dan martabat manusia, karena melalui ilmu pengetahuan manusia mampu melakukan
eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah.
”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan.” (HR
Ibnu Majah)
Menuntut ilmu kapan saja dan dimana saja sekalipun sampai ke negeri Cina.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
”Carilah ilmu meskipun hingga ke negeri Cina” (HR. Ibnu Abd Al-Baar)
Begitu juga menuntut ilmu bersifat terus menerus dan tidak pernah berhenti selama
masih hidup, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
i. ”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan hadis tersebut diatas dinyatakan bahwa belajar atau menuntut ilmu wajib bersifat terus
menerus atau berkesinambungan, dan tidak akan pernah berhenti selama nasih hidup tanpa batas
waktu, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Begitu juga menuntut ilmu itu tanpa mengenal jarak atau tempat ,
Ulama atau orang yang berilmu dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah. Tidak ada yang takut kepada Allah dengan sebenar–benarnya kecuali orang-
orang yang fikirannya cemerlang dan tampak oleh mereka kekuasaan dan kebesaran-Nya di
alam jagat raya ini. Mereka itulah yang disebut sebagai ulama atau orang-orang yang berilmu
pengetahuan.
Pada ayat lain Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan melalui
firman Nya:
Allah mengunggulkan orang-orang yang berilmu pengetahuan atas orang yang tidak berilmu melalui
firman Nya:
Shihab (1999) dalam bukunya Wawasan al-Quran menyatakan bahwa menurut pandangan al-
Quran seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua macam yaitu :
1. Ilmu ladunni, yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh tanpa upaya manusia
2. Ilmu Kasbi, yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh karena usaha manusia.
Ilmu ladunni
Ilmu laduni adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, diberikan Allah kepada hamba-Nya melalui
berbagai bentuk petunjuk seperti, antara lain bisikan hati dan kewaspadaan mata hati. Keberadaan ilmu
ladunni di dalam al-Quran sebagaimana firman Allah.:
Kata ladunni berasal dari kata ladunna pada ayat di atas yaitu ’ladunna ’ilmaa’ atau ilmu ladunni yang di
sebut juga ilmu dari sisi Allah. Keterangan lebih lengkap kisah yang terkait dengn ilmu ladunni dapat
dibaca dalam surat Kahfi ayat 18 samapi ayat 82. Dalam ayat–ayat tersebut dikisahkan tentang
kemampuan yang diberikan Allah. kepada Nabi Khaidir yang atas izin-Nya dapat mengetahui secara
ghaib tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Selain itu, ayat-ayat tersebut juga
memberikan pengertian umum tentang keberadaan ilmu ladunni, antara lain, ilmu itu adalah ilmu dari sisi
Allah yang diperoleh dengan penuh kesabaran dan perjuangan, serta diberikan Allah. kepada orang yang
dikehendaki-Nya saja.
Perlu diketahui dan diyakini, walaupun dalam surat Kahfi ayat 18 sampai dengan 82 yang disebut
sebagai hamba yang dikehehdaki Allah adalah Nabi Khaidir yang dikarenakan kenabiannya, tentu dapat
dipastikan memiliki keimanan, kesucian diri dan amal shaleh yang tinggi namun semua atas izin Allah.
Khairuddin (2003) dalam buku Pemikiran Nilai dan Etika Pendidika Islam, menyatakan bahwa
Nabi Adam As. Mendapat ilmunya langsung dari Allah Ta’ala baik tentang hal-hal yang empiris maupun
non empiris, duniawiyah maupun ukhrawiyah, sebagai bekal yang diperlukannya untuk menjadi khalifah
di bumi.
Nabi Nuh As. bukan seorang tukang kayu dan bukan seorang pelaut, dengan ilmu langsung dari
Allah. mampu membuat kapal yang bukan sembarang kapal, sekali jadi tanpa proses trial and error yang
berada jauh dari permukaan laut. Sebuah kapal dengan kontruksi dan teknologi yang empiristik terbukti
mampu mangatasi air bah yang telah menenggelamkan segalanya kecuali yang berada diatas kapal
tersebut.
Nabi Isa dengan ilmu ladunninya mampu menyembuhkan penyakit lepra dan kebutuhan dalam
waktu sekejap. Beliau bahkan mampu menciptakan seekor burung dari burung-burungan tanah liat.
Beliau juga mampu mengetahui apa-apa yang ada diluar batas pandangan mata. Semua ini termasuk
menyangkut hal-hal yang empiristik indrawiyah.
Nabi Muhammad Saw. Mendapat ilmu langsung dari Allah. tentang prinsip segala sesuatu. Dari
masalah-masalah kemanusiaan sampai kemasalah–masalah ketuhanan. Dari masalah biologi sampai
masalah astronomi. Dari masalah kehidupan sampai kemasalah kematian dan sesudah mati. Dari masalah
individu sampai masalah komunitas. Dari sejarah masa lalu sampai estimasi masa depan.
Beliau para Nabi tersebut memang bukan saintis, tetapi jelas adalah ilmuwan yang bukan sembarang
ilmuwan. Beliau adalah super ilmuwan, karena ontologinya yang universal serta axiologinya yang nyata-
nyata membawa manfaat dan kesejahteraan bagi manusia, tanpa memerlukan epistemology manusiawi
yang serba terbatas.
Berdasarkan ayat tersebut bagi orang awam dapat menekuni ilmu laduni, yang pasti untuk
mendapatkan ilmu itu, yaitu untuk mendapatkan petunjuk Allah secara langsung harus beriman kepada-
Nya, mensucikan diri dan beramal saleh serta senantiasa memohon petunjuk-Nya secara sungguh-
sungguh.
Mulyadi dalam bukunya Pengantar Ilmu Laduni (2002) menjelaskan bahwa untuk menekuni ilmu
ladunni harus melalui tahapan :
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang
dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS.Al-Ankabut (29):5).
Berusaha untuk mendapatkan petunjuk-Nya dan menghambakan diri secara benar. Sebagaimana
firman-Nya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa. (QS.Al-Baqarah (2):177)
3. Mensucikan diri
Untuk memperoleh petunjuk Allah harus mensucikan diri secara lahir ( jasad) dan batin ( ruh).
Suci lahir adalah terhindar dari kotoran atau hadas yang melekat pada kulit dan pakaian serta
terhindar dari makanan yang diharamkan Allah. Sedang suci batin adalah terhindar dari
mengerjakan pekerjaan yang buruk dan keji serta terhindar dari penyakit yang ada di dalam dada
seperti dengki, dendam, sombong, iri, serakah, tamak dan lainnya. Suci lahir dapat dibersihkan
dengan cara mandi dan berudhuk serta mengkonsumsi makanan halal dan baik. Sedangkan suci
batin hanya dapat dibersihkan dengan bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benar
taubat. Taubat ini sesungguhnya adalah mensucikan diri dari dosa-dosa yang ada. Sebagaimana
firman Allah.:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS.Ali Imran (3):133)
4. Memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang selalu mengintai manusia dalam
keadaan lengah. Melintaskan dalam angan-angan segala keindahan dan kenikmatan yang
merupakan tipudaya semata. Sebagaimana firman Allah. :
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (QS.An-Nisa’
(4):120)
5. Mengujudkan rasa syukur, dalam bentuk jihad harta dan jiwa, seperti menafkahkan sebagian
harta, memberi makan anak yatim dan orang miskin dan selalu berbuat baik kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah. :
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah, dan Itulah orang-
orang yang mendapat kemenangan. (QS. At.Taubah (9):20)
7. Meningkatkan ketakwaan dengan cara meningkatkan amal saleh secara terus menerus dan
meninggalkan larangan Allah. Sebagimana firman Allah:
8. Tafakur mengevaluasi diri sendiri serta memahami kebesaran, keindahan dan kemuliaan Allah.
sambil memohon petunjuk-Nya, Firman Allah:
9. Senantiasa megingat Allah, bertasbih terutama pada malam hari dan setelah salat. Sebagaimana
firman Allah:
Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.
(QS.Qaf (50):40).
Ilmu kasbi
Ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, melalui pemikiran dan penalaran,
(mengamati, memperhatikan, memikirkan dan menyelidiki dengan seksama).
Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat ilmu kasbi jauh lebih banyak dibicarakan dari pada ilmu ladunni.
Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang ilmu mengajak untuk berfikir, dan sanjungan kepada orang-
orang yang suka menggunakan fikiran yang disebut ilmuwan, adalah bukti autentik yang tidak dapat
diragukan lagi akan sangat pentingnya kedudukan ilmu dalam Islam.
Rahmah (2004) dalam bukunya Islam Untuk Disiplin Ilmu Teknologi menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan manusia diperoleh dari dua arah, yaitu dari atas dan bawah. Dari atas maksudnya dari wahyu
yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, sedangkan dari bawah maksudnya dari realitas yang ada di alam
ini melalui pengamatan, pendengaran, perasaan, pengalaman. Wahyu mengandung pengetahuan yang tak
terhingga, yang tak pernah habis dikaji sekalipun manusia melakukan pengkajian sepanjang sejarah
kehidupannya. Hal ini Allah nyatakan dalam firman-Nya :
Allah mengajarkan kepada manusia tentang apa yang tidak diketahuinya, sedangkan pengetahuan itu diperlukan
manusia dalam hidupnya, sebagaimana Allah jelaskan melalui wahyu yang pertama Dia turunkan kepada Nabi
Muhammad dalam firman-Nya :
Manusia diperintahkan untuk memperhatikan, menggali, pengamatan, dan penelitian alam, sebagaimana
Allah berfirman :
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa setiap muslim wajib atau fardhu ’ain belajar atau
menuntut ilmu yang berkaitan dengan agama secara terus menerus. Wajib atau fardhu kifayah belajar
untuk ilmu pengetahuan yang bersifat umum. Seluruh muslim dalam kehidupannya harus dituntun sesuai
dengan ajaran agama. Tetapi untuk menguasai bidang-bidang ilmu tertentu harus ada yang mewakilinya