ‫هللا َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫ك َب ْل َوالَ َك ْو ُن ُه الَ َي ْدعُو ِإالَّ َ‬ ‫اِإل ْق َرا ُر ِب َذلِ َ‬
‫ك َأ ْو َت َر َّد دَ َل ْم ي َُحرَّ ُم‬ ‫ك ْال ُك ْف ِر ِب َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ‬
‫هللا َفِإنَّ َش َّ‬ ‫ْف ِإ َلى َذلِ َ‬ ‫ُضي َ‬ ‫ُم ُه َح َّتى ي ِ‬
‫َمالُ ُه َودَ ُم ُه‬
Rasululloh saw bersabda : (Barangsiapa yang mengucapkan
(mengikrarkan) “Laa Ilaha Illallah” dan mengingkari terhadap apa yang
disembah selain Alloh…”), ketahuilah bahwasannya Nabi saw berkomentar :
terjaganya harta dan darah seseorang dalam hadits tersebut karena dua
perkara :
Pertama : Ikrar Laa ilaha Illallah dengan pengetahuan dan keyakinan
sebagaimana ia menjadi pengikat dalam pengucapkan Laa ilaha Illallah dalam
keterangan hadits terdahulu.
Kedua : “Ingkar kepada apa yang disembah selain Alloh”. Maka tidak
cukup dengan lafadz saja, akan tetapi wajib mengikrarkan ‘Laa ilaha Illallah’.
Dan mengamalkannya. Hal ini sebagaimana terdapat firman Alloh surat al-
Baqoroh (2) :256.
Berkata (pengarang) kitab syarah Tauhid : “Hadits ini menjadi
perkara besar yang menjelaskan tentang makna Laa Ilaha Illallah.
Sesungguhnya ucapan tauhid Laa Ilaha Illallah saja tidak cukup menjadi
terjaganya darah darah dan harta tanpa diiringi pengetahuan akan makna dan
lafadznya, bahkan ikrar sekalipun terhadap penetapan tauhid tersebut berupa
menjadikan Alloh saja yang diibadahi dengan tidak mempersekutukan-Nya,
belumlah cukup untuk diharamkan harta dan darahnya sampai ia mengingkari
apa saja yang disembah selain Alloh. Dan jika ia masih ragu-ragu maka
belumlah juga diharamkan darah dan hartanya.
KANDUNGAN SYAHDATAIN (madlulul syahadah)
1. Al-Iqror
Ikrar yang bermaksna pernyataan atau proklamasi yang berupa
pernyataan pembebasan diri dari ikatan jahiliyah kepada ikatan Islam. Qs. Ali
Imron (3):18. Lihat pula Qs. Ali Imron (3):81,
ُ ‫• َش ِه َد هَّللا ُ َأ َّن ُه اَل ِإ ٰ َل َه ِإاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َك ُة َوُأولُو ْال ِع ْل ِم َقاِئمًا ِب ْال ِقسْ ِط ۚ اَل ِإ ٰ َل َه ِإاَّل ه َُو ْال َع ِز‬
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
• Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
َ ‫ب َوح ِْك َم ٍة ُث َّم َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ُم‬
‫ص ِّد ٌق لِ َما َم َع ُك ْم‬ ٍ ‫ِّين َل َما آ َت ْي ُت ُك ْم ِمنْ ِك َتا‬َ ‫اق ال َّن ِبي‬َ ‫• َوِإ ْذ َأ َخ َذ هَّللا ُ مِي َث‬
‫َل ُتْؤ ِم ُننَّ ِب ِه َو َل َت ْنصُرُ َّن ُه ۚ َقا َل َأَأ ْق َررْ ُت ْم َوَأ َخ ْذ ُت ْم َع َل ٰى ٰ َذلِ ُك ْم ِإصْ ِري ۖ َقالُوا َأ ْق َررْ َنا ۚ َقا َل َفا ْش َه ُدوا‬
َ ‫َوَأ َنا َم َع ُك ْم م َِن ال َّشا ِهد‬
‫ِين‬
• Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang
kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman:
"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian
itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
2. Al-Qasam = Al-Aiman.
Sumpah yang mengandung konsekwensi, dengan mengakui kebenaran
tauhid dan menjalankan tuntunannya. Qs. An-Nahl (16):91-92,
َ ‫َوَأ ْوفُوا ِب َع ْه ِد هَّللا ِ ِإ َذا َعا َه ْد ُت ْم َواَل َت ْنقُضُوا اَأْل ْي َم‬
َ ‫ان َبعْ دَ َت ْو ِكي ِد َها َو َق ْد َج َع ْل ُت ُم هَّللا‬ •
َ ُ‫َع َل ْي ُك ْم َك ِفياًل ۚ ِإنَّ هَّللا َ َيعْ َل ُم َما َت ْف َعل‬
‫ون‬
• Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
‫ون َأ ْي َما َن ُك ْم دَ َخاًل‬ َ ‫ت َغ ْز َل َها ِمنْ َبعْ ِد قُوَّ ٍة َأ ْن َك ًاثا َت َّت ِخ ُذ‬ ْ ‫ض‬ َ ‫َواَل َت ُكو ُنوا َكالَّ ِتي َن َق‬ •
ُ ُ‫ون ُأم ٌَّة ِه َي َأرْ َب ٰى ِمنْ ُأ َّم ٍة ۚ ِإ َّن َما َي ْبل‬
‫وك ُم هَّللا ُ ِب ِه ۚ َو َل ُي َب ِّي َننَّ َل ُك ْم َي ْو َم‬ َ ‫َب ْي َن ُك ْم َأنْ َت ُك‬
‫ون‬َ ُ‫ْال ِق َيا َم ِة َما ُك ْن ُت ْم ِفي ِه َت ْخ َتلِف‬
• Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan
sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu
golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
3. Al-Mitsaq
Ikrar yang mengandung perjanjian, yaitu kesiapan untuk mengikhlaskan
diri dalam menjalankan ketha’atan kepada Alloh dengan tidak
mempersekutukan-Nya. Qs. Al-Maidah (5):7,
ۖ ‫• َو ْاذ ُكرُوا ِنعْ َم َة هَّللا ِ َع َل ْي ُك ْم َو ِمي َثا َق ُه الَّ ِذي َوا َث َق ُك ْم ِب ِه ِإ ْذ قُ ْل ُت ْم َس ِمعْ َنا َوَأ َطعْ َنا‬
‫ور‬
ِ ‫د‬ ُ ‫ص‬
ُّ ‫ال‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫ب‬
ِ ‫م‬
ٌ ‫ي‬ ِ ‫ل‬ ‫ع‬
َ َ ‫هَّللا‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬ ۚ َ ‫هَّللا‬ ‫َوا َّتقُوا‬
• Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan
kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Mengetahui isi hati(mu).
REALISASI SYAHADAT (TAHQIQU SYAHADATAIN)
1. Al-Harokah wal Jihad
Adanya komitmen perjuangan dan jihad dalam rangka membela tauhid.
Qs. At-Taubah (9):19-20,
‫ار َة ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام َك َمنْ آ َم َن ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآْل ِخ ِر َو َجا َه َد ِفي‬ َ ‫• َأ َج َع ْل ُت ْم ِس َقا َي َة ْال َحا ِّج َو ِع َم‬
‫ين‬
َ ‫الظالِ ِم‬َّ ‫ون ِع ْندَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ اَل َي ْه ِدي ْال َق ْو َم‬
َ ُ‫يل هَّللا ِ ۚ اَل َيسْ َتو‬ ِ ‫َس ِب‬
• Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.
َ ‫يل هَّللا ِ ِبَأمْ َوا ِل ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم َأعْ َظ ُم‬
ِ ‫دَر َج ًة ِع ْندَ هَّللا‬ ِ ‫اجرُوا َو َجا َه ُدوا ِفي َس ِب‬َ ‫ين آ َم ُنوا َو َه‬ َ ‫• الَّ ِذ‬
َ ‫ۚ َوُأو ٰ َلِئ‬
َ ‫ك ُه ُم ْال َفاِئ ُز‬
‫ون‬
• orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Qs. An-Nisa (4):95,
ِ ‫يل هَّللا‬
ِ ‫ون ِفي َس ِب‬ َ ‫ين َغ ْي ُر ُأولِي الض ََّر ِر َو ْالم َُجا ِه ُد‬ َ ‫ون ِم َن ْالمُْؤ ِم ِن‬ َ ‫اع ُد‬ ِ ‫• اَل َيسْ َت ِوي ْال َق‬
‫ين د ََر َج ًة ۚ َو ُكاًّل‬ َ ‫ين ِبَأم َْوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم َع َلى ْال َقا ِع ِد‬
َ ‫ض َل هَّللا ُ ْالم َُجا ِه ِد‬ َّ ‫ِبَأم َْوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم ۚ َف‬
‫ين َأجْ رً ا َع ِظيمًا‬ َ ‫اع ِد‬ ِ ‫ين َع َلى ْال َق‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ ْالم َُجا ِه ِد‬َّ ‫َو َع َد هَّللا ُ ْالحُسْ َن ٰى ۚ َو َف‬
• Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka
dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas
orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan
pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang
duduk dengan pahala yang besar.
2. Al-Imaroh wa Daulah
Memiliki kepemimpinan dan Negara yang merupakan wasilah atau wadah dalam pengabdiannya
kepada Alloh berupa tha’at kepa Ulil Amri (pemimpin) dan Daulah Islam. Qs. An-Nisa (4):59,
َ ‫ين آ َم ُنوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا الرَّ سُو َل َوُأولِي اَأْلم ِْر ِم ْن ُك ْم ۖ َفِإنْ َت َن‬
‫ازعْ ُت ْم ِفي‬ َ ‫• َيا َأ ُّي َها الَّ ِذ‬
ُ‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسن‬ ٰ ِ ‫َشيْ ٍء َف ُر ُّدوهُ َلى هَّللا ِ والرَّ سُول نْ ُك ْن ُتم ُتْؤ ِم ُنون باهَّلل ِ و ْالي ْوم اآْل‬
َ ِ‫خ ِر ۚ َذل‬ ِ َ َ ِ َ ْ ‫ِ ِإ‬ َ ‫ِإ‬
‫َتْأ ِوياًل‬
• Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
3. Al-wala wal Baro’
Memiliki prinsip loyalitas (kesetiaan, dukungan penuh) kepada Alloh, Rosul dan
Ulil Amri. Dan Baro’ (melepaskan, meninggalkan) ikatan-ikatan kepada Thogut.
Qs. An-Nisa (4):76,
َّ ‫يل‬
ِ ‫الطا ُغو‬
‫ت‬ ِ ‫ون فِي َس ِب‬ َ ‫يل هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين َك َفرُوا ُي َقا ِتل‬ ِ ‫ون فِي َس ِب‬َ ُ‫ين آ َم ُنوا ُي َقا ِتل‬
َ ‫الَّ ِذ‬ •
‫ض ِعي ًفا‬ َ ‫ان‬َ ‫ان َك‬ِ ‫ْط‬َ ‫ان ۖ ِإنَّ َكيْدَ ال َّشي‬
ِ ‫ْط‬َ ‫َف َقا ِتلُوا َأ ْولِ َيا َء ال َّشي‬
• Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
4. Iqomatu ad-Din
Menegakkan dan memperjuangkan ad-Din sebagai misi utama perjuangan
syahadah. Qs. Al-Anfal (8):39,
َ ُ‫ون ال ِّدينُ ُكلُّ ُه هَّلِل ِ ۚ َفِإ ِن ا ْن َت َه ْوا َفِإنَّ هَّللا َ ِب َما َيعْ َمل‬
‫ون‬ َ ‫ون فِ ْت َن ٌة َو َي ُك‬
َ ‫َو َقا ِتلُو ُه ْم َح َّت ٰى اَل َت ُك‬ •
‫صي ٌر‬ ِ ‫َب‬
• Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-
mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Qs. Asy-Syuro (42):13,
‫ص ْي َنا‬ َّ ‫ْك َو َما َو‬ َ ‫ين َما َوص َّٰى ِب ِه ُنوحً ا َوالَّ ِذي َأ ْو َح ْي َنا ِإ َلي‬ ِ ‫• َش َر َع َل ُك ْم ِم َن ال ِّد‬
‫ين َواَل َت َت َفرَّ قُوا ِفي ِه ۚ َكب َُر َع َلى‬ َ ‫يس ٰى ۖ َأنْ َأ ِقيمُوا ال ِّد‬ َ ‫ِب ِه ِإب َْرا ِهي َم َومُو َس ٰى َو ِع‬
ْ‫ين َما َت ْدعُو ُه ْم ِإ َل ْي ِه ۚ هَّللا ُ َيجْ َت ِبي ِإ َل ْي ِه َمنْ َي َشا ُء َو َي ْه ِدي ِإ َل ْي ِه َمن‬َ ‫ْال ُم ْش ِر ِك‬
ُ‫ُي ِنيب‬
• Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).
KESIMPULAN HUKUM TENTANG SYAHADAT
1. Syariat syahadat berdasarkan dalil hukumnya “wajib ditegakkan dan
dilaksanakan” menurut keumuman dalil yang diambil (baik dari Al-Qur’an,
al-Hadits maupun Aqwal Ulama).
2. Syariat syahadat berlaku umum bagi setiap manusia untuk diikrarkan dan
lebih utama bagi Muslim kauni atau keturunan, karena tidak ada dalil
khusus yang mentaqyid (membatasi) bahwa syahadat hanya berlaku buat
orang kafir (Nashrani, Yahudi, Budha, Hindu, dll). Selama tidak ada dalil
yang mengkhususkan, maka wajib mengamalkan keumuman dalil. Artinya
syariat syahadat berlaku sholihun li kulli zaman wa makan (syahadat
adalah syariat yang sesuai dengan zaman dan tempat).
3. Syariat syahadat yang dimaksud untuk ditegakkan bagi setiap muslim
adalah syahadat syar’iyah yang dilandasi dengan memenuhi syarat
diterimanya syahadat, syarat sahnya, rukunnya serta tuntunannya
berdasar Hadits Shohih & Ijma’ para ulama.
4. Mengingkarkan syahadatain adalah syarat awal masuknya seseorang ke
dalam Islam.
5. Syahadat tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan komitmen untuk
meninggalkan syirik dan mengkufuri thogut serta bergabung dengan al-
jama’ah dan menegakkannya.
6. Meninggalkan al-jama’ah, atau berpisah dari al-jama’ah, dapat
mengugurkan atau merusak nilai syahadat, sekaligus mengugurkan
terjaganya harta & darah.
7. Kehadiran al-jama’ah adalah sebagai syuhada ‘ala an-Nas (sebagai saksi
atas seluruh manusia) dalam rangka menegakkan “Laa Ilaha Illallah
Muhammadan Rosululloh”.

Wallahu ‘alam Bish-showab


‫شكرا كثيرا‬
SELAMAT TINGGAL….!!!

Anda mungkin juga menyukai