Anda di halaman 1dari 53

TUBERKULOSIS

Dr. Muhammad Fachri, Sp.P


FKK UMJ / RSIJ Sukapura
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB)  penyakit menular  disebabkan

oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis Complex

Mycobacterium Bovis dan Mycobacterium

Africanum  sebagian besar menyerang paru, dapat

juga mengenai organ lain  Mycobacterium other

than tuberculosis (MOTT)


Pendahuluan
• WHO 1993 mencanangkan TB sebagai Global
Emergency.
• Laporan WHO April 2006 di Asia Tenggara
ditemukan:
– 8 juta kasus TB,
– 3 juta pasien TB baru per tahun,
– 600.000 kasus kematian karena TB per tahun
– kasus terbanyak pada usia 15-54 tahun.
Pendahuluan
Tuberkulosis di Indonesia merupakan
penyebab kematian:
• nomor 3 setelah penyakit KV dan ISPA
pada semua kelompok usia dan
• Nomor 1 dari kelompok penyakit infeksi.
Data TB Dunia ( TB Day 2006 )
• Insidens semua kasus : 8.918.000
• ( 140/ 100.000 penduduk )
• Insidens BTA (+) : 3.939.000
• ( 62/ 100.000 penduduk )
• Prevalensi : 14.602.000
• ( 229/ 100.000 penduduk )
• Mortalitas : 1.693.000 ( 27/ 10. 000 )
Data TB Indonesia
• Prevalensi BTA (+) 119/ 100.000
• Semua kasus 275/ 100.000
• ( Jawa- Bali 67, Luar Jawa-Bali 198 )
• Insidens BTA (+) ; 110/ 100.000
• ( Jawa 110, KTI 210, Sumatera 160 )
• Semua kasus 245/ 100. 000
• Prevalensi kultur (+) dari 11 prov. 186/ 1000
Data TB Indonesia
• Setiap tahun lebih dari setengah juta
pasien TB di Indonesia
• Setiap tahun sekitar seperempat juta
kasus baru TB
• Setiap hari 300 – 400 orang mati
akibat TB di Indonesia
ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis
• Bentuk batang, ukuran 3 X 0,5 mμ

• Obligat aerob

• Sifat khusus : banyak lemak ( + protein +

polisakarida )  tahan terhadap asam pada

pewarnaan  disebut Basil Tahan Asam (BTA)


Kuman TB :
• Hidup beberapa jam  tempat yang gelap &
lembab
• Cepat mati  sinar matahari : 5 menit ,
Pemanasan : 60o C : 20 mnt, 70o C : 5 mnt
• Jaringan tubuh  kuman dormant (tidur)
beberapa tahun
CARA PENULARAN

• Sumber penularan  penderita BTA (+)


• Batuk atau bersin  kuman menyebar ke
udara  droplet (percikan batuk)
• Kuman TB  masuk tubuh manusia melalui
sal napas  menyebar dari paru  ke organ
lain melalui sistem peredaran darah, saluran
limfe  atau penyebaran langsung ke organ
• Daya penularan  banyaknya kuman yang
dikeluarkan  hasil pemeriksaan BTA

• Hasil pemeriksaan BTA (-)  penderita


tersebut tidak menular
Tuberkulosis

1. Infeksi primer

2. Tuberkulosis pasca primer (Post Primary TB)


Inhalasi kuman TB Alveolus Fagositosis oleh makrofag

Basil TB berkembang biak Destruksi kuman TB

Destruksi makrofag

Resolusi Pembentukan tuberkel Kelenjar


limfe

Kalsifikasi

Kompleks Ghon Perkijuan Penyebaran hematogen

Pecah

Lesi sekunder paru Lesi di hepar, lien, ginjal


tulang, otak dll
Patogenesis tuberkulosis
INFEKSI PRIMER

Droplet  melewati sistem mukosilier


bronkus  di paru membentuk sarang
pneumonik ( afek primer )  saluran limfe
 kelenjar limfe di hilus  kompleks
primer
4-6 minggu
Infeksi primer  tergantung banyaknya
kuman yang masuk  respon daya tahan
tubuh ( imunitas seluler ) :
- Menghentikan perkembangan kuman
- Kuman dormant
- Sakit  penderita TB
Tuberkulosis pasca primer
• Setelah beberapa bulan/tahun setelah infeksi
primer
• Daya tahan tubuh menurun
• Kerusakan paru luas
DIAGNOSIS TB

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
• Pemeriksaan penunjang
– Laboratorium : darah, dahak (sputum)
– Foto toraks
Alur diagnosis TB paru dewasa

Dikutip dari Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi 2, cetakan 1. Departemen kesehatan republik indonesia. 2007.
Dikutip dari panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS untuk dokter praktek swasta (DPS). Departemen kesehatan Republik
Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta 2010
ANAMNESIS

• Gejala umum batuk  3 minggu


• Gejala lain yang sering dijumpai
– Dahak bercampur darah
– Batuk darah
– Sesak napas, nyeri dada
– Badan lemah, nafsu makan , BB 
malaise, keringat malam
– demam
PEMERIKSAAN FISIS

• Awal penyakit  tidak dijumpai kelainan


• Ronki basah  didaerah kelainan terutama
apeks paru
• Stadium lebih lanjut  proses penyakit
semakin luas  kelainan yang ditemukan
semakin jelas
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
* Sputum BTA 3 X (SPS /
3P),Kultur,Resistensi
 Memastikan Diagnosis

* Darah rutin :LED ↑, limfositosis,


gula darah, fungsi hati, dll

* Lain-lain bila diperlukan : uji


Mantoux, PCR, serologik kurang
bermakna untuk menentukan
diagnosis TB, dll
RADIOLOGI – FOTO TORAKS
TB The Great Imitator
* Infiltrat
* Fibroinfiltrat
* Caviti
* Milier
* Atelektasis
* Efusi Pleura
* Pneumotoraks
* Destroyed Lung
* Massa
* Dll
KLASIFIKASI PENYAKIT

1. Tuberkulosis paru

2. Tuberkulosis ekstra paru


TB EKSTRA PARU RINGAN
• TB kel. Limfe
• Efusi pleura unilateral
• Tulang (kec.tulang belakang)
• Sendi
• Kel. adrenal
TB EKSTRA PARU BERAT

• Meningitis
• TB milier
• Perikarditis
• Peritonitis
• Efusi pleura bilateral
• TB tulang belakang
• TB usus
• TB saluran kencing & alat kelamin
PENGOBATAN TB
DIBERIKAN DALAM 2 TAHAP

1. Tahap intensif

2. Tahap lanjutan
TAHAP INTENSIF

• Obat setiap hari


• Diawasi langsung  mencegah kekebalan obat
• Penderita menular  tidak menular dalam
waktu 2 minggu
• Penderita BTA positif  BTA negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif
TAHAP LANJUTAN

• Obat dalam jangka waktu lebih lama

• Jenis obat lebih sedikit

• Mencegah kekambuhan
OBAT SISIPAN
Bila pada akhir tahap intensif
dengan OAT Kategori-1 atau
Kategori-2 dengan BTA masih (+)
maka diberikan RHZE
( 1 bulan setiap hari )
KATEGORI 1 (2HRZE/ 4H3R3)

1. Pasien baru TB paru BTA positif.


2. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
3. Pasien TB ekstra paru
KATEGORI 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

1. Kasus kambuh

2. Kasus gagal

3. Kasus putus berobat


Dosis OAT berdasarkan berat badan

Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi 2, cetakan 1. Departemen kesehatan republik indonesia. 2007.
Panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS untuk dokter praktek swasta (DPS). Departemen kesehatan
Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta 2010
Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan dokter paru indonesia. 2011.
Dosis untuk paduan OAT KDT
untuk kategori 1

Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi 2, cetakan 1. Departemen kesehatan republik indonesia. 2007.
Panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS untuk dokter praktek swasta (DPS). Departemen kesehatan
Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta 2010
Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan dokter paru indonesia. 2011.
Dosis untuk paduan OAT KDT
kategori 2

Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi 2, cetakan 1. Departemen kesehatan republik indonesia. 2007.
Panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS untuk dokter praktek swasta (DPS). Departemen kesehatan
Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta 2010
Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan dokter paru indonesia. 2011.
EFEK SAMPING OAT

• Sebagian besar  menyelesaikan

pengobatan tanpa efek samping

• Sebagian kecil  timbul efek samping


EFEK SAMPING
♣ Efek samping berat : stop OAT
♣ Efek samping ringan : teruskan OAT

Masing - masing OAT mempunyai


kemungkinan terjadi efek samping
yang harus diwaspadai
Tuberkulosis Pedoman
diagnosis dan
penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan
dokter paru indonesia.
2011.
Pengobatan suportif / simtomatik
Penderita rawat jalan
– Makan makanan bergizi, kecuali ada
penyakit komorbid
– Jika perlu diberi :
- Vitamin
- Antipiretik
- Mukolitik atau ekspektoran
- Bronkodilator
Penderita rawat inap
Indikasi rawat inap :
• TB paru disertai penyulit / komplikasi
– Batuk darah ( profus )
– K.U buruk
– Pneumotoraks
– Empiema
– Efusi pleura masif / bilateral
– Sesak napas berat
Indikasi rawat inap

• TB ekstra paru yang mengancam nyawa


– TB penyebaran hematogen / milier /
diseminata
– Meningitis TB

 Pengobatan suportif/ simtomatik :


Diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan
indikasi rawat
Evaluasi pengobatan

• Meliputi evaluasi klinik, bakteriologik,


radiologik, efek samping obat dan keteraturan
obat
• Evaluasi klinik
– Tiap 2 minggu pada tahap intensif, selanjutnya tiap
bulan pada fase lanjutan
– Respon pengobatan, efek samping obat dan
komplikasi penyakit
– Meliputi : keluhan, BB dan pemeriksaan fisik
Evaluasi bakteriologik ( 0,2,6 / 8 )
• Tujuan untuk mengetahui konversi dahak
• Pemeriksaan dan evaluasi mikroskopik
– Sebelum pengobatan
– Akhir fase intensif
– Akhir sisipan (bila ada)
– Akhir pengobatan
• Jika ada fasilitas biakan pada 0, 2, 6 / 8
bulan
Evaluasi radiologik
• Dilakukan pada :
– Sebelum pengobatan
– Akhir fase intensif
– Akhir pengobatan
Evaluasi penderita yang telah sembuh

• Angka kekambuhan paling tinggi pada 1


sampai 2 tahun pertama makin lama
makin kurang
• Evaluasi mikroskopik BTA dahak dan foto
toraks
– Mikroskopik BTA dahak 3, 6, 12 dan 24 bulan
– Foto toraks 6, 12 dan 24 bulan
TB Paru

HIV

Global emergency

DOTS

KDT
STRATEGI DOTS
Directly Observed Treatment Short course

5 elemen DOTS
 Komitmen politis
 Diagnosis benar dengan mikroskopis
 Penyediaan dan distribusi obat cukup
 Pengawasan menelan obat
 Pencatatan dan pelaporan yang baik
Standard Internasional Penanganan Tuberkulosis
(International Standard for Tuberculosis Care)
Edisi 2 2009

• Standar diagnosis (standar 1-6)


• Standar pengobatan (standar 7-13)
• Standar penanganan TB dengan infeksi HIV
dan kondisi komorbid lain (standar 14-17)
• Standar kesehatan masyarakat (standar 18-21)
DASAR PENGOBATAN TB
4 Populasi Kuman TB
١ Populasi A : Kuman tumbuh cepat
Dibasmi oleh R,H,S
٢ Populasi B : Dorman, kadang aktif
Dibasmi oleh R
٣ Populasi C : Tumbuh lambat, pH rendah
Dibasmi oleh Z
٤ Populasi D : Dorman
Tidak mempan oleh OAT
TUJUAN PENGOBATAN TB
►Menyembuhkan
► Mencegah kematian
► Mencegah kekambuhan
► Menurunkan penularan
TARGET / INDIKATOR NASIONAL

 Angka cakupan = 70%


 Angka kesembuhan > 85%
 Angka konversi > 80%
 Error rate < 5%
Alur Pengobatan TB

TB Paru BTA
positif

Kelompok KDT Kelompok


kombipak

Sputum BTA Sputum BTA


bulan kedua bulan kedua

Tidak konversi Konversi Konversi Tidak konversi


Sisipan 4 KDT Sisipan
Kombipak III

Sputum BTA Sputum BTA


bulan ketiga bulan ketiga

Sputum BTA Sputum BTA


bulan kelima bulan kelima

Sputum BTA Sputum BTA


bulan keenam bulan keenam
Sputum BTA Sputum BTA
bulan ketujuh bulan ketujuh

Tidak konversi Konversi Konversi Tidak konversi

Gagal terapi Sembuh Sembuh Gagal terapi

Sembuh
Pengobatan lengkap
Putus obat
Pindah
Gagal terapi
Meninggal
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai