Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENGERTIAN ILMU TAUHID

Pembahasan tentang Ilmu Tauhid harus dimulai dengan pemahaman


terhadap arti atau makna Ilmu Tauhid. Hal ini penting mengingat bahwa
pemahaman terhadap makna dasar dari suatu Ilmu akan menentukan arah
pembahasan lebih lanjut dari Ilmu tersebut.

Berikut ini arti atau makna Ilmu Tauhid berdasarkan asal-usul kata
(etimologi) dan secara Istilah (terminologi), serta beberapa pendapat para ulama.

A. Pengertian Ilmu Tauhid secara Etimologi


Secara etimologi (asal-usul kata), Ilmu Tauhid tersusun dari dua kata
yaitu “Ilmu” dan “Tauhid”.

Kata “Ilmu” ( ُ ‫َالْ ِعمْل‬ ) berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata َ ‫ عَمِل‬yang
artinya "telah mengetahui".

Adapun kata “Tauhid” ( ُ‫ ) َالتَّ ْو ِحيد‬berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata
َ‫َو َّحد‬ yang artinya “mempersatukan”, “menyatukan”, “menggabungkan”,
“memadukan”, “mengintegrasikan”, “menghubungkan” atau “membakukan”.

Makna dari kata Tauhid sebagaimana dimaksud dalam syari’at Islam

yaitu ‫ َا ِأْل ْع ِت َقا ُد ب َِو ْحدَ ِن َي ِة الل ّٰ ِه‬yang artinya keyakinan atas ke-Esaan Allah SWT.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Syarah Sahih

Bukhari (2010 : 444), kata ُ‫ َالتَّ ْو ِحيد‬merupakan bentuk mashdar dari kata – َ‫َو َّحد‬
ُ‫ ي ُ َو ِّحد‬yang berarti “menjadikan sesuatu itu satu (mengesakan)”.

B. Pengertian Ilmu Tauhid secara Terminologi


Secara Terminologi (Istilah), Ilmu Tauhid dapat dimaknai sebagai :

. ‫هللا الْ َم ْع ُب ْو َد اِب لْ ِع َبا َد ِة َم َع ا ِأْل ْع ِت َقا ِد َو ْحدَ ِت ِه َوالتَّ ْص ِديْ ُق هِب َا َذااًت َو ِص َفااًت َو َافْ َعااًل‬
َ ‫َالتَّ ْو ِح ْيدُ ه َُو ِعمْل ٌ ي َ ْقتَ ِد ُر ِا َّن‬
Artinya : “Ilmu Tauhid yaitu Ilmu yang menetapkan bahwa sesungguhnya
Allah sebagai yang harus disembah, serta meyakini ke-Esaan-Nya, disertai

Pengantar Ilmu Tauhid 1


dengan pengakuan dan penerimaan terhadap ke-Esaan dzat, sifat, dan
perbuatan-Nya.”
C. Terminologi Tauhid menurut Para Ulama
1. Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy : “Ilmu Tauhid adalah Ilmu
yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil-dalil itu
merupakan dalil naqli, dalil aqli, maupun dalil wijdani (perasaan halus)”.
(Ash-Shiddieqy, 2015 : 1);
2. Syeikh Muhammad Abduh : “Tauhid merupakan suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib disifatkan
kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-
Nya, juga membahas tentang Rasul-Rasul-Nya, meyakinkan kerasulan
mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka dan apa yang
terlarang dinisbatkan kepada mereka.” (Purba & Salamuddin, 2016 : 3);
3. Husain Afandi al-Jisr : “Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang membahas tentang
hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang
meyakinkan.” (Purba & Salamuddin, 2016 : 3);
4. Ibnu Khaldun : “Ilmu Tauhid berisi alasan-alasan dari akidah keimanan
dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan
terhadap golongan bid’ah yang dalam bidang aqidah telah menyimpang
dari madzhab salaf dan Ahlus Sunnah.” (Purba & Salamuddin, 2016 : 3);
5. M.T. Thahir Abdul Mu’in : “Tauhid adalah Ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi
sekalian utusan-Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok
dengan akal pikiran sebagai alat bantu untuk membuktikan adanya Dzat
yang mewujudkan.” (Purba & Salamuddin, 2016 : 3);
6. Muhammad Yusuf Musa : “Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan yang Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya baik
dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya, yang mengutus para rasul-Nya untuk
memberi petunjuk kepada alam dan manusia ke jalan kebaikan, yang
meminta pertanggungjawaban seseorang di akhirat dan meberikan
balasan kepadanya atas apa yang telah diperbuatnya.” (Nasrullah, 2019 :
2-3);
7. Ibrahim bin Sa’dullah : “Tauhid yaitu Ilmu yang bertujuan untuk
mengetahui Allah, mengimani-Nya, mengetahui apa yang wajib ada pada-

Pengantar Ilmu Tauhid 2


Nya dan mustahil ada pada-Nya, serta segala sesuatu yang terkait
dengan rukun iman yang enam.” (Nasrullah, 2019 : 3);
8. Hasan Hanafi : “Ilmu Tauhid adalah Ilmu Pengetahuan yang
menempatkan Tauhid sebagai keyakinan pertama atau sebagai keyakinan
induk, dari sini kemudian muncul keyakinan-keyakinan yang lain.”
(Nasrullah, 2019 : 3);
9. Teungku Muhammad Ali Muda : “Ilmu Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang ketuhanan Allah Ta’ala, baik yang berhubungan
dengan dzat-Nya, dengan perbuatan-Nya, maupun yang berhubungan
antara seorang hamba terhadap-Nya.” (Muda, 2019 : 1);
10. Syeikh Muhammad Al-Bajuri : “Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang dengannya
mampu menetapkan aqidah-aqidah keagamaan yang diperoleh dari dalil-
dalil yang meyakinkan.” (Suharto, www.islam.nu.or.id : 07/12/2021).

D. Tauhid sebagai Ilmu dan Aqidah


1. Tauhid sebagai Ilmu
Sebagai ilmu, Tauhid merupakan pengetahuan tentang bahwa Allah
SWT Maha Esa, baik dzat-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya. Selain
itu juga keyakinan terhadap kenabian para nabi dan kerasulan para
rasul, tentang Hari Kiamat, dan apa yang terjadi setelahnya, yang
disusun sedemikian rupa melalui kaidah-kaidah secara sistematis,
berdasarkan sumber-sumber utama yaitu Al-Quran dan Hadits
Rasulullah ‫ﷺ‬.
Ayat Al-Quran berikut mengisyaratkan Tauhid sebagai Ilmu :

)52 : ‫ (ا ٰبرهمي‬. ‫ٰه َذا بَلٰ ٌغ ِللنَّ ِاس َو ِل ُي ْن َذ ُر ْوا بِهٖ َو ِل َي ْعلَ ُم ْوٓا َان َّ َما ه َُو ِاهٰل ٌ َّوا ِح ٌد َّو ِل َي َّذكَّ َر ُاولُ ْواااْل َلْ َب ِاب‬
Artinya : “(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia,
dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka
mengetahui bahwasnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa, dan agar
orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (Q.S. Ibrahim/14 : 52).

‫ (ال‬. ِ ‫هللا َان َّهٗ آَل ِا ٰل َه ِااَّل ه َُو ۙ َوالْ َم ٰل ٓ ِئ َك ُة َو ُاولُواالْ ِعمْل ِ قَآئِ ًما اِب لْ ِق ْسطِ ۗ آَل ِاهٰل َ ِاآَّل ه َُو الْ َع ِز ْي ُز الْ َح ِكمْي‬
ُ َ‫َشهِد‬
)18 : ‫معران‬

Pengantar Ilmu Tauhid 3


Artinya : “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang
berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Ali
Imran/3 : 18).

Dalam suatu peristiwa, para sahabat bertanya kepada Rasulullah


tentang ke-Esaan Allah yang bersifat Qadim (terdahulu) dan alam yang
bersifat baru (huduts), yang merupakan pembahasan utama dalam Ilmu
Tauhid. Sebagaimana dalam sebuah Hadits :

‫هللا عَلَيْ ِه َو َسمَّل َ َو َع َقلْ ُت‬ ُ ‫ َد َخلْ ُت عَىَل النَّيِب ِ ّ َصىَّل‬: ‫هللا َعهْن ُ َما قَا َل‬ ُ َ ‫َع ْن مِع ْ َر َان ا ْب ِن ُح َصنْي ٍ َريِض‬
‫دْ بَرَّش ْ تَنَا‬cc َ‫الُ ْوا ق‬cc َ‫ ق‬. ٍ ‫وا الْبُرْش ى اَي بَيِن ْ تَ ِممْي‬cْ c ُ‫ َا ْق َبل‬: ‫ا َل‬cc ‫ فََأاَت ُه اَن ٌس ِم ْن بَيِن ْ تَ ِممْي ٍ فَ َق‬. ‫اب‬c
ِ c ‫اَن قَيِت ْ اِب لْ َب‬
‫وا الْبُرْش َ ى اَي َاهْ َل الْ َي َم ِن ِا ْذ لَ ْم‬cْ ُ‫ َأ ْق َبل‬: ‫ا َل‬cc‫ مُث َّ َد َخ َل عَلَ ْي ِه اَن ٌس ِم ْن َاه ِْل الْ َي َم ِن فَ َق‬. ) ِ ‫فََأع ِْطنَا ( َم َّرتَنْي‬
: ‫ا َل‬ccَ‫ ق‬. ‫ذا اَأْلمْ ِر‬cَ c‫َأكُل َ َع ْن َه‬c‫اكَ ن َ ْس‬ccَ‫الُ ْوا ِج ْئن‬ccَ‫ ق‬. ‫هللا‬ ِ ‫ قَدْ قَ ِبلْنَا اَي َر ُس ْو َل‬: ‫ قَالُ ْوا‬. ٍ ‫ي َ ْق َبلْهَا ب َ ُن ْوا تَ ِممْي‬
‫ق‬cَ cَ‫ َو َخل‬. ٍ ‫ َو َك َت َب يِف ْ ِّاذل ْك ِر لُك َّ َش ئْي‬. ‫ا ِء‬cc‫ ُه عَىَل الْ َم‬c ‫ َواَك َن َع ْر ُش‬. ‫هللا َول َ ْم يَ ُك ْن َش ئْي ٌ غَرْي ُ ُه‬ ُ ‫اَك َن‬
‫ا‬ccَ ‫ ُع د ُْوهَن‬c‫ ِا َذا يِه َ ي َ ْق َط‬cَ‫ان َْطلَ ْق ُت ف‬cَ‫نْي ِ ف‬c‫ك اَي ْب َن الْ ُح َص‬c
َ c‫ َذ َه َب ْت اَن قَ ُت‬: ‫ا ٍد‬ccَ‫ فَنَا َد ُمن‬. ‫الس َم َو ِات َواَأْل ْر َض‬
َّ
. ‫هللا ل َ َو ِدد ُْت َايِّن ْ ُك ْن ُت تَ َر ْكهُت َا‬
ُ ‫ فَ َو‬. ‫الرَّس َ ُاب‬
Artinya : “Dari Imran bin Hushain RA, dia berkata : ‘Aku masuk
menemui Nabi SAW, dan aku mengikat untaku di depan pintu. Lalu
beberapa orang Bani Tamim mendatangi beliau. Nabi SAW bersabda : ‘
Terimalah kabar gembira wahai Bani Tamim’. Mereka berkata : ‘Engkau
telah memberi kabar gembira kepada kami maka berikanlah kabar
gembira kepada kami’ (hal ini terjadi dua kali). Beberapa saat kemudian
masuklah beberapa orang penduduk Yaman, maka Nabi bersabda,
‘Terimalah kabar gembira wahai penduduk Yaman, karena Bani Tamim
tidak menerimanya.’ Penduduk Yaman berkata : ‘Kami telah
menerimanya wahai Rasulullah’. Kemudian mereka berkata : “Kami
bertanya kepadamu tentang persoalan ini.’ Nabi bersabda, ‘Allah telah
ada, dan belum ada sesuatu selain Dia, Arsy-Nya diatas air, dan Dia
menuliskan segala sesuatu pada Adz-Dzikr, dan dia menciptakan langit
dan bumi’. Tiba-tiba seseorang berseru, ‘Untamu telah pergi wahai Ibnu

Pengantar Ilmu Tauhid 4


Hushain’. Aku pun berangkat dan ternyata unta itu telah terhalang oleh
fatamorgana. Demi Allah, sungguh aku berharap sekiranya aku biarkan
saja unta itu.” (H.R. Bukhari / Fathul Baari Jilid 17, 2002 : 4).
2. Tauhid Sebagai Aqidah
Tauhid sebagai aqidah yaitu suatu keyakinan tentang bahwa Allah
SWT Maha Esa, baik dzat-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya. Selain
itu juga keyakinan terhadap kenabian para nabi dan kerasulan para
rasul, tentang Hari Kiamat, dan apa yang terjadi setelahnya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran :

. ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن هَل ُ ُك ُف ًوا َا َح ٌد‬. ْ ‫ ل َ ْم يَدِل ْ َول َ ْم يُ ْودَل‬. ُ‫الص َمد‬


َّ ‫ َا ُهلل‬. ‫هللا َا َح ٌد‬
ُ ‫قُ ْل ه َُو‬
Artinya : “Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan
tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas/112 : 1-
4).

‫الس ٰمٰو ِت َواَأْل ْر ِض ۗ َج َع َل لَمُك ْ ِم ْن َأنْ ُف ِسمُك ْ َا ْز َوا ًجا َو ِم َن اَأْلنْ َعا ِم َا ْز َوا ًجا ۚ ي َ ْذ َر ُؤمُك ْ ِفيْ ِه ۗ لَيْ َس‬َّ ‫فَا ِط ُر‬
َّ ‫مَك ِثْهِل ٖ َشئْي ٌ ۚ َوه َُو‬
. ُ ‫الس ِم ْي ُع الْ َب ِصرْي‬
Artinya : “(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari
jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura/42 :
11).

Pengantar Ilmu Tauhid 5


Pengantar Ilmu Tauhid 6

Anda mungkin juga menyukai