OLEH : DR I GST AGUNG MAS R JAYANTIARI , SH MKN Kehidupan di Bali
Mayoritas Beragama Hindu membawa pengaruh
pada sistem sosial dan budaya yaitu pada pelaksanaan tradisi dan adat istiadat. Dalam wadah organisasi sosial religius secara kolektif terikat oleh tradisi yang berlandaskan agama hindu yang diwujudkan melalui pelaksanaan ritual keagamaan yang dilaksanakan secara bersama-sama di pura kahyangan tiga(desa,puseh dan dalem) ataupun secara invidu di sanggah atau merajan masing-masing keluarga. Norma Hukum
Masyarakat Bali terikat oleh norma-norma hukum
yang mengatur pergaulan hidupnya Terikat oleh norma hukum : -Hukum tertulis : hukum negara berbentuk peraturan perundang-undangan -Hukum tidak tertulis : hukum tidak tertulis yang bersumber dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam ruang lingkup lokal masyarakat Bali disebut dresta. Keberlakuan hukum adat
Secara nyata, meski telah dilakukan unifikasi hukum
dengan memberlakukan secara nasional peraturan perundang-undangan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetap ada celah bagi berlakunya hukum yang berlandaskan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dalam adat istiadat masyarakat. Contoh : Tentang Pengesahan Perkawinan, pasal 2 ayat 1 UU N0 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Hal mendasar dalam kehidupan masyarakat Bali
Tiga hal mendasar dalam kehidupan masyarakat Bali
adalah : Upaya menjaga hubungan manusia dengan Tuhan (aspek kerohanian/spiritualitas /parahyangan) Upaya menjaga hubungan manusia dengan manusia (aspek kebersamaan/komunalitas/pawongan) Upaya menjaga hubungan manusia dengan lingkungan( aspek kewilayahan/teritorial/palemahan) Ketiga hal tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan terjaganya keseimbangan dalam kehidupan masyarakat adat di Bali Falsafah Tri Hita Karana
Falsafah ini merupakan hal yang bersifat mendasar
yang menjiwai pola hidup masyarakat Bali. Tri berarti tiga, Karana berarti Penyebab,dan Hita artinya kebahagiaan yang bersumber pada Ida Sang Hyang Widhi(Pencipta),bhuana(alam semesta) dan manusa (manusia). Penjabaran konsep Tri Hita Karana ini diwujudkan dalam tiga unsur pembentuk kesatuan dalam hidup masyarakat adat Bali dalam wadah yang disebut desa pakraman Unsur pembentuk desa pakraman
Parahyangan yaitu adanya kahyangan desa (kahyangan
tiga) :Pura Desa atau Bale Agung ,Pura Puseh dan Pura Dalem sebagai tempat pemujaan bersama terhadap Tuhan Yang Maha Esa : Palemahan sebagai wilayah tempat tinggal dan tempat mencari penghidupan sebagai proteksi sebagai adanya bhuana yang tunduk di bawah kekuasaan hukum teritorial Bale Agung Pawongan, hubungan antar orang yang kemudioan diwujudkan dalam Pakraman yaitu warga(penduduk) desa pakraman yang disebut krama desa sebagai satu kesatuan hidup masyarakat desa pakraman. Sumber hukum adat Bali
Sumber yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi
yang telah lama hidup di dalam masyarakat Bali(dresta- dresta kuna)
Sumber-sumber tertulis : awig-awig/perarem :
tercatat atau tertulis, sastra dresta(kitab-kitab agama), paswara(keputusan)Raja-raja Bali ataupun pemerintah, keputusan lembaga adat. Hukum Adat Bali dalam Tata Hukum Nasional
Dilihat berdasarkan kedudukan hukum adat dalam
tata hukum nasional secara umum. Tidak dapat dilepaskan dengan sejarah pengakuan terhadap eksistensi hukum adat mulai dari awal politik hukum kolonial saat masa penjajahan Belanda. Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting untuk memperoleh bahan bagi pembangunan hukum nasinal menuju unifikasi hukum(1975) TUGAS DALAM FORUM OASE...
Lakukan pengamatan tentang bagaimana
implementasi prinsip Tri Hita Karana dalam kehidupan masyarakat adat Bali dalam wadah desa adat di salah satu desa adatnyang ada di Bali! Amati hal-hal menyangkut sistem kemasyarakatan,pemerintahan,awig-awig/perarem,a tau hal-hal yang bersifat khusus yang Anda dapatkan dalam pengamatan tersebut! Hasil pengamatan dideskripsikan dalam Forum di perkuliahan OASE