Anda di halaman 1dari 43

Augmentasi

Persalinan
Preseptor : dr. Jatu Sulistyowati, Sp. OG

Presentan :
Annisa Prima Lestari
Nadya Aulia
Identitas Pasien
No. Rekam Medis : 00-866734 Nama : Ny .RM
Nama : Ny .AF Usia : 28 tahun
Usia : 25 tahun Agama : Islam
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Karyawan
Pekerjaan : IRT Alamat : Babakan, Ciparay
Alamat : Babakan, Ciparay Suku : Sunda
Tanggal Pemeriksaan: 20 Maret 2023
Jam Pemeriksaan : 13.00
Suku : Sunda
Keluhan Utama
Mulas-mulas
Anamesa khusus
Pasien G1P0A0 merasa hamil 38-39 Minggu datang ke IGD Kebidanan RSUD Al - Ihsan dengan
keluhan mulas-mulas sejak 7 jam SMRS. Mulas dirasakan semakin kuat dan sering. Keluhan
tersebut semakin terasa ketika pasien berdiri atau berjalan. Rasa mulas yang dialami pasien
menjalar dari pinggang ke perut bagian tengah dan depan. Keluhan disertai dengan keluar lendir
bercampur darah sejak 3 jam SMRS. Pasien mengatakan gerak janin dirasakan aktif. BAB dan BAK
pasien normal tidak ada keluhan.
Pasien menyangkal adanya keluhan pandangan kabur, nyeri ulu hati, dan mual muntah, Pasien juga
menyangkal adanya keluar air -air dari jalan lahir. Pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah
tinggi sebelum hamil dan pada keluarga, pasien juga menyangkal adanya penyakit kencing manis,
asma , dan alergi. Tidak ada riwayat penyakit keturunan sebelumnya. Pasien juga menyangkal
memiliki Riwayat merokok dan konsumsi alkohol sebelumnya.
Pada saat hamil pasien rutin memeriksa kehamilannya di bidan. Pasien diberikan tablet tambah
darah, asam folat dan kalsium. Pasien sudah memeriksakan HBsAg, HIV dan Sifilis dengan hasil non
reaktif.
Riwayat Penyakit Sebelumnya Riwayat Menikah

Usia menikah
●Tidak ada ●Istri : pernikahan pertama, menikah
usia 23 tahun
●Suami : pernikahan pertama,
menikah usia 26 tahun
●Lama menikah : 2 tahun
Riwayat Menstruasi
Menarche 13 Tahun

Siklus Haid Teratur

Lama Haid 5-6 Hari

Banyaknya 2-3x ganti pembalut/hari

Dismenore (-)

HPHT 22 Juni 2022

Usia Kehamilan 38 Minggu 4 hari

Taksiran Persalinan 29 Maret 2023


Riwayat Obstetri
Kehamilan Tempat Penolon Umur Cara BB Jenis Keadaan Penyulit
ke/ tahun g Kehamilan Persalinan lahir Kelamin

1/ Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi Riwayat ANC

Kb terakhir : - ●Setiap bulan dilakukan kontrol


Akseptor KB sejak tahun : - kehamilan ke bidan, sebulan 1x
Keluhan : - ●Obat yang diberikan: tablet tambah
darah, asam folat
●Imunisasi TT : 2x
●Triple Eliminasi : HIV, HbsAg, Sifilis
non reaktif
Pemeriksaan Fisik
●Keadaan umum : Tampak sakit sedang
STATUS GIZI
Kesadaran : Compos mentis (GCS :15)
BB sebelum hamil : 56 kg
●Tanda-tanda Vital
BB setelah hamil : 65 kg
●TD : 119/80 mmHg
●Nadi : 88 x/menit
Kenaikan BB : 9 kg
●Suhu : 36,5 oC TB : 160 cm
●RR : 20 x/menit BMI : 21,8 (Normal)
Pemeriksaan Fisik
●Kepala dan Wajah : Normocephal, cloasma gravidarum (-), edema (-)
●Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
●Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
●Mulut : mukosa oral basah, sianosis (-)
●Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), Peningkatan JVP (-)
●Thorax :
•Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris
•Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri
•Perkusi : Sonor
•Auskultasi:
●Pulmo : VBS kanan=kiri, wheezing (-/-), ronchi(-/-)
●Cor : S1 S2 murni reguler, murmur(-), gallop(-)
●Payudara : Areola dan putting membesar, hiperpigmentasi (+), kolostrum (+)
Abdomen : Status Obstetri

●Inspeksi : Cembung kedepan, striae gravidarum (+), Linea Nigra(+), bekas luka
operasi (-)
●Palpasi : massa (-), hepatosplenomegali (-), nyeri tekan epigastrik (-)
●Auskultasi : BU (+)
●Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 dtk
Leopold 1 :

●Teraba bagian lunak teraba, tidak melenting, tidak terlalu bundar


●Kesan: bokong

Leopold 2 :

●Teraba sebelah kiri bagian terbesar dari janin yang memanjang , teraba sebelah
kanan bagian-bagian terkecil janin.
●Kesan: punggung kiri

Leopold 3 :

●Teraba bagian keras, melenting, bundar.


●Kesan: Kepala

Leopold 4 : Sejajar

●Perlimaan: 3/5
●Auskultasi: DJJ 144x/menit, reguler
Genitalia
Inspeksi

●Vulva vagina : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Dalam
●Portio : tebal lunak
●Selaput ketuban : +
●Pembukaan : 2-3 cm
●Penurunan kepala : hodge 2, station -2
●Bagian terendah : Kepala
Usulan Pemeriksaan
Laboraturium : Darah Lengkap
Kardiotokografi
USG
DIAGNOSIS

G1P0A0 parturien aterm kala 1 fase


laten + janin tunggal hidup intrauterine
presentasi kepala
Tatalaksana
-Evaluasi : Tanda vital, HIS, DJJ tiap 1 jam pembukaan cervix, penurunan
kepala dan ketuban setiap 4 jam
-Infus RL 20 gtt/menit
-Rencana : Partus Pervaginam dengan augmentasi persalinan
-Edukasi : Kondisi pasien saat ini, Ajarkan cara meneran, Persiapan sebelum
melahirkan
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Quo ad sanationam ad bonam
Augmentasi
Persalinan
Definisi
● Augmentasi persalinan adalah proses
stimulasi kontraksi uterus (baik dalamfrekuensi
maupun intensitas) yang dianggap tidak
adekuat karena gagal dilatasi serviks dan
penurunan janin (Inertia Uteri)

● Induksi adalah stimulai kontraksi sebelum


onset persalinan spontan,dengan/tanpa
ketuban pecah. Ketika serviks tertutup dan
uneffaced, induksidimulai dengan pematangan
serviks (cervical ripening).

Williams Obstetrics, 25th Edition by Marlene M. Corton


● Augmentasi akan dilakukan jika:
1. Jika persalinan aktif sudah mulai tetapi kontraksi melambat / berhenti
sepenuhnya
2. Jika sudah melakukan persalinan aktif tetapi ketuban belum pecah
sendiri -> amniotomi -> jika masih belum terbantu -> oksitosin agar uterus
kontraksi
3.Jika persalinan gagal meskipun dilakukan amniotomi, oksitosin, atau
kombinasi dari tindakan ini, persalinan dengan operasi caesar dapat
dipertimbangkan.

Williams Obstetrics, 25th Edition by Marlene M. Corton


Indikasi dan Kontraindikasi
INDIKASI KONTRAINDIKASI
▫Kontraksi yang Ibu:
Janin:
tidak adekuat ▫Sayatan rahim sebelumnya (uterine
▫Macrosomia
▫Fase persalinan incision)
▫Severe hydrocephalus
yang lama ▫Anatomi pelvis yang terdistorsi
▫Malpresentation
▫Placenta yang diimplantasi secara
abnormal ▫Status janin yang meragukan
(nonreassuring fetal status)
▫Kondisi yang tidak umum; infeksi
herpes genital aktif atau kanker
serviks

Williams Obstetrics, 25th Edition by Marlene M. Corton


Artificial Rupture of Membrane

● Dengarkan dan catat detak jantung janin.


● Minta wanita itu untuk berbaring telentang dengan kaki ditekuk, kaki rapat dan lutut terbuka.
● Kenakan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi, gunakan satu tangan untuk memeriksa serviks dan catat
konsistensi, posisi,penipisan, dan dilatasi.
● Gunakan tangan lainnya untuk memasukkan pengait ketuban atau penjepit Kocher ke dalam vagina.
● Arahkan penjepit atau pengait ke arah selaput di sepanjang jari di dalam vagina.
● Tempatkan dua jari pada selaput dan pecahkan selaput dengan lembut dengan instrumen di tangan lainnya. Biarkan
cairan ketuban mengalir perlahan di sekitar jari.
● Perhatikan warna cairan (bening, kehijauan, berdarah). Jika terdapat mekonium kental, curigai adanya gawat janin.
● Setelah ARM, dengarkan detak jantung janin selama dan setelah kontraksi. Jika denyut jantung janin tidak normal
(kurang dari 100 atau lebih dari 180 denyut per menit), curigai adanya gawat janin.
● Jika persalinan tidak terjadi dalam 18 jam, berikan antibiotik profilaksis untuk membantu mengurangi infeksi
Streptococcus Grup B pada neonatus:
● penisilin G 2 juta unit IV;
● ATAU ampisilin 2 g IV, setiap 6 jam sampai melahirkan;
● Bila tidak ada tanda-tanda infeksi setelah melahirkan, hentikan pemberian antibiotik.
● Jika persalinan yang baik tidak terjadi 1 jam setelah ARM, mulai infus oksitosin.
● Jika persalinan diinduksi karena penyakit ibu yang parah (misalnya sepsis atau eklampsia), mulai infus oksitosin
bersamaan dengan ARM.
TECHNIQUE

Oxytocin Infusion
Beberapa prinsip yang harus di ikuti ketika oxytocin digunakan untuk induce atau augmentasi labor :

▫Oksitosin harus diberikan secara intravena agar dapat dihentikan dengan cepat jika terjadi komplikasi seperti
hipertonus uterus atau gawat janin. Karena oksitosin memiliki waktu paruh 3 hingga 5 menit, efek fisiologisnya akan
berkurang dengan cepat (dalam 15 hingga 30 menit) setelah penghentian. Rate of flow infusion: dihitung tetes/menit

▫FHR monitoring: setiap 15 menit atau dengan continuous EFM


▫Assessment progress of labor: penurunan kepala dan dilatasi cervical
Indikasi pemberhentian infusion

▫Abnormal uterine contractions yang terjadi terlalu sering (setiap 2 menit atau kurang) atau bertahan lebih dari 60 detik
(hyperstimulation) atau >5x/10 menit atau >7x/15 menit

▫Peningkatan tonus diantara kontraksi


▫Tanda ada fetal distress
TECHNIQUE
Penting untuk menilai kemungkinan keberhasilan dengan pemeriksaan panggul yang cermat untuk
menentukan skor Bishop, yang digunakan untuk mengevaluasi status serviks dan posisi kepala janin
(Tabel 8-3).
Skor tinggi (9 hingga 13) dikaitkan dengan kemungkinan tinggi persalinan pervaginam
Skor rendah (<5) dikaitkan dengan kemungkinan keberhasilan yang menurun (65-80%).
TECHNIQUE

▫Induksi persalinan untuk indikasi tertentu umumnya tidak boleh melebihi 72 jam. Pada pasien dengan
skor Bishop rendah, biasanya induksi berlangsung lambat. Jika serviks menipis dan melebar,
dianjurkan agar selaputnya pecah pada hari ketiga. Jika kemajuan yang memadai tidak dibuat dalam
waktu 12 jam setelah ketuban pecah, operasi caesar dapat dilakukan.
TECHNIQUE

Terdapat variasi substansial mengenai dosis awal, dosis tambahan, dan interval waktu antara
peningkatan dosis ketika oksitosin digunakan untuk induksi persalinan dan augmentasi. Studi klinis
yang dilakukan dengan baik telah mendukung protokol dosis rendah (1 sampai 30 mU / menit) dan
dosis tinggi (4 sampai 40 mU / menit), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8-4. Umumnya, interval
antara penambahan dosis harus tidak kurang dari 20 menit untuk memberikan waktu untuk kadar
oksitosin plasma yang stabil tercapai dan untuk mencegah peningkatan risiko hiperstimulasi uterus.
Assesment of Cervix
Keberhasilan induksi persalinan berkaitan dengan kondisi serviks pada awal induksi.
Jika serviks baik (memiliki skor 6 atau lebih), persalinan akan berhasil diinduksi dengan oksitosin
saja.
Jika serviks tidak baik (memiliki skor 5 atau kurang), perlu pematangan serviks menggunakan
prostaglandin atau kateter Foley sebelum induksi.
Prostaglandins
Prostaglandin sangat efektif dalam pematangan serviks selama induksi
persalinan.

•Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kontraksi ibu.


•Periksa detak jantung janin.
•Catat temuan pada partograf.
•Prostaglandin E2 (PGE2) tersedia dalam beberapa bentuk (3 mg pessary
atau 2-3 mg gel). Prostaglandin ditempatkan di forniks posterior vagina dan
dapat diulang setelah 6 jam jika diperlukan.
Hentikan penggunaan prostaglandin dan mulai infus oksitosin jika:
- ketuban pecah;
- pematangan serviks telah tercapai
- Persalinan yang baik telah ada
- ATAU 12 jam telah berlalu.
Misoprostol
Gunakan misoprostol untuk mematangkan serviks hanya dalam situasi tertentu seperti:

•Pre-eklamsia berat atau eklampsia ketika serviks tidak menguntungkan dan operasi caesar tidak
segera tersedia atau bayi terlalu prematur untuk bertahan hidup;

•Kematian janin dalam rahim jika wanita tersebut tidak mengalami persalinan spontan setelah 4 minggu
dan trombosit menurun.

•Tempatkan misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina. Ulangi setelah 6 jam, jika diperlukan
•Jika tidak ada respons setelah dua dosis 25 mcg, tingkatkan menjadi 50 mcg setiap 6 jam
•Jangan gunakan lebih dari 50 mcg sekaligus dan jangan melebihi empat dosis (200 mcg).
Foley Cathether
Kateter Foley adalah alternatif yang efektif untuk prostaglandin dalam
pematangan serviks dan induksi persalinan. Namun, harus dihindari pada
wanita dengan servisitis atau vaginitis.

•Masukkan spekulum yang telah didesinfeksi tingkat tinggi ke dalam vagina


dengan hati-hati.

•Pegang kateter dengan forceps desinfektan tingkat tinggi dan masukkan


perlahan melalui serviks. Pastikan inflatable bulb kateter berada di luar os
internal.

•Kembangkan bulb dengan 10 mL air.


•Gulung sisa kateter dan tempatkan di dalam vagina.
•Biarkan kateter di dalam sampai kontraksi dimulai, atau setidaknya
selama 12 jam.

•Kempiskan balon sebelum melepas kateter lalu lanjutkan dengan


oksitosin.
Pemberian Oksitosin

•Gunakan oksitosin dengan sangat hati-hati karena gawat janin dapat terjadi akibat hiperstimulasi dan,
terkadang ruptur uteri dapat terjadi. Wanita multipara berisiko lebih tinggi mengalami ruptur uteri.

•Berikan oksitosin dengan hati-hati dalam cairan IV (dekstrosa atau salin normal), secara bertahap
tingkatkan kecepatan infus sampai persalinan yang baik tercapai (tiga kontraksi dalam 10 menit,
masing-masing berlangsung lebih dari 40 detik). Pertahankan pada tingkat ini, Rahim harus rileks di
antara kontraksi.
Ketika infus oksitosin menghasilkan pola persalinan yang baik, pertahankan kecepatan yang
sama sampai melahirkan.

•Pantau denyut nadi, tekanan darah dan kontraksi ibu


•Periksa detak jantung janin
•Tinjau indikasi
Pastikan induksi diindikasikan, karena induksi yang gagal akan dilakukan operasi caesar

•Pastikan pasien berada di sisi kiri.


•Catat pengamatan berikut pada partograf setiap 30 menit:
- tingkat infus oksitosin
- durasi dan frekuensi kontraksi;
- denyut jantung janin. Dengarkan setiap 30 menit, selalu segera setelah kontraksi. Jika denyut
jantung janin kurang dari 100 denyut per menit, hentikan infus.
Infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 mL dekstrosa (atau salin normal) dengan 10 tetes per menit.
Tingkatkan kecepatan infus sebanyak 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai pola kontraksi
yang baik terbentuk (kontraksi berlangsung lebih dari 40 detik dan terjadi tiga kali dalam 10 menit).
Pertahankan tingkat ini sampai pengiriman selesai.
Jika terjadi hiperstimulasi (setiap kontraksi berlangsung lebih dari 60 detik), atau jika ada lebih
dari empat kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus dan rilekskan uterus menggunakan tokolitik:
- terbutalin 250 mcg IV secara perlahan selama 5 menit;
- ATAU salbutamol 10 mg dalam 1 L cairan IV (salin normal atau laktat Ringer) dengan kecepatan
10 tetes per menit.
Jika tidak ada tiga kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung lebih dari 40
detik dengan kecepatan infus 60 tetes per menit:

-Tingkatkan konsentrasi oksitosin hingga 5 unit dalam 500 mL dekstrosa (atau salin
normal) dan sesuaikan kecepatan infus hingga 30 tetes per menit

-Tingkatkan kecepatan infus sebanyak 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai pola
kontraksi tercapai atau kecepatan maksimum 60 tetes per menit tercapai.
Jika persalinan masih belum dilakukan dengan menggunakan konsentrasi oksitosin
yang lebih tinggi:
- Pada multigravida dan pada wanita dengan bekas luka caesar sebelumnya lakukan
operasi caesar
- Pada primigravida, infus oksitosin dengan konsentrasi lebih tinggi
•Infus oksitosin 10 unit dalam 500 mL dekstrosa (atau normal saline) dengan kecepatan 30 tetes per
menit;

•Tingkatkan laju infus sebanyak 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai kontraksi yang baik
tercapai;

•Jika kontraksi yang baik tidak terjadi dengan kecepatan 60 tetes per menit lahirkan melalui operasi
caesar.
Jangan gunakan oksitosin 10 unit dalam 500 mL (yaitu 20 mIU/mL) pada multigravida dan
wanita dengan operasi caesar sebelumnya.
RISK
Cesarean Delivery Rate
→ terutama meningkat pada nulipara yang menjalani induksi

Chorioamnionitis
→ Amniotomi sering dipilih untuk mempercepat persalinan. Wanita yang
persalinannyaditangani dengan amniotomi memiliki peningkatan kejadian
korioamnionitis(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2013a).
RISK
Rupture of a Prior Uterine Incision
→ Ruptur uterus selama persalinan pada wanita dengan riwayat operasi uterus sebelumnya dapat
menjadi masalah besar.
Dilaporkan bahwa risiko ruptur uteri meningkat tiga kali lipat pada wanita dalampersalinan spontan
dengan uterine scar/bekas luka uterus. Dengan induksipersalinan oksitosin tanpa prostaglandin,
risikonya meningkat lima kali lipat, dandengan prostaglanin, risiko meningkat secara mencolok
15,6 kali lipat. The American College of Obstetricians and Gynecologists
merekomendasikanpenggunaan misoprostol untuk prainduksi pematangan serviks atau
induksipersalinan pada wanita dengan prior uterine scar.
RISK
Uterine Atony
→ Postpartum hemorrhage akibat atonia uteri lebih sering terjadi pada wanita yang menjalani
induksi atau augmentasi. Dan, atonia dengan perdarahan berat, terutamaselama cesarean
delivery, merupakan indikasi yang sering untuk histerektomiperipartum.
Di Amerika Serikat, Bateman dan rekan kerja (2012) melaporkan bahwa tingkathisterektomi post
partum meningkat 15 persen antara tahun 1994 dan 2007. Hal inisebagian besar disebabkan
oleh peningkatan tingkat atonia yang terkait denganinduksi persalinan lebih medis dan lebih
banyak kelahiran sesar primer danberulang. Akhirnya, induksi elektif dikaitkan dengan lebih dari
tiga kali lipatpeningkatan tingkat histerektomi dalam analisis oleh Bailit dan rekan (2010).
KOMPLIKASI
Penggunaan oksitosin untuk induksi dan augmentasi persalinan dapat menyebabkan tiga
komplikasi utama.

▫Pertama, kecepatan infus yang berlebihan dapat menyebabkan hiperstimulasi dan dengan
demikian menyebabkan gawat janin akibat iskemia. Dalam situasi yang jarang terjadi, kontraksi
tetanik dapat terjadi, yang dapat menyebabkan pecahnya rahim.

▫Kedua, karena oksitosin memiliki struktur yang mirip dengan hormon antidiuretik, oksitosin
memiliki efek antidiuretik intrinsik dan akan meningkatkan reabsorpsi air dari filtrat glomerulus.
Water intoksikasi yang parah dengan kejang dan koma dapat terjadi walaupun jarang jarang jika
oksitosin diinfuskan terus menerus selama lebih dari 24 jam.

▫Ketiga dapat menyebabkan kelelahan otot uterus (nonresponsiveness) dan atonia uterus pasca
melahirkan (hipotonus), yang dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai