1. Secara Bahasa
Berasal dari kata : َع ِل ًما- علِ َم – َي عْ َل ُم:
َ Mengetahui, memahami,
mempelajari.
ض ُّد ْال َجه ِْل
ِ َو ه َُو, اَ ْل ِع ْل ُم ه َُو ْال َمعْ ِر َف ُة.
“Ilmu itu adalah mengetahui/mengenal, yakni lawan bodoh.”
اَ ْل ِع ُم لُ َغ ًة ْال َي ِقيْنُ َو َيا ِتي ِب َمعْ َنى ْال َمعْ ِر َف ِة اَيْضًا َوه َُو َن ِقيْضُ ْال َجه ِْل
427/2( المصبا ح المنير, 371/9 (لسان العرب
Ilmu secara bahasa adalah keyakinan dan terkadang“
”.pengertiannya juga mengetahui yakni lawan bodoh
2. Secara Istilah
Ilmu adalah penjelasan terhadap sesuatu hal yang tidak
diketahuinya sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
(Al Jurzani, dalam kitab at-Ta’rifat). Ilmu yang dimaksud
adalah ilmu yang bersumber dari wahyu Alloh yang dapat
menghantarkan seseorang memahami tentang Kitabulloh dan
keimanan. Firman Alloh Qs. Asy-Syuro(42):52 :
Penjelasan beberapa ulama tentang ilmu :
1) Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 1413, Majmu’ Fatawa wa Rosail
Fadhilatisy, Daarul Wathan. Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu
syar’I, yakni ilmu yang diturunkan oleh Alloh swt melalui Rosul-Nya yang
berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Yang demikian itu, karena
para Nabi itu tidak mewariskan harta benda, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, sedangkan ilmu yang diwariskan para Nabi itu adalah
ilmu syari’at Alloh.
2) Perkataan Umar bin Mahmud dalam kitab Ar-Roddu al-Atsary’alal Baijury
(Juz I hal.68):
اب َو ُس َّن ٌة
ٌ ِأنَّ ْالع ِْل َم ه َُو ِك َت: “Bahwa ilmu itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Abdulloh bin Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani berkata: “Ilmu itu adalah Al-
Qur’an, berdasarkan pengertian dari Qs. Al Baqoroh(2):145.
3) “Ilmu adalah memahami ilmu-ilmu Al-Qur’an, karena Alloh mencela
orang-orang yang suka membaca, tetapi tidak memahami isinya,
sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam Qs. Muhammad (47):24.
Demikian menurut Dr.Hazim Sa’id Haidar.
4) Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in berkata, “Ilmu
itu adalah pengetahuan yang diperoleh dari dalil (Syar’i). Pendapat yang
sama dikemukakan oleh Ibnu Abdirrohman Al-Hawali dalam kitabnya
yang berjudul Syarhul Akidah Ath-Thohawiyah, “Ilmu itu adalah
pengetahuan yang berdasarkan dalil, karena inilah hakikatnya ilmu.
Adapun ilmu yang tidak berdasarkan dalil, maka hal itu termasuk dhon
(dugaan), sedangkan dhon itu tidak bermanfaat sedikitpun untuk
mendapatkan kebenaran.”
5) Di dalam kitab Tsalatsah al-Ushul, ilmu (yang paling mendasar) adalah
ma’rifat kepada Alloh, ma’rifat kepada Nabi-Nya, dan ma’rifat kepada
Dinul Islam yang berdasarkan dalil.
6) Telah berkata Ibnu Umar r.a, bahwasanya ilmu itu adalah ma’rifat yang
dihasilkan dari dalil, sedangkan yang dihasilkan tanpa dalil maka hal itu
termasuk bid’ah.
7) Adapun pengertian ma’rifat adalah pengetahuan yang pasti, yang tidak
dapat diragukan lagi, yang cocok dengan kenyataan, dan yang
berdasarkan dalil.
8) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Majmul al-Fatawa, " telah
berkata Yahya bin Amr : Ilmu itu ada 5 :
Ilmu merupakan kehidupan kehidupan yang hakiki yaitu ilmu tauhid
Ilmu yang merupakan santapan agama yaitu ilmu tentang mempelajari
al-Qur’an dan Hadits
Ilmu yang merupakan obat agama yaitu fatwa
Ilmu yang merupakan penyakit agama yaitu filsafat dan ilmu bid’ah
Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama yaitu ilmu sihir
9) Berkata al-Kholil bin Ahmad an-Nahwiy, “manusia itu terbagi 4 macam :
Orang yang tahu dan tidak tahu (tidak sadar) bahwa dirinya tahu, maka
orang tersebut adalah orang lalai. Berilah ia peringatan.
Orang yang tidak tahu dan tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka orang
tersebut adalah orang bodoh. Berilah ia ilmu.
Orang yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu, maka orang tersebut
adalah orang berilmu. Ikutilah dia.
Orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka
orang tersebut adalah orang dungu. Berhati-hatilah terhadapnya.
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Karena pentingnya tentang orang yang berilmu pengetahuan (‘alim) dan
begitu berbahayanya orang yang tidak berpengetahuan (jahil), maka Islam
mewajibkan kepada umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu.
1. Perintah untuk membaca, Qs.Al-Alaq (96):1-3 :
2. Perintah untuk mengetahui (berilmu) bahwa tiada Ilah kecuali Alloh. Qs.
Muhammad (47):19 :
3. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr :
َمنْ اَ َرا دَ ال ُّد ْن َيا َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم َو َمنْ اَ َرا َد ااْل َ ِخ َر َة َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم َو َمنْ اَ َرا َد
)ُه َما َف َع َل ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم (رواه الشا فعي
“Barang siapa yang menghendaki dunia maka hendaklah ia berilmu,
barang siap yang menghendaki kesuksesan akhirat maka hendaklah ia
berilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka hendaklah
ia berilmu.” (HR. Asy-Syafi’I dari Ali r.a).
FUNGSI ILMU
1. Ilmu sebagai landasan iman, (Qs. Muhammad (47):19). Keimanan harus
berdasarkan ilmu dan tidak boleh berprasangka (menduga-duga), karena
keimanan yang berdasarkan dugaan bukan kebenaran yang akan dicapai
melainkan kesesatan, (Qs. Yunus (10):36, Qs. Al-An’am (6):116).
2. Ilmu sebagai landasan perkataan dan amal, Qs. Al-Isro’(17):36. Rosulloh
saw bersabda :
َ َمنْ َع َم َل َع َمأًل َلي: قا ل صلى هللا عليه وسلم
ْس َع َل ْي ِه اَمْ ُر َنأ َفه َُو َر ٌّد
()رواه ا لبخاريو مسلم
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan bukan berdasarkan perintah
kami, maka tertolaklah ia.”
Dalam Hadist riwayat Bukhori :
4. Berkata Ibnu Abbas r.a : Bagi para ulama memiliki 700 derajat di atas
orang-orang mu’min biasa, antara derajat yang satu dengan derajat yang
lainnya perjalanan 500 tahun (Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali ; Ihya
‘Ulumuddin, Darul Ma’rifah, Beirut, hal 5)
َ ب ْال ِع ْل ِم َك
)ان فِيْ َس ِبي ِْل هللا َح َّتى َيرْ ِج َع (رواه التر مذي ِ َمنْ َخ َر َج فِيْ َط َل
“Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan
Alloh sampai ia kembali pulang.” (HR. At-Tirmidzi, Kitaab Ilmi, no. 2572).
ِ ص َد َق ٍة َج
ار َي ٍة َ ثٍ ات ابْنُ َأ َد َم ا ْن َق َط َع َع َملُ ًه ِاالَّ ِمنْ َثاَل َ ِا َذا َم
)صا لِ ٍح (رواه مسلم َ اَ ْو ِع ْل ِم ُي ْن َت َف ُع ِب ِه اَ ْو َو َل ٍد
“Apabila anak adam itu meninggal maka terputuslah seluruh
amalnyakecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang sholeh.” (HR. Muslim).
ANCAMAN BAGI ORANG YANG TIDAK BERILMU
1. Iman, Islam dan Ihsannya akan ditolak oleh Alloh swt, Qs. Al-Isro’ (17):36.
Rosululloh saw bersabda :
ِ َأالَ ِأنَّ ال ُّد ْن َيا َم ْلع ُْو َن ٌة َو َم ْلع ُْو ٌن َما ِف ْي َها ِاالَّ ِذ ْك ُر
ُهللا َوا الَه
َو َعا لِ ٌم َو ُم َت َعلِّ ٌم
“Ingatlah bahwa dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa-apa yang ada
didalamnya kecuali dzikrulloh dan apa-apa yang menyertainya dan orang
alim atau orang yang senantiasa belajar.”
METODE MENUNTUT ILMU
1. Membaca dan menulis. Qs. Al-’Alaq (96):1-5,
Dalam istilah lain disebutkan arti “al-insan” dengan akar kata “al-
insu”
ب
َ الرا ِك ِ ِا ْن ِسيُ ال َّدا َب ِة لِ ْل َجا ِن: َولِ َه َذا ِق ْي َل
َ ب الَّ ِذ ي َيلِي
“Al-insu’ dikatakan (makhluk melata) yang memiliki kemampuan berjalan
dengan lembut.
Makna lain secara bahasa “al-insan” adalah manusia.
ٌ س جم ُأ َنا
ُس \ ِا ْن َسا ٌن جم َأ َنا ِسي ٌ ِا ْن
“Manusia, orang-orang.”
2. Manusia menurut istilah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an dalam menyebutkan kata “manusia” menggunakan istilah yang
berbeda dan mengandung filosofi berbeda pula.
1) “al-insu”. Penyebutan kata tersebut dipakai al-alqur’an sebanyak 18 ayat
yang berbeda. Contoh dalam Qs. Al-An’am (6):112,
Makna yang terdapat dalam kata ‘Al-insu’ yaitu makhluk nyata yang memiliki
sifat lembut, jinak dan beradab. Makna ini ditinjau dari sisi kemanusiaan yang
merupakan lawan dari jin, yaitu makhluk metafisis yang cenderung “liar” dan
“biadab”.
2) “An-nas”. Penyebutan kata tersebut dipakai sebanyak 240 kali lebih dalam Qur’an. Sebagai
contoh Qs. Hujurat (49):13,
Makna yang terdapat dalam istilah ‘an-nas yaitu jenis manusia keturunan Adam yang memiliki
kecenderungan sifat interaksi, adaptasi dan kompetisi dengan sesamanya, dan mempunyai
tanggung jawab (taklif) untuk mengabdi kepada penciptanya, sebagaimana pesan yang
disampaikan Alloh dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh (2): 21,
3) “Basyar”. Penyebutan kata tersebut dipakai Al-Qur’an sebanyak 35 ayat. Pada 25 ayat ditunjukkan pada sisi kehidupan para rasul. Sebagai contoh
Qs. Al-Furqon (25): 20,
makna yang terdapat dalam kata “Basyar” yaitu manusia adalah makhluk keturunan Adam yang memiliki fisik dan sifat yang membutuhkan
makanan, minuman, tidur, dll. Artinya manusia sebagai makhluk biologis, hal ini berlaku secara keseluruhan hatta kepada Nabi sekalipun.
4) “Al-Insan”. Penyebutan kata tersebut dipakai al-Qur’an sebanyak 65 ayat. Sebagai contoh dalam Qs. Al-Alaq (96) ayat 1-8,
Makna yang terdapat dalam kata “Al-Insan” sangat berbeda dengan istilah
lainnya , perbedaan subtansi ini terletak pada keistimewaan kata “Al-Insan”
yang dipakai Alloh swt dalam Al-Qur’an karena ketinggian derajatnya
dibanding makhluk yang lain. Ada 3 alasan utama tentang karakter kuat
kata “Al-Insan” yang berbeda dengan kata yang lain, sebagaimana pesan
dasar al-Qur’an surat al-Alaq diatas :
Mengingatkan manusia akan asal-usul kejadiannya yaitu dari segumpal
darah.
Memberitahukan tentang kelebihan (keutamaan) manusia yakni diberi
ilmu oleh Alloh.
• Menampilkan sikap melampaui batas dari karakter manusia yang merasa
serba cukup, maka ia tidak lagi membutuhkan Rabb yang telah
menciptakannya.
3. Menurut istilah para ulama
DR. Aisyah Bintu Syati mendiskripsikan Manusia : Terminologi “al-
insan” dipakai untuk menunjukkan makna manusia yakni makhluk yang
memiliki ketinggian derajat dibanding dengan makhluk lainnya, yang
membuatnya layak menjadi “khalifah” di bumi dan mampu memikul taklif
(beban tanggungjawab), disebabkan ia mendapat keistimewaan ilmu, pandai
berbicara, mempunyai akal dan kemampuan berpikir hinnga mampu
mengatasi berbagai persoalan hidup serta mampu membedakan perkara
yang baik dan buruk.”
وااْل ِ ْن ِس ُي..َ ُّ (اَِأْل ْنسُ ِخالَفُ ْال ِجن: الرا ِغبُ اَاْل َ صْ َف َها ِني َ َقا َل
َولِ َه َذا ِق ْي َل,ُك لِ َمنْ َك ُث َر اَ ْن ُسه
َ ِ ُي َقا ُل َذ ل. س ِ ال ْن
ِ َم ْنسُو بُ ِا َلى ْا:
َّ اَاْل ِ ْن َسا َن َمدَ ِن ٌي ِبا,
لط َب ِع
Berkata ar-Raghib al-Asfahani : Al-insu lawan dari al-jin, sedangkan al-
insiyyu disandarkan kepada kata al-insu, dikatakan demikian karena manusia
banyak (memiliki sifat) kelembutannya. Dikatakan juga Manusia itu
terbentuk dengan tabiatnya.”
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
1. Manusia terbuat dari 2 bagian
1) Terbuat dari tanah ((طين\ ت راب
Qs. Al-Mu’min (40):67, As-Sajdah (32):7,
Jenis tanah yang dipakai untuk membuat manusia pertama adalah tanah liat
kering yang berasal dari lumpur tanah hitam. Qs. Al-Hijr (15):28,
Ar-Rohman (55):14,
Adapun manusia keturunan Adam terbuat dari saripati tanah yang berbentuk
air yang hina, yakni air nuthfah atau air mani. Qs. Al-Mu’minun (23):12,
Qs. Al-Insan (76):2,
Dalam sebuah hadist Riwayat Turmudzi dan Ibnu Hibban, Rasul saw
pernah menyampaikan sebuah peringatan dalam sebuah haditsnya :
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai
ia ditanya tentang 4 perkara : …diantaranya : tentang jasadnya (fisiknya)
digunakan dalam apa?”.
. وعنجسده ف يما أباله........
Jadi karunia Alloh berupa fisik yang kuat harus digunakan sebaik-baiknya
dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
2( Akal, untuk berfikir dan memahami ilmu pengetahuan serta
membedakan yang baik dan buruk. Qs. Al-Mulk (67):10,
Akal adalah karunia terbesar dari Alloh kepada manusia sebagai sarana
untuk mengenal Alloh. Dalam Al-Qur’an banyak menggunakan istilah
“Tafakur”, “Ta’qilun”, “Tadzakarun”, sebagai gambaran tentang
penggunaan akal untuk mengenal kebenaran hakiki. Proses turunnya
hidayah tidak lain karena hasil perenungan dan pemikiran akal yang sehat.
6) Nafsu, sebagai pendorong untuk memenuhi keperluan hidup dan melakukan kompetisi hidup (fastabiqul khairat). Qs.Ali Maidah
(3) : 14-15,
Nafsu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari unsur manusia.
Kenimkamatan hidup dunia dengan segala isinya adalah tuntutan adanya
nafsu dari dalam diri manusia. Namun ada nilai yang wajib difahami bagi
manusia, bahwa nafsu memiliki potensi yang membawa kepada nilai
keburukan dan kebaikan. Sarana yang mampu mengubah dan mengatasi
nafsu dari keburukan menjadi kebaikan yaitu dengan berpijak pada wahyu
dan agama Alloh. Qs. Yusuf (12):53,
Kesimpulan :
Hakikat manusia yang menggunakan istilah ‘Al-Insan’ adalah makhluk
ciptaan Alloh yang paling mjulia dan dianugerahi dengan kelebihan yang
ada. Kehadiran manusia dimuka bumi sejatinya sebagai khalifah yang
memiliki kewajiban, selain mengatur wilayah kekuasaan Alloh, juga yang
paling asasi ialah menghamba dan mengabdi kepada-Nya dengan
penghambaan dan pengabdian yang sebenarnya secara total. Wallahu
a’lam bish-showab.
CARA MENGENAL (MA’RIFAT) ALLOH
1. Dengan Qouliyah (kalam/wahyu) Alloh. Qs. Al-Baqoroh (2):23,
Melalui cara tafakur dan tadabbur terhadap ayat-ayat Alloh yang terdapat
di dalam diri manusia dan di alam semesta dengan mempergunakan akan
fikiran yang sehat. Qs. Ar-Rum (30):8,
ُهللا َفِأ َّن ُك ْم َلنْ َت ْق ِد َر ْوا َق ْد َره ِ َت َف َّكر ُْو ِفي َخ ْل ِق
ِ هللا َوالَ َت َف َّكر ُْوا فِي
()روا ابو ن عيم
“Artinya : Fikirkanlah olehmu tentang ciptaan Alloh dan janganlah kamu
memikirkan tentang Dzat Alloh karena kamu tidak akan sanggup
menjangkaunya”. (HR. Abu Nu’aim).
Perkataan Imam Syafi’I :
َ ف َن ْف َس ُه َف َق ْد َع َر
ف َر َّب ُه َ َمنْ َع َر
“Barangsiapa mengenal dirinya (dengan benar) maka sungguh ia akan
mengenal Robb-nya.”
Dengan ayat Qauniyah dan Kauliyah pula kita bisa ma’rifat kepada Alloh
melalui :
1. Nama-nama dan sifat-sifat Alloh ( ( ا الس ماء و ص فاتهللا, Qs. Al-’Araf
(7):180,
ِ َّ = َأ ِل َه الرَّ جُ ُل ِا َلي الرorang ini mencari seseorang karena sangat rindu
• جُل
kepadanya.
ِ = َألِ َه ْال َفanak kuda (atau lainnya) tidak mau berpisah dari induknya.
• ص ْي ُل
Al-Qur’an adalah aturan (wahyu) yang datangnya dari Alloh yang tidak
boleh diragukan lagi kebenarannya yang mutlak. Qs. Al-Baqoroh (2):23-
24,147,
Al-Qur’an sudah nyata, jelas, terbukti, logis dan ilmiyah tentang
kebenarannya secara mutlak. Barangsiapa yang masih meragukan akan
kebenarannya, maka ia ditantang oleh Alloh untuk membuat satu surat
saja semisal Al-Qur’an. Ternyata sampai saat ini dan sampai kapanpun
tidak akan pernah ada orang yang mampu membuatnya walaupun
seluruh manusia dan jin bersatu padu untuk membuatnya. Ini jelas
membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar datang dari Alloh dan oleh
karena ia buatan Alloh, maka tidak ada seorangpun selain-Nya yang
mampu membuat AL-Qur’an dan sudah pasti ia berisi nilai-nilai kebenaran
yang mutlak. Qs. Al-Baqoroh (2):23-24,
Sikap ragu-ragu saja tentang kebenaran Al-Qur’an, termasuk kufur dan
murtad, apalagi menolak atau menantangnya walaupun satu ayat. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Nawawi Al-Bantani, bahwa
riddah (keluar dari Islam) itu terbagi menjadi 3 bagian : I’tiqodat
(keyakinan), Af’al (perbuatan), dan Aqwal (perkataan). Dan setiap
bagiannya terbagi menjadi beberapa cabanag yang banyak . Diantara
bagian yang pertama (Riddatul I’tiqodat) adalah ragu-ragu terhadap
Alloh, Rasul-Nya, Al-Qur’an, Hari Akhir, Syurga, Neraka, Pahala dan siksa,
dan sebagaimananya yang telah disepakati (atas kebenarannya).
(Muhammad Nawawi.1358 H, Mirqotu Su’udit-Tashiq, Pustaka Alawiyah,
Semarang, Hal 9-10).
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Alloh yang diberkati yang
wajib diikuti oleh setiap mu’min dan haram mengikuti selainnya. Qs. Al-
An’am (6):155,
Dalam ayat ini Alloh Ta’ala memotivasi hamba-hamba-Nya untuk
mengikuti kitab-Nya dan menyuruh mereka merenungkan, mengamalkan,
dan mengajak orang lain kepadanya. Alloh menyifati Al-Qur’an dengan
berkah di dunia dan di akhirat bagi orang yang mengikuti dan
mengamalkannya karena Al-Qur’an merupakan tali Alloh yang kuat.
(Nasib Ar-Rifa’I Muhammad. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jilid II hal.320).
Qs. Al-A’raf (7):3,
Dalam ayat ini Alloh menjelaskan : Ikutilah jejak Nabi yang ummi yang
membawa kepadamu kitab yang diturunkan dari Tuhan dan Pemilik segala
perkara. “Dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-
Nya.” Maksudnya : Janganlah kamu keluar dari Al-Qur’an yang dibawanya
itu untuk menuju ke hukum lain.
Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
berilmu.
Qs. Al-Ankabut (29):49,
Menurut Al-Baghowi, maksud mereka tidak memahami pembicaraan adalah tidak memahami Al-Qur’an,
yakni tidak memahami makna-makna Al-Qur’an.
4. Perintah mengikuti (mengamalkan) dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Qs. Al-An’am (6):106,155, Az-
Zukhruf (43):43,
Dari Abi Musa ra. Nabi saw, bersabda :
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kalimah-kalimah Alloh itu sangat luas dan
tidak terbatas yang meliputi segala sesuatu. Yang dimasksud Kalimah-
kalimah Alloh itu adalah Al-Qur’an, yakni wahyu dan ilmu Alloh. Segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini, fenomena-fenomena dan konsepsi-
konsepsinya tidak lepas dari ilmu-Nya. Karena Al-Qur’an sangat luas dan
meliputi segala sesuatu, maka tidak ada “ilmu pengetahuan apapun di dunia
ini yang tidak ada sumbernya dari Al-Qur’an.
Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all
the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya
seluruh ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an adalah kitabnya ilmu
pengetahuan.
2. Al-Qur’an sebagai sumber hukum (Aqidah, Syari’ah, Ibadah/akhlaq). Qs.
Al-A’rad (13):37, Qs. An-Nisa (4):105, Qs. Al-Maidah (5):49-50, Qs. Yunus
(10):37.
Ibnu Mas’ud berkata: “Segala ilmu dan segala hal telah dijelaskan
kepada kami di dalam Al-Qur’an ini. Al-Qur’an mencakup segala ilmu yang
bermanfaatberupa kisah masa lalu, pengetahuan tentang apa yang akan
terjadi, segala yang dihalalkan dan yang diharamkan. Sebagai petunjuk
bagi kalbu, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.
2. Keagungan nilai-nilai Al-Qur’an dan ketinggian martabatnya melebihi
kekuatan dan ketinggian gunung. Qs. Al-Hasyr (59):21,
Alloh swt berfirman guna mengagungkan perkara Al-Qur’an dan
menjelaskan ketinggian martabatnya. Dan sudah selayaknya hati manusia tunduk
kepadanyadan bergetar ketika mendengarnya, mengingat didalamnya terdapat
janji yang benar dan ancaman yang keras.
3. Al-Qur’an memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa
untuk melakukan perubahan. Qs. Al-’Arad (13):31,
Sesungguhnya tidak ada hujjah dan mukjizat yang lebih efektif dan
menyentuh penalaran serta paling berpengaruh terhadap jiwa selain Al-Qur’an.
(Nasib Ar-Rifa’I, Moch.1989).
Al-Qur’an ini adalah mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar, karena
didalamnya penuh berisi hikmah, petunjuk dan pengajaran untuk memperbaiki diri
seseorang dan masyarakat umumnya. Bangsa Arab yang masih biadab dan hidup
dalam kacau balau dan bermusuh-musuhan, bahkan berperang-perangan
sesamanya, dalam masa kurang lebih 23 tahun saja, mereka jadi umat yang
berperadaban tinggi dan hidup dalam kerukunan dan kedamaian, menjadi satu
umat yang kuat.
Dan tak ada kitab bacaan mereka, selain daripada Al-Qur’an ini.
Sungguh pengaruh Al-Qur’an itu besar sekali untuk memperbaiki budi
pekerti dan masyarakat umumnya, bahkan untuk melahirkan umat yang
telah mati menjadi umat yang hidup dan berkemajuan tinggi, tetapi ini
bagi orang-orang yang mau memperhatikan isinya dan mengambil
pelajaran dari padanya.
4. Al-Qur’an adalah konsep kehidupaan yang terbaik
1) Sebaik-baik dan sebenar-benar Hadits. Qs. Az-Zumar
(39):23,
Qs. An-Nisa (4):87,
“Dan mereka berkata : “Hati kami tertutup” Namun sebenarnya Alloh telah
melaknat mereka karena kekafiran mereka, maka sedikit sekali mereka
yang beriman”. Mereka menceritakan ihwal keadaan hati mereka sendiri
yang tertutup. Yakni, “hati kami sudah penuh dengan berbagai ilmu
pengetahuan sehingga tak lagi dapat memuat informasi yang ada padamu,
hai Muhammad”. Karena demikian penuhnya, maka seolah-olah
hati itu ditutup dan dikunci untuk menjaga segala isinya sehingga apapun
yang kamu katakan tidak dapat menembusnya. Hal itu senada dengan
Firman Alloh ta’ala, “Mereka berkata : Hati kami dalam keadaan tertutupi
dari apa yang kamu serukan kepada kami”. Qs. Fushilat (41):5. ( Nasib Ar-
Rifa’I, Muhammad. 1989).
3. Akan diberikan syetan sebagai teman setia. Qs. Az-Zukhruf (43):36,
1. Menurut Bahasa
2) Kekuasaan (جُل
ُ َّلر َد َانا: orang itu sudah berkuasa ).
3) Peraturan/undang-undang ( ِد ْي ِن ِه ْم َك ا َن ْتقُ َري ٌْش َو َم ْند ََان ِب: adalah Quraisy
dahulu dan orang yang tha’at pada peraturan mereka).
( َ ُن ْو
4) Pembalasan/peradilan/kelakuan ن اَ لَّه َُّم ِد ْن ه ُْم َك َم ا َي ِد ْي: ya Alloh
balaslah mereka sesuai dengan kelakuan/tindakan mereka).
2. Menurut Istilah Al-Qur’an
1) Kekuasaan yang maha mutlak. Qs. Al Waqi’ah (56):86-87,
ْل َغ ْي ُر َم ْملُ ْو ِكي َْن َوالَ َم ْقه ُْو ِري َْن َ
َ ِقي: غ ْي ُر َم ِد ْي ِني َْن: “Ghoiru madiiniin”
َ ْي ِني
dikatakan : tidak dimiliki dan tidak dikuasai, (Al-Qurthuby). Kata : ْن َم ِد
adalah bentuk isim maf’ul jamak mudzakar salim dijarkan karena mudhof
ُ َغ ْيyang bentuk mufrodnya adalahٌن
ilaih dari ر َم ِد ْي asal bentuk
mashdarnya adalah : ًنا ِد ْيartinya “Kekuasaan”.
2) Penyerahan diri (takluk) dhahir dan bathin disertai dengan ketha’atan dan
kesetiaan kepada kekuasaan tersebut. Qs. An-Nahl (16) ayat 52,
Kalimat ص ًبا
ِ ُن َوا َو َل ُه ا ل ِّد ْيdiartikan “ dan untuk-Nya lah ketha’atan itu
selama-lamanya.”
Jadi,ُن ا ل َّطا َع ُة = ا ل ِّد ْيartinya ketha’atan. (Jalalain Imam. Hal.219).
3) Iman dan amal (teori dan praktek) di bawah pengawasan pihak yang maha
mutlak kekuasaanya itu. Dengan pengertian lain, undang-undang atau tata
cara yang mengatur bagaimana menjalankan ketha’atan dan kepatuhan
kepada kekuasaan yang maha mutlak tersebut. Qs. Yusuf (12) ayat 76.
Didalam ayat tersebut kalimat : ِف ي ِد ْي ِن ا ْ ل َملِ ِكdiartikanِف يحُ ْك ِم ا ْ ل َملِ ِك
yang artinya menurut hukum atau undang-undang raja. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Ad-Din artinya hukum, peraturan atau undang-
undang. (Jalalain, Imam.Hal.197). Penafsiran yang sama juga terdapat
dalam ibnu Katsir, Al-Quthuby dan lain-lain.
4) Ganjaran yang diberikan sebagai balasan kepada pihak yang berbuat
baik maupun buruk, kepada yang tunduk pada aturan yang ditentukan
pihak yang maha mutlak kekuasaanya atau yang menyeleweng
daripadanya. Qs. Adz-Dzariyat (51) ayat 6.
َواِنَّ ال ِّد ي َْن َل َوا ِق ُعartinya : “Dan sesungguhnya (hari) pembalasan itu
ِ اء َبعْ َد ْال ِح َس ا
ُ ال ِّد ْيartinya ب
pasti terjadi”. Dalam ayat tersebut, ن ُ الج َز
َ :
pembalasan/ganjaran setelah dihisab/diadili. (Jalalain, Imam.Hal.190).
5) Berdasarkan ayat-ayat diatas maka Dinul Islam itu berarti “Sebuah
sistem kekuasaan Alloh yang mempunyai peraturan (undang-undang)
yang menuntut ketha’atan totalitas sebagai jalan keselamat-an serta
kedamaian, dan sebagai konsekwensinya akan ada ganjaran atau
pembalasan (hukuman) kepada orang yang patuh atau yang melakukan
pelanggaran terhadap sistem tersebut”.
6) Jadi makna Ad-Din secara bahasa mengandung 4 makna substansial :
1. Kekuasaan
2. Ketha’atan
3. Undang-undang
4. Pembalasan
هللا
ِ ُِد يْن : Din milik Alloh
2. Qs. Ar-Rum (30):30, 43, Qs. At-Taubah (9):36, Qs. Al-Bayinah (98):5
2. Islam adalah sistem kehidupannya seluruh Nabi dan Rasul. Qs. Al-
Baqoroh (2):130-133, 136, Qs. Ali Imron (3):52, Qs. Ali Imron (3):67, Qs.
Yunus (10):84, Qs. An-Naml (27):31.
3. Islam adalah sistem kehidupan yang sempurna, universal dan relevan
untuk segala situasi, zaman dan tempat. Qs. Al-Maidah (5):3, Qs. Al-
Baqoroh (2):208, Qs. Saba (34):28, Qs. An-Nahl (16):89.
Komando perang, Qs. Al-Hajj (22):39-40, Qs. Al-Baqoroh (2):216, Qs. An-
Nisa (4):77
Taktik dan strategi, Qs. An-Nisa (4):71, Qs. Qs. Al-Anfal (8):15-16
9) Hukum, Qs. An-Nisa (4):65, Qs. Al-Maidah (5):44, 105, Qs. Al-
An’am (6):57
4. Agar menjadi teladan yang baik bagi manusia. Qs. Al-Ahzab (33):21
5. Agar menjadi saksi didunia dan di akhirat, pembawa kabar gembnira
dan peringatan. Qs. Al-Hajj (48)8-9.
Selanjutnya lihat Qs. Al-Baqoroh (2):177, Qs. Al-Maidah (5):54, Qs. Al-
Mukminun (23):1-11.
SEBAB-SEBAB BERTAMBAHNYA IMAN (ها زيا دة ا الي مانوأسبا ب )
1. Dengan ilmu (dengan pemahaman yang benar dan kuat) Qs. Fathir (35):28.
2. Merenungkan ciptaan Alloh Qs. Ali Imron (3):190-191.
3. Mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
4. Kemenangan ِ َف ْت ٌح ِمَنهللا Qs. Al-Fath (48):1-2. Lihat pula Qs. Ash-Shaf
(61):14.
5. Diberikan kepemimpinan dan kedudukan (لتمكين )ا ألس تخالفو ا Qs.
An-Nur (24):55.
6. Diberi keberkahan ك ة ا لبر Qs. Al-A’raf (7):96.
Penjelasan :
Pemahaman seorang muslim terhadap Islam bergantung kepada
pemahamannya terhadap syahadatain.
Syahadat secara syar’i ialah syahadat yang berpijak pada pemahaman
ilmu syahadat yang benar sesuai rumusan (istinbath) para ulama.
Ada beberapa prinsip dalam kandungan syahadatain:
1) Pernyataan “Laa Ilaha Illa-llah” merupakan sikap menerima
penghambaan kepada Alloh saja yang wujudnya adalah dengan
melaksanakan Dinulloh secara Mukhlis.
2) Mengakui Muhammad Rosululloh saw sebagai uswah dan Qudwah
dalam menjalankan Dinul Islam.
3) Sikap penghambaan kepada Alloh itu meliputi seluruh aspek
kehidupan, baik aspek hukum, kepemimpinan atau Negara dan
sebagainya.
َ ْنِإْل ِق
3. الِب ُ ( َأ َسAsas Perubahan). Qs. Ar-Ra’du (13):11.
اسا
Penjelasan :
Syahadatain mampu merubah manusia secara total dalam aspek
keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya, dari yang buruk menjadi
baik dan dari yang batil menjadi hak. Perubahan tersebut meliputi, baik
secara individu atau sosial masyarakat.
Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat
Muhammad saw dengan generasi sekarang. Letak perbedaan tersebut
disebabkan adanya perbedaan pemahaman terhadap makna syahadatain
baik secara bahasa, istilah, tuntunan, atau konsekwensi terhadap syahadah
tersebut.
Umat Islam generasi awal langsung berubah ketika menerima dan
mengerti syahadatain. Sehingga mereka yang asalnya Jahiliyah menjadi
Islam, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang maksiat menjadi
taqwa, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang asalnya
bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Alloh.
Syahadatain membuka pintu balasan baik dan buuruk, syurga dan neraka.
Contoh-contoh perubahan dalam pribadi para sahabat Rosululloh saw
ketika mendapat hidayah.
Qs. Ali Imron (3):103,
Penjelasan :
Ayat di atas menjelaskan sejarah yang indah dari dua kelompok suku Aus
& Khazraj yang selalu bermusuhan dan selalu berpecah-belah.
Permusuhan antar mereka berlangsung cukup lama, sampai akhirnya
dakwah Islam datang dan petunjuk Alloh masuk kedalam dada mereka.
Islam telah diterima menjadi jalan hidup mereka. Muhammad saw
didaulat menjadi qudwah dalam kehidupan mereka, hingga dengan
karunia Alloh mereka menjadi bersaudara dalam Islam (Ikhwanan).
Kejahiliyahan mereka telah berubah menjadi keIslaman yang
membimbing mereka kepada petunjuk dan cahaya yang terang
benderang.
Qs. Al-Ahzab (33):23,
Penjelasan :
Perubahan secara total contohnya terjadi pada diri Mush’ab bin Umair
yang sebelum tersentuh dakwah Islam dikenal sebagai pemuda dengan
gaya glamour dan mewah dikota Mekkah. Tetapi setelah terbimbing
dengan hidayah Islam melalui tarbiyah Rasululloh saw, ia berubah total
menjadi pemuda yang sederhana dan tawadhu’ serta menjadi Dai
pertama yang diangkat Rasul saw ke Madinah, kemudian menjadi syahid
ketika perang Uhud. Pada saat Syahidnya Rosul saw membacakan ayat
diatas.
Sikap kaum kafirin terhadap dakwah syahadat :
Berbentuk sikap dan perilaku yang tidak baik yaitu menyombongkan diri
dan merendahkan kaum muslimin. Qs. Ash-Shaffat (37):35.
Sikap massif kaum kafirin dan musyrikin berupa intimidasi dan penyiksaan
fisik. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Alloh dalam Qs. Al-Kahfi
(18):20 dan Qs. Al-Anfal (8):30,
4. س ِلُ َّ( َح ِق ْي َق ُة دَعْ َو ِة ا لرHakikat Dakwah Para Rosul)
Setiap Rosul, semenjak Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi
Isa as, hingga Nabi Muhammad saw membawa misi dakwah pokok yang
sama yaitu ‘Syahadat’.
Konsep Syahadat yang dibawa oleh para Rosul as sama, yaitu “Laa Ilaha
Illallah” yaitu penghambaan secara total kepada Alloh saja.
Syahadat adalah misi Dakwah dan Risalah yang berlaku mutlak bagi
seluruh umat sampai akhir zaman, tidak terbatas pada suku, ras,
golongan, termasuk bagi keluarga Nabi Muhammad saw sendiri yaitu anak
dan pamannya. Berikut penjelasan beberapa ayat dalam al-Qur’an :
Qs. Al-Anbiya (21):25, Qs. Nuh (71):3,
5. ضا ِئ ُل َع ِظ ْي َم ُة
َ ( َفKeutamaan/Ganjaran yang besar)
Banyak keutamaan dan ganjaran yang akan diberikan oleh Alloh swt dan
dijanjikan oleh Nabi-Nya saw mengenai dua kalimat syahadat :
Qs. Az-Zukhruf (43):86,
Syarat ini menjadi bagian dari ilmu tentang syahadatain yang wajib
diketahui. Tanpa adanya syarat ini, maka para ulama bersepakat
syahadat yang diucapkan tidak akan bermanfaat dunia dan akhirat, inilah
yanag menjadi pengikat syahadat.
SYARAT SAHNYA SYAHADAT ‘LAA ILAHA ILLALLOH’
Kenapa syahadat harus memenuhi syarat sah? Telah dimaklumi dari
beberapadalil yang terdapat dalam al-Qur’an, Hadits shahih dan
perkataan para ulama, bahwa lafazh Syahadatain akan dianggap sah dan
diterima secara syar’i, jika terpenuhi beberapa syarat, yaitu :
1. Bil Lisan
Didhahirkan dengan ucapan lisan :( إقرار ب ا لسا نlihat penjelasan &
komentar para Ulama tentang kewajiban melafazkan syahadat dengan
ikrar lisan).
ْن َمسْ ٌعو ٍد َ :ف َقا َل ,الَ َي ِح ُّل َد ُم َرج ٍُل َي ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هللاُ َ ,عنْ َع ْب ِد ِ
هللا ب ِ
الزا ِني سَ ,و َّ
الثيِّبُ َّ هللا ِإالَّ َأ َح ُد َثالَ َث ِة َن َف ٍر :ال َّن ْفسُ ِبال َّن ْف ِ
َ ,وَأ ِّني َرسُو ُل ِ
َأ ار ُق لِ ْل َج َم َ
ك اِإْلسْ الَ ِم (رواه مسلم) ار ُك لِ ِد ْي ِن ِه ْ ,و َقا َل َ :ت ِ اع ِة ال َّت ِر ُ َو ْال ُم َف ِ
“Dari Abdulloh bin Mas’ud r.a Berkata Rosul saw bersabda : “Tidak halal
darah seorang Muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat,
kecuali dengan tiga perkara : jiwa dengan jiwa, pezina muhshan, dan
orang yang keluar dari jama’ah yakni meninggalkan Din-nya, atau dengan
kata lain, “keluar dari Islam”. (H.R. Muslim dalam Musnad Imam Abdulloh
bin Mubarak, Juz 1, hal.181).
((:وَأ َنا آ ُم ُر ُك ْم
صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َ ث اَأْل ْش َع ِريِّ َح َّد َث ُه َع ِنال َّن ِبيَّ َ ار َِعنْ ْال َح ِ
اع ُة َفِإ َّن ُه َمنْ س هللاُ اَ َم َر ِني ِب ِهنَّ ال َّس ْم ُع َو َّ
الطا َع ُة َو ْال ِج َها ُد َو ْال ِهجْ َرةُ َو ْال َج َم َ ِب َخ ْم ٍ
ار َق ْال َج َما َع َة ِق ْي َد ِشب ٍْر َف َق ْد َخ َل َع ِر ْب َق َة اِإْلسْ الَ ِم ِمنْ ُع ُنقِ ِه ِإالَّ َأنْ َيرْ ِج َع َو َم ِن َف َ
هللا َو ِانْ ث َج َه َّنم (( َف َقا َل َر ُج ٌل َ :يا َرسُو ِ ا َّد َعى َدعْ َوى ْال َجا ِهلِ َّي ِة َفِإ َّن ُه ِمنْ ُج َثا ِ
هللا الَّ ِذي َسمَّا ُك ُم
ُوابدَ عْ َوى ِ صا َم َفا ْدع ِ صلَّى َو َ ((وِإنْ َ صا َم؟ َقا َل َ : صلَّى َو َ َ
هللا)) رواه أحمد و الترمذي ْالمُسْ لِ ِمي َْن ْالمُْؤ ِم ِني َْن ِع َبا َد ِ
Berkata Rosul saw : “Dan aku perintahkan kepadamu dengan lima perkara
sebagaimana Alloh telah memerintahkan kepadaku dengannya : Al-jama’ah,
mendengar, Tha’at, Hijrah, dan Jihad fisabilillah. Karena sesungguhnya
Barangsiapa yang keluar dari jama’ah walaupun sejengkal maka sungguh ia
telah melepaskan tali ikatan Islam dari lehernya kecuali ia kembali
(bertaubat). Dan barangsiapa yang menyeru (berdakwah) dengan seruan
Jahiliyah maka ia akan bertekuk lutut dalam pangkuan jahanam. Berkata
sahabat :”Ya Rosululloh, meskipun ia shjolat dan shoum, berkata Rosul
saw :”Ya, meskipun ia sholat, shoum dan mengaku sebagai Muslim, maka
panggilah mereka dengan panggilan muslim dengan nama-nama yang Alloh
azza wa jalla memberikan nama; yaitu : Muslim, Mu’min dan hamba Alloh”.
(H.R. Ahmad dan Turmudzi, hadits Hasan).
ْ َمن: َقا َل َرسُو ُل هللا صلى هللا علية وسلم: َقا َل,َّاس رضي هللا عنه ٍ ْن َعب ِ َو َع ِن اب
َف ِم ْي َت ُت ُه, ات
َ اع َة ِشبْرً ا َف َم َ َمنْ َف, َْرأى َأ ِمي ِْر ِه َش ْيًئ ا َي ْك َر ُه ُه َف ْل َيصْ ِبر
َ ار َق ْال َج َم
َف َق ْد َخ َل َع ِر ْب َق َةاِإْلسْ الَ ِم ِمنْ ُع ُن ِق ِه: َو ِفي ِر َوا َية. َجا ِهلِي ٌَّة
Dari Ibnu Abbas r.a : bersabda Rasululloh saw : “Barangsiapa melihat
pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, maka bersabarlah, karena
sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan dari jama’ah walaupun
sejengkal, maka matinya dalam keadaan mati Jahiliyah. Dalam riwayat lain,
maka sungguh ia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya.
وال إمارة إال بالطاعة, وال جماعة إال بامارة,ال إسالم إال با الجماعة
وال طاعة إال بالبيعة
“Tidak ada Islam kecuali dengan adanya Jama’ah, tidak ada jama’ah
kecuali dengan adanya Imaroh, dan tidak adaa Imaroh (kepemimpinan)
kecuali dengan adanya ketha’atan dan tidak ada ketha’atan kecuali
dengan bai’at”. (H.R. Ad-Darimi).
Hadits-hadits Nabi saw tersebut mengandung nilai hukum, bahwa seorang
muslim akan sempurna dan sah keislamannya jika ia memiliki komitmen
yang benar terhadap al-jama’ah. Rusaknya nilai Syahadat, jika ia keluar
dari aqidah yang dianutnya dan keluar dari jama’ah yang
diperjuangkannya.
Persoalan mendasar, jama’ah mana yang dimaksud dalam hadits
tersebut? Tentunya jama’ah yang syar’i, sesuai dengan Minhaj Nubuwwah
(pola sunnah Rosul) yaitu jamaatul Harokah wa Daulah, jama’ah yang
berdiri diatas prinsip Tauhid “Laa Ilaha Illallah” dan dibawah
kepemimpinan Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh DR.Safar bin
Abdurrahman al-Hawaly :
ض َها ْال ُخرُو ُج ُع َلى اِإَل َم ِام ُ َو َن ِق ْي, ه َُو ِاجْ ِت َما ُع ْلمُسْ لِ ِمي َْن َع َلى َطا َع ِة ِإ َم ِام َح ٍق
ار ٌج َ
خ ه
ُ َّ
ن ُ َف َمنْ َخ َر َج َع َل ْي ِه َف َي, ت َع َل ْي ِه اُأْل َم ُة
َأ: طلُ ُق َع َل ْي ِه ْ ْال َح ِّق ا َل ِذي ِاجْ َت َم َع
ِ
ِم َناِإْلسْ الَ ِم
Jama’ah adalah berkumpulnya kaum muslimin dengan tha’at kepada
pemimpin yang haq, dan kebalikannya adalah keluar dari ketha’atan
kepada Imam yang haq dimana umat berhimpun diatasnya, maka
barangsiapa yang keluar dari keterikatannya (loyalitas kepada Imam),
maka sesungguhnya ia telah keluar dari Islam”. (DR.Safar bin
Abdurrahman al-Halawi dalam kitab takfir wa dowabhit,1/142).
Dalam terminologi fiqih “Kepemimpinan Islam” disebut dengan istilah
Imaroh atau sama dengan istilah Khilafah, Imamah, sedangkan makna
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh syaikh Rasyid Ridho dalam kitab al-
Khilafah :
ُ َ َثال,ارةُ ْالمُْؤ ِم ِني َْن
ث َ َوِإ َم,ُظ َمى ْ َوا َما َم ُة الع,ْف ِب ْال ِخاَل َف ِة اَ ْل ِخاَل َف ُة
ٌ ال َتعْ ِري
ِإْل
اس ُة ْال ُح ُكو َم ِةاِإْلسْ الَ ِم َي ِة ْال َجا ِم َع ِة
َ َوه َُو ِرَئ,ت َمعْ َنا َها َوا ِح ٌد ٍ َكلِ َما
ْن َوال ُّد ْن َيا
ِ صالِ ِحال ِّدي
َ لِ َم.
Definisi Khilafah: Khilafah, Imamah uzhma’, Imaraotul Mu’minin. Tiga
makna yang sama, yaitu sebagai Kepala pemerintahan Islam yang
mengurus kemashlahatan Agama dan dunia. (Khilafah,1/34).
Kesimpulan: Bahwa hakikat al-jama’ah syar’iyah yang dimaksud dalam
setiap makna hadits dan atsar ialah sebuah “Khilafah Islamiyah”.
Sedangkan fungsi jma’ah dalam kaitannya dengan iqrar syahadat ialah
sebagai pengikat dan penguat status keISlaman dan penjamin
perlindungan terhadap jiwa dan harta. (lihat Hadits tentang haramnya
darah seorang Muslim kecuali dengan meninggalkaan Jama’ah).
َ َأ َّم ال ُن ْط ُق ِب َها ِمنْ َغي ِْر َمعْ ِر َف ٍة ِب َمعْ َنا َها َوالَ َع َم ٍل ِب ُم ْق َت
ضا َها َفِإ َن ُه َغ ْي ُر َنا ِف ٍع
َب ْل َت ُكونُ حُجَّ ًة َع َل ْي ِه,اع
ِ ِباِإْلجْ َم
Adapun mengikrarkan syahadat tanpa mengetahui maknanya
dan tidak menjalankan tuntunannya, maka sesungguhnya syahadat itu
tidak bermanfaat menurut ijma para ulama, apalagi sebagai hujjah
baginya.
RUKUN-RUKUN SYAHADAT
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, mengatakan bahwa para
ulama sepakat menentukan rukun Laa Ilaha Illallah, ada dua :
1. Menafikan (meniadakan), Laa ilaha (tidak ada ilah/yang berhak diibadahi),
maksudnya membatalkan atau menggugurkan semua bentuk kemusyrikan
dan mengingkari semua apa yang diibadahi selain Alloh yakni THOGUT.
(Lihat makna Thogut dan jenis-jenisnya dalam kitab majmuatut-Tauhid,
tentang risalah makna Thogut).
2. Menetapkan (itsbat), Illallah (kecuali Alloh saja), maksudnya hanya Alloh
satu-satunya al-Ma’bud (yang berhak diibadahi dan ditha’ati secara
mutlak).
Pengertian rukun ini tertuang dalam Qs. Al-Baqoroh (2):256,
َ ِت َويُْؤ ِمنْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد اسْ َت ْم َس َك ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َق ٰى اَل ا ْنف
صا َم َل َها ِ الطا ُغوَّ • َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب
ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم
• Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut – makna rukun pertama
(menafikan). Dan hanya beriman kepada Allah saja – bermakna rukun kedua
(menetapkan), maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Rukun Syahadat “Laa Ilaha Illallah” ada dua perkara, sebagaimana bunyi
Hadits Nabi Berikut ini :
قوله َ (:منْ َقا َل ال إله إال هللا َو َك َف َر ْي َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ
هللا)...
ْن
مْري ِ ث ِبَأ َ الدَم فِى َه َذا ْال َح ِد ْي ِ ال َو ِ اعلم أن النبى صلى هللا عليه وسلم َعلَّ َق َعصْ َم َة ْال َم ِ
ْث َك َما ْن َك َما ه َُو َقيَّدَ فِى َق ْولِ َها فِى َغي ِْر َما َح ِدي َ هللا َعنْ ِع ْل ٍم َو َي ِقي ٍ األول َ :ق ْو ُل الَ ِإ َل َه ِإالَّ ِ
َت َق َّد َم
ف ِباللَّ ْف ِظ ْالم َُجرَّ ِد َع ِن ْال َمعْ َنى َب ْل الَ ُب َّد ِوال َثا ِنى :اَ ْل ُك ْف ُر ِب َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ
هللا َف َل ْم َي ْك َت ِ
ِمنْ َق ْولِ َها َو ْال َع َم ِل ِب َها
فمن يكفر با لطا غوت ويؤمن باهللا فقد استمسك بالعروة } قلت :وفيه معنى
{الوثقى ال انفصام لها ”“256:2
ُص ِنفُ رحمه هللا تعلى َ ( :و َه َذا ِمنْ َأعْ َظ ِم َما ُي َبيِّنُ َمعْ َنى ال اله اال هللا َفِإ َّن ُه َل ْم َقا َل ْالم َ
ال َب ْل َوالَ َمعْ ِر َف ُة َمعْ َنا َها َم َع َل ْف ِظ َها َب ْل َوالَ صمًا لِ َّد ِم َو ْال َم ِ ظ ِب َها َعا ِ َيجْ َع ِل اللَّ ْف ُ
ْك َل ُه َب ْل الَ ي َُحرَّ ُم َما لُ ُه َودَ هللا َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ ك َب ْل َوالَ َك ْو ُن ُه الَ َي ْدعُو ِإالَّ َ اِإل ْق َرا ُر ِب َذلِ َ
ك َأ ْو َت َر َّد دَ َل ْم ي َُحرَّ ُم ك ْال ُك ْف ِر ِب َما يُعْ َب ُد ِمنْ ُد ْو ِن ِ
هللا َفِإنَّ َش َّ ْف ِإ َلى َذلِ َ ُضي َ ُم ُه َح َّتى ي ِ
َمالُ ُه َودَ ُم ُه
Rasululloh saw bersabda : (Barangsiapa yang mengucapkan
(mengikrarkan) “Laa Ilaha Illallah” dan mengingkari terhadap apa yang
disembah selain Alloh…”), ketahuilah bahwasannya Nabi saw berkomentar :
terjaganya harta dan darah seseorang dalam hadits tersebut karena dua
perkara :
Pertama : Ikrar Laa ilaha Illallah dengan pengetahuan dan keyakinan
sebagaimana ia menjadi pengikat dalam pengucapkan Laa ilaha Illallah dalam
keterangan hadits terdahulu.
Kedua : “Ingkar kepada apa yang disembah selain Alloh”. Maka tidak
cukup dengan lafadz saja, akan tetapi wajib mengikrarkan ‘Laa ilaha Illallah’.
Dan mengamalkannya. Hal ini sebagaimana terdapat firman Alloh surat al-
Baqoroh (2) :256.
Berkata (pengarang) kitab syarah Tauhid : “Hadits ini menjadi
perkara besar yang menjelaskan tentang makna Laa Ilaha Illallah.
Sesungguhnya ucapan tauhid Laa Ilaha Illallah saja tidak cukup menjadi
terjaganya darah darah dan harta tanpa diiringi pengetahuan akan makna dan
lafadznya, bahkan ikrar sekalipun terhadap penetapan tauhid tersebut berupa
menjadikan Alloh saja yang diibadahi dengan tidak mempersekutukan-Nya,
belumlah cukup untuk diharamkan harta dan darahnya sampai ia mengingkari
apa saja yang disembah selain Alloh. Dan jika ia masih ragu-ragu maka
belumlah juga diharamkan darah dan hartanya.
KANDUNGAN SYAHDATAIN (madlulul syahadah)
1. Al-Iqror
Ikrar yang bermaksna pernyataan atau proklamasi yang berupa
pernyataan pembebasan diri dari ikatan jahiliyah kepada ikatan Islam. Qs. Ali
Imron (3):18. Lihat pula Qs. Ali Imron (3):81,
ُ • َش ِه َد هَّللا ُ َأ َّن ُه اَل ِإ ٰ َل َه ِإاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َك ُة َوُأولُو ْال ِع ْل ِم َقاِئمًا ِب ْال ِقسْ ِط ۚ اَل ِإ ٰ َل َه ِإاَّل ه َُو ْال َع ِز
يز ْال َح ِكي ُم
• Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
َ ب َوح ِْك َم ٍة ُث َّم َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ُم
ص ِّد ٌق لِ َما َم َع ُك ْم ٍ ِّين َل َما آ َت ْي ُت ُك ْم ِمنْ ِك َتاَ اق ال َّن ِبيَ • َوِإ ْذ َأ َخ َذ هَّللا ُ مِي َث
َل ُتْؤ ِم ُننَّ ِب ِه َو َل َت ْنصُرُ َّن ُه ۚ َقا َل َأَأ ْق َررْ ُت ْم َوَأ َخ ْذ ُت ْم َع َل ٰى ٰ َذلِ ُك ْم ِإصْ ِري ۖ َقالُوا َأ ْق َررْ َنا ۚ َقا َل َفا ْش َه ُدوا
َ َوَأ َنا َم َع ُك ْم م َِن ال َّشا ِهد
ِين
• Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang
kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman:
"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian
itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
2. Al-Qasam = Al-Aiman.
Sumpah yang mengandung konsekwensi, dengan mengakui kebenaran
tauhid dan menjalankan tuntunannya. Qs. An-Nahl (16):91-92,
َ َوَأ ْوفُوا ِب َع ْه ِد هَّللا ِ ِإ َذا َعا َه ْد ُت ْم َواَل َت ْنقُضُوا اَأْل ْي َم
َ ان َبعْ دَ َت ْو ِكي ِد َها َو َق ْد َج َع ْل ُت ُم هَّللا •
َ َُع َل ْي ُك ْم َك ِفياًل ۚ ِإنَّ هَّللا َ َيعْ َل ُم َما َت ْف َعل
ون
• Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
ون َأ ْي َما َن ُك ْم دَ َخاًل َ ت َغ ْز َل َها ِمنْ َبعْ ِد قُوَّ ٍة َأ ْن َك ًاثا َت َّت ِخ ُذ ْ ض َ َواَل َت ُكو ُنوا َكالَّ ِتي َن َق •
ُ ُون ُأم ٌَّة ِه َي َأرْ َب ٰى ِمنْ ُأ َّم ٍة ۚ ِإ َّن َما َي ْبل
وك ُم هَّللا ُ ِب ِه ۚ َو َل ُي َب ِّي َننَّ َل ُك ْم َي ْو َم َ َب ْي َن ُك ْم َأنْ َت ُك
ونَ ُْال ِق َيا َم ِة َما ُك ْن ُت ْم ِفي ِه َت ْخ َتلِف
• Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan
sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu
golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
3. Al-Mitsaq
Ikrar yang mengandung perjanjian, yaitu kesiapan untuk mengikhlaskan
diri dalam menjalankan ketha’atan kepada Alloh dengan tidak
mempersekutukan-Nya. Qs. Al-Maidah (5):7,
ۖ • َو ْاذ ُكرُوا ِنعْ َم َة هَّللا ِ َع َل ْي ُك ْم َو ِمي َثا َق ُه الَّ ِذي َوا َث َق ُك ْم ِب ِه ِإ ْذ قُ ْل ُت ْم َس ِمعْ َنا َوَأ َطعْ َنا
ور
ِ د ُ ص
ُّ ال ت
ِ ا َ
ذ ب
ِ م
ٌ ي ِ ل ع
َ َ هَّللا َّنِإ ۚ َ هَّللا َوا َّتقُوا
• Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan
kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Mengetahui isi hati(mu).
REALISASI SYAHADAT (TAHQIQU SYAHADATAIN)
1. Al-Harokah wal Jihad
Adanya komitmen perjuangan dan jihad dalam rangka membela tauhid.
Qs. At-Taubah (9):19-20,
ار َة ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام َك َمنْ آ َم َن ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآْل ِخ ِر َو َجا َه َد ِفي َ • َأ َج َع ْل ُت ْم ِس َقا َي َة ْال َحا ِّج َو ِع َم
ين
َ الظالِ ِمَّ ون ِع ْندَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ اَل َي ْه ِدي ْال َق ْو َم
َ ُيل هَّللا ِ ۚ اَل َيسْ َتو ِ َس ِب
• Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.
َ يل هَّللا ِ ِبَأمْ َوا ِل ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم َأعْ َظ ُم
ِ دَر َج ًة ِع ْندَ هَّللا ِ اجرُوا َو َجا َه ُدوا ِفي َس ِبَ ين آ َم ُنوا َو َه َ • الَّ ِذ
َ ۚ َوُأو ٰ َلِئ
َ ك ُه ُم ْال َفاِئ ُز
ون
• orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Qs. An-Nisa (4):95,
ِ يل هَّللا
ِ ون ِفي َس ِب َ ين َغ ْي ُر ُأولِي الض ََّر ِر َو ْالم َُجا ِه ُد َ ون ِم َن ْالمُْؤ ِم ِن َ اع ُد ِ • اَل َيسْ َت ِوي ْال َق
ين د ََر َج ًة ۚ َو ُكاًّل َ ين ِبَأم َْوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم َع َلى ْال َقا ِع ِد
َ ض َل هَّللا ُ ْالم َُجا ِه ِد َّ ِبَأم َْوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم ۚ َف
ين َأجْ رً ا َع ِظيمًا َ اع ِد ِ ين َع َلى ْال َق َ ض َل هَّللا ُ ْالم َُجا ِه ِدَّ َو َع َد هَّللا ُ ْالحُسْ َن ٰى ۚ َو َف
• Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka
dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas
orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan
pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang
duduk dengan pahala yang besar.
2. Al-Imaroh wa Daulah
Memiliki kepemimpinan dan Negara yang merupakan wasilah atau wadah dalam pengabdiannya
kepada Alloh berupa tha’at kepa Ulil Amri (pemimpin) dan Daulah Islam. Qs. An-Nisa (4):59,
َ ين آ َم ُنوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا الرَّ سُو َل َوُأولِي اَأْلم ِْر ِم ْن ُك ْم ۖ َفِإنْ َت َن
ازعْ ُت ْم ِفي َ • َيا َأ ُّي َها الَّ ِذ
ُك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسن ٰ ِ َشيْ ٍء َف ُر ُّدوهُ َلى هَّللا ِ والرَّ سُول نْ ُك ْن ُتم ُتْؤ ِم ُنون باهَّلل ِ و ْالي ْوم اآْل
َ ِخ ِر ۚ َذل ِ َ َ ِ َ ْ ِ ِإ َ ِإ
َتْأ ِوياًل
• Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
3. Al-wala wal Baro’
Memiliki prinsip loyalitas (kesetiaan, dukungan penuh) kepada Alloh, Rosul dan
Ulil Amri. Dan Baro’ (melepaskan, meninggalkan) ikatan-ikatan kepada Thogut.
Qs. An-Nisa (4):76,
َّ يل
ِ الطا ُغو
ت ِ ون فِي َس ِب َ يل هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذ
َ ُين َك َفرُوا ُي َقا ِتل ِ ون فِي َس ِبَ ُين آ َم ُنوا ُي َقا ِتل
َ الَّ ِذ •
ض ِعي ًفا َ انَ ان َكِ ْطَ ان ۖ ِإنَّ َكيْدَ ال َّشي
ِ ْطَ َف َقا ِتلُوا َأ ْولِ َيا َء ال َّشي
• Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
4. Iqomatu ad-Din
Menegakkan dan memperjuangkan ad-Din sebagai misi utama perjuangan
syahadah. Qs. Al-Anfal (8):39,
َ ُون ال ِّدينُ ُكلُّ ُه هَّلِل ِ ۚ َفِإ ِن ا ْن َت َه ْوا َفِإنَّ هَّللا َ ِب َما َيعْ َمل
ون َ ون فِ ْت َن ٌة َو َي ُك
َ َو َقا ِتلُو ُه ْم َح َّت ٰى اَل َت ُك •
صي ٌر ِ َب
• Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-
mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Qs. Asy-Syuro (42):13,
ص ْي َنا َّ ْك َو َما َو َ ين َما َوص َّٰى ِب ِه ُنوحً ا َوالَّ ِذي َأ ْو َح ْي َنا ِإ َلي ِ • َش َر َع َل ُك ْم ِم َن ال ِّد
ين َواَل َت َت َفرَّ قُوا ِفي ِه ۚ َكب َُر َع َلى َ يس ٰى ۖ َأنْ َأ ِقيمُوا ال ِّد َ ِب ِه ِإب َْرا ِهي َم َومُو َس ٰى َو ِع
ْين َما َت ْدعُو ُه ْم ِإ َل ْي ِه ۚ هَّللا ُ َيجْ َت ِبي ِإ َل ْي ِه َمنْ َي َشا ُء َو َي ْه ِدي ِإ َل ْي ِه َمنَ ْال ُم ْش ِر ِك
ُُي ِنيب
• Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).
KESIMPULAN HUKUM TENTANG SYAHADAT
1. Syariat syahadat berdasarkan dalil hukumnya “wajib ditegakkan dan
dilaksanakan” menurut keumuman dalil yang diambil (baik dari Al-Qur’an,
al-Hadits maupun Aqwal Ulama).
2. Syariat syahadat berlaku umum bagi setiap manusia untuk diikrarkan dan
lebih utama bagi Muslim kauni atau keturunan, karena tidak ada dalil
khusus yang mentaqyid (membatasi) bahwa syahadat hanya berlaku buat
orang kafir (Nashrani, Yahudi, Budha, Hindu, dll). Selama tidak ada dalil
yang mengkhususkan, maka wajib mengamalkan keumuman dalil. Artinya
syariat syahadat berlaku sholihun li kulli zaman wa makan (syahadat
adalah syariat yang sesuai dengan zaman dan tempat).
3. Syariat syahadat yang dimaksud untuk ditegakkan bagi setiap muslim
adalah syahadat syar’iyah yang dilandasi dengan memenuhi syarat
diterimanya syahadat, syarat sahnya, rukunnya serta tuntunannya
berdasar Hadits Shohih & Ijma’ para ulama.
4. Mengingkarkan syahadatain adalah syarat awal masuknya seseorang ke
dalam Islam.
5. Syahadat tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan komitmen untuk
meninggalkan syirik dan mengkufuri thogut serta bergabung dengan al-
jama’ah dan menegakkannya.
6. Meninggalkan al-jama’ah, atau berpisah dari al-jama’ah, dapat
mengugurkan atau merusak nilai syahadat, sekaligus mengugurkan
terjaganya harta & darah.
7. Kehadiran al-jama’ah adalah sebagai syuhada ‘ala an-Nas (sebagai saksi
atas seluruh manusia) dalam rangka menegakkan “Laa Ilaha Illallah
Muhammadan Rosululloh”.